Mohon tunggu...
maria ulfah
maria ulfah Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa pgsd SI kebumen yang ingin selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Terpadu

7 Oktober 2010   10:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas KD. 1 Pembelajaran Terpadu

1. Memahami latar belakang terjadinya pembelajaran terpadu

2. Memahami hakikat pembelajaran terpadu

Penulis : Maria Ulfah (X.7209056)- VII B

1. Memahami Latar Belakang Terjadinya Pembelajaran Terpadu

Upaya mencari bentuk- bentuk baru serta penyajian kurikulum yang selalu mengalami pembaruan dalam pembelajaran telah dilakukan sebelumnya seiring dengan perkembangan teknologi, budaya, dan, ilmu psikologi. Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang aktif dan melibatkan pancaindra atau fisik dan psikis kita. Agar siswa mengalami proses belajar, maka guru harus merancang pembelajaran agar siswa ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Upaya untuk mengaktifkan siswa perlu dilakukan secara cermat, karena setiap individu mempunyai potensi yang berbeda- beda. Siswa pada usia sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini, sehingga pikiran, tubuh dan emosinya juga tumbuh secara berkembang menjadi satu keutuhan. Mereka mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana, sehingga proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Vars (1991) dalam Suprayekti mengatakan bahwa dengan adanya pendekatan terpadu, kurikulum yang dirancang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa, mangatasi masalah sosial di antara para siswa di kelas dan juga memantapkan penguasaan materi pelajaran. Banyak alasan yang mendorong penggunaan pembelajaran terpadu di kelas dengan mengemukakan berbagai alasan, namun ada juga yang masih mengikuti paham tradisional karena dirasa belum mendapatkan manfaat dari pendekatan terpadu itu sendiri.

Berawal dari kurikulum tradisional yang menempatkan seluruh mata pelajaran dipelajari secara terpisah- pisah, serta menekankan belajar tentang satu hal pada satu waktu dan terurut secara rapi dan bagus. Kemudian berkembang paham yang beralasan bahwa belajar yang terbaik adalah mengalami dan melakukan pekerjaan itu sendiri (aktif) sebanyak mungkin, bukan hanya menerima dan mendengarkan saja (pasif). Belajar yang baik adalah yang bersifat holistik, bukan sepotong- potong yang secara luas dan manusiawi bukan secara sempit.

Pembelajaran terpadu mengacu pada kurikulum terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Dengan memanfaatkan seluruh pancaindra merupakan kunci untuk belajar lebih menarik, lebih cepat, efisien, serta bermakna, kerena pada dasarnya untuk berfikir, belajar, dan mengingat tidak terbatas pada kepala saja naun juga tersebar ke seluruh tubuh.

Perlunya pembelajaran terpadu karena terdapat dua implikasi dari kondisi objektif (dalam Tim pengembang PGSD), yaitu:

1. Redefinisi belajar, dan

2. Redefinisi program pendidikan guru

Di dalam belajar tidak sebatas hanya memperoleh informasi saja, tetapi belajar untuk menciptakan, menumbuhkan, memberikan segala wawasan yang bermakna. Di dalam pembelajaran terpadu ditekankan pada tindakan nyata, bukan pada konsep dan teori serta bertolak pada suatu keseluruhan atau satu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna berarti, bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna, arti dan faedah tertentu. Keseluruhan merupakan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

2. Memahami Hakikat Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar- mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar (learning experience) adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan belajar (Asep Herry Hernawan, 2008). Menurut Tyler dalam Asep Herry Hernawan, pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Selanjutnya Asep Herry Hernawan menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, (1) pengalaman disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, (2) pengalaman belajar harus memuaskan siswa, (3) setiap rancangan pengalaman belajar sebaiknya melibatkan siswa, (4) satu pengelaman belajar dapat mencapai beberapa tujuan berbeda.

Selanjutnya pengertian pembelajaran terpadu dalam Suprayekti dijelaskan, yaitu : (1) suatu produk yang dihasilkan dari usaha mengintegrasikan berbagai topik dari satu atau beberapa mata pelajaran (Idi dalam Suprayekti), (2) merupakan sesuatu yang menghubungkan berbagai bidang studi dengan cara memotong garis batas mata pelajaran yang ada dan memperkuat konsep- konsep (Wisconsin Departemen of Public Intuction dalam Suprayekti).

Terdapat berbagai alasan yang mendasari penggunaan pembelajaran terpadu (Suprayekti, 2008), diantaranya adalah:

(1). Sesuai cara pandang siswa dalam memperhatikan atau mempelajari aspek kehidupan,

(2). Pembelajaran terpadu memungkinkan untuk melihat keterkaitan dan hubungan dari setiap mata pelajaran yang bisa jadi memang berkaitan,

(3). Dapat memfasilitasi irama proses belajar siswa sehingga gaya dan tingkatan proses proses belajar siswa tidak selalu dihambat dengan adanya mata pelajaran yang secara konstan selalu berganti,

(4). Siswa dapat kesempatan untuk mengikuti lingkaran proses belajar mereka sendiri.

Anggapan belajar yang terpisah- pisah sudah mulai tergantikan dengan pembelajaran secara keseluruhan yang terorganisasi dan merupakan aktivitas seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa secara utuh serta program yang menyediakan berbagai pilihan yang cocok untuk berbagai model belajar. Gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh ( koteks motor ) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. (Dave Meier, 2002:90).

Dalam pendekatan holistik atau terpadu, suatu objek akan terlihat maknanya apabila diamati secara menyeluruh, bukan terpisah- pisah. Pendekatan ini merupakan aplikasi teori dari psikologi Gestalt. Dalam pendekatan pembelajaran, aplikasi teori Gestalt dapat dilihat seperti berikut : (1) pengalaman insight, (2) pembelajaran yang bermakna, (3) perilaku bertujuan, (4) prinsip ruang hidup,dan (5) transfer dalam pembelajaran.

Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Pendekatan belajar seperti tersebut dinamakan dengan pendekatan SAVI ( Somatis, Auditori, Visual, Intelaktual ). Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur- unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan.

Tubuh dan pikiran merupakan satu kesatuan utuh yang tak bisa dipisah- pisahkan karena "tubuh adalah pikiran dan pikiran juga tubuh". Untuk menghubungkan antara pikiran serta tubuh dapat diciptakan dengan suasana belajar yang menyenangkan, yang dapat membangkitkan semua orang berdiri dari tempat duduk mereka. Hal perlu diketahui yaitu bahwa belajar bukanlah peristiwa kognitif yang terpisah, melainkan sesuatu yang melibatkan diri seseorang secara utuh (tubuh, pikiran, dan jiwa) dan seluruh kecerdasan seseorang yang unik. Dengan adanya keterpaduan ini, pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai konsumen pasif atas informasi orang lain, melainkan kreator aktif dari pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri. Disitulah terjadinya revolusi pembelajaran karena adanya sumbangan unik dari gagasan- gagasan dan metode- metode.

Referensi:

Suprayekti, dkk. 2008. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim Pengembang PGSD. Pembelajaran Terpadu. CV. Maulana

Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Meier, Dave. 2002. The Accrelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun