Apa sih tone deaf itu? Dalam bidang musik, tone deaf memiliki arti buta nada. Namun saat ini istilah tone deaf sedang viral terkait dengan kehidupan sosial antar manusia.
Punya teman done deaf? Rasanya itu bukan hal yang mengagetkan lagi jika di circle kalian terdapat satu dua orang teman yang tone deaf. Lalu apa sih sebenarnya arti dari istilah tone deaf itu? Menurut beberapa sumber yang saya baca, tone deaf memiliki pengertian sebagai suatu sikap kurang peka atau kurang bisa memahami kondisi di lingkungan sekitar yang ditunjukkan oleh seseorang.
Mungkin sekilas kita akan mengatakan bahwa tone deaf sama dengan sikap egois yang dimiliki oleh seseorang. Namun pada kenyataannya kedua sikap tersebut memiliki makna yang berbeda. Jika orang yang egois lebih cenderung mengutamakan kepentingannya, berbeda dengan tone deaf yang kurang bisa memahami kondisi sosial dimana dia berada.
Beberapa ciri seseorang itu disebut tone deaf apabila:
- Tidak memiliki empati terhadap lingkungannya, baik itu lingkungan pertemanan, lingkungan kerja bahkan dalam keluarga sekalipun
- Sulit untuk memahami budaya,norma maupun adat istiadat di sebuah tempat atau lingkungan.
- Tidak punya kepekaan terhadap orang lain hingga akhirnya orang yang tone deaf menjadi tidak mudah untuk beradaptasi dengan orang lain
Lalu seperti apa sih bentuk perilaku tone deaf yang mungkin kita temui dalam hidup bermasyarakat, berikut contohnya:
- Ketika dalam lingkungan pergaulan, hampir sebagian besar temanmu memiliki kehidupan finansial yang pas-pasan, namun kamu dengan entengnya pamer habis membeli smarthpone baru. Ini terjadi di kantor teman saya dimana ada supervisor teknisi yang membawahi beberapa teknisi di bawahnya. Sebagai supervisor, tentu si fulan memiliki gaji di atas para anak buahnya. Nah, mirisnya lagi si supervisor dengan entengnya bercerita kepada anak buah kalau dia baru saja membeli spring bed seharga 3 juta. Sementara para anak buahnya sibuk untuk melunasi cicilan pengobatan anaknya dan mencari utang untuk biaya anak melanjutkan pendidikan ke SMP.
- Ketika lebaran dan sedang kumpul keluarga besar, ada kakak yang tahu jika adiknya sedang kesulitan keuangan namun si kakak tetap pamer kalau barusan beli mobil baru.Â
Kalau ditanya apakah saya punya teman tone deaf, maka jawabannya punya. Saya juga mendapat cerita dari teman, bahwa di kantornya ada beberapa teman yang tone deaf terhadap rekan kerja lainnya. Nah, gimana nih kalau kalian punya teman kerja tone deaf, apa yang seharusnya dilakukan? Apakah kalian akan menjauhi teman kerja yang tone deaf, atau justru berusaha  memahami teman kerja tone deaf.
Berhadapan Dengan Teman Kerja Tone Deaf
Kalau dipikir-pikir, misalkan kita harus memahami teman kerja yang tone deaf, capek juga lho! Apalagi jika teman kerja itu hampir setiap hari bersinggungan dengan kita dalam masalah pekerjaan, bisa-bisa kita akan dibuat repot dengan sikap tone deafnya. Namun sebagai karyawan yang cerdas, kita tetap harus bijak ketika berhadapan dengan teman kerja yang tone deaf.Â
Berikut cara sederhana ketika harus berhadapan dengan teman kerja yang tone deaf:
1. Batasi Pergaulan Dengan Teman Kerja Tone Deaf
Jika sudah tahu ada teman kerjamu yang tone deaf, maka batasi pergaulan dengan mereka. Lakukan interaksi dan koordinasi seperlunya hanya untuk membahas masalah pekerjaan saja. Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, bisa jadi ketika kamu terlibat interaksi yang cukup dalam dengan teman kerja yang tone deaf, bukan tidak mungkin si tone deaf akan mulai memamerkan pencapaiannya yang mungkin belum bisa kamu raih.Â
2. Tegur Apabila Teman Kerja Itu Tone Deafnya Keterlaluan
Terkadang saya sangat merasa kesal mendengar maupun melihat orang yang tone deafnya kebangetan. Jika kamu merasakan apa yang saya rasakan yaitu sangat kesal dengan orang yang tone deafnya terlalu tinggi, maka tidak ada salahnya kok menegur secara sopan. Apalagi jika berkaitan dengan masalah pekerjaan.
Teman saya pernah bercerita kalau dirinya tidak tahan bekerja di perusahaan dengan sistem keluarga. Pernah suatu ketika teman saya menegur rekan kerjanya yang merupakan saudara dari pimpinan perusahaan tempat dia bekerja. Teman saya hanya ingin dibantu menyelesaikan pekerjaan oleh rekan kerja yang notabene adalah saudara dari bosnya itu.
Meskipun akhirnya dibantu menyelesaikan pekerjaan, namun sikap tone deaf dari rekan kerja teman saya itu tetap tidak berubah. Alhasil, setiap merasa kesal akan sikap rekan kerjanya yang tidak peka dengan beban pekerjaan tim dalam satu divisi, teman saya pun sering menegur dengan keras. Tak jarang konflik terjadi dalam perusahaan tempat teman saya kerja.Â
Penutup
Mungkin cara kita menyikapi orang yang tone deaf akan berbeda-beda. Tidak ada yang salah maupun benar dalam menyikapi orang yang tone deaf. Hanya saja ketika kita sudah memutuskan bagaimana memperlakukan orang yang tone deaf, maka kita juga harus siap menerima konsekuensi perilaku mereka.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
https://www.rri.co.id/lain-lain/924948/arti-istilah-tone-deaf-yang-viral-di-media-sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H