Sewaktu masih duduk di bangku SMA kelas II (2013), saya sengaja membuat kliping bertemakan Piala Konfederasi 2013 pada sebuah buku bekas. Namun, karena masih banyak halaman yang tersisa, akhirnya kliping itu dilanjutkan dengan berbagai peristiwa dan berita menarik dari dunia sepakbola sepanjang musim 2012/2013.
Kliping berisi gambar, berita, artikel, dan statistik itu saya gunting dari koran Kompas dan surat kabar lokal langganan bapak, lalu saya tempelkan pada buku tersebut. Syukurlah, kliping bersejarah itu masih awet hingga saat ini.
Dan dari sekian banyak berita dan fakta menarik yang saya tempelkan di sana, ada satu potongan kliping yang paling saya cari hari ini: Catatan Remontada Barcelona.
***
Pemahaman tentang remontada ini sesungguhnya bukan hal yang baru. Bagi anak-anak yang tumbuh di era 2000-an, konsep umum tentang remontada ini bisa dilihat dalam adegan-adegan dan alur cerita epic film Power Rangers atau Ultraman.
Para pemeran utama dibuat kewalahan oleh lawan pada awal-awal pertempuran, bahkan terkesan kalah. Mereka lalu akhirnya bangkit dengan segenap kekuatan, lalu dengan perlawanan yang ketat mulai mendominasi musuh dan keluar sebagai pemenang.
Remontada dalam konteks sepakbola berarti bangkit kembali dari ketertinggalan lalu keluar menjadi pemenang. Untuk mewujudkan remontada ini, sebuah tim harus bekerja keras untuk membalikan keadaan dari ketertinggalan, lalu dengan perlawanan heroik berusaha untuk menaklukan lawan. Semangat seperti ini juga sering disebut dengan comeback.
Meskipun lebih sering bergema dalam turnamen dengan format dua leg seperti UEFA Champions League (UCL), spirit remontada sesungguhnya juga dapat digaungkan dalam setiap pertandingan. Sebuah tim yang tertinggal di sepanjang pertandingan, bisa saja kembali bangkit, dan memenangkan pertandingan.
Bagi saya pribadi, final UCL 1998/1999 antara Manchester United (MU) melawan Bayern Munich yang berakhir 2-1 adalah momen paling pas untuk mendeskripsikan remontada. Untuk era yang lebih modern, kita mengenal Liverpool yang mengejar ketertinggalan 3-0 di babak pertama dari AC Milan, menyamai kedudukan dalam waktu singkat, lalu menjadi juara UCL 2004/2005 melalui drama adu pinalti.
Dan tentu saja, kemenangan 6-1 Barcelona atas Paris Saint-Germain (PSG) pada leg kedua UCL 2016/2017 (PSG unggul 4-0 pada leg pertama) adalah remontada paling dramatis, meski tidak berbuah trofi!