Ada beberapa alasan kenapa libur terlalu lama bisa menjadi ajang iri antar sesama rekan kerja di kantor, karena:
Tidak Semua Karyawan Sering Izin
Kalau ditanya, lebih senang mana berada di kantor atau di rumah, maka jawaban saya adalah berada di kantor meskipun sedang tidak banyak pekerjaan. Saya rasa ada beberapa karyawan yang juga sepakat dengan saya, di mana merasa tidak perlu mengambil izin jika tidak ada kepentingan mendesak.
Sama halnya dengan teman saya yang suka curhat mengenai kondisi kantornya, dia merasa lebih suka bekerja di kantor ketimbang hanya rebahan di rumah tanpa melakukan sesuatu yang berguna. Maklum saja, teman saya itu masih single dan belum ada kewajiban yang harus dia tunaikan ketika di rumah, sehingga bekerja merupakan solusi agar dirinya selalu produktif.
Jadi kesimpulannya tidak semua karyawan sering izin dan tentunya akan merasa iri apabila di kantor melihat rekan kerja yang lain terlalu sering mengambil jatah cuti dan ijin sakit. Sebab sering kita perhatikan ada beberapa oknum karyawan yang izin sakitnya hanya dibuat-dibuat sehingga kerap menimbulkan rasa iri rekan kerja lainnya.
Tidak Semua Karyawan Produktif
Kantor yang menganut sistem kekeluargaan di mana ada anggota keluarga yang ikut bekerja di perusahaan tersebut, terkadang "melahirkan" karyawan yang tidak produktif. Hal ini tentu saja menjadi dilema bagi pimpinan perusahaan apalagi jika ternyata anggota keluarga tersebut sering izin dan mengambil cuti mendadak misalnya, maka karyawan lain akan merasa iri karena menganggap saudara pimpinan tidak produktif dalam bekerja.
Sebaiknya pimpinan perusahaan memberlakukan nilai-nilai keadilan apabila ingin mempekerjaan saudara sendiri di kantornya, dengan memberikan sanksi apabila karyawan tersebut melakukan tindakan yang melanggar peraturan perusahaan.Â
Gaji yang Tak Setara Akan Menjadikan Kesenjangan Sosial di antara Karyawan Apabila Sering Izin atau Mengambil Jatah Cuti
Seorang sales atau marketing mungkin tidak bisa seenaknya izin atau libur dari pekerjaannya. Hal ini dikarenakan sales atau marketing merupakan ujung tombak perusahaan mendapatkan omzet. Apabila sales atau marketing sering tidak masuk, lalu bagaimana akan mencapai goals penjualan?
Lalu katakanlah di kantor tersebut ada divisi teknisi yang job descriptionnya hanya melaksanakan orderan yang masuk melalui marketing. Seorang teknisi meskipun tidak ada pekerjaan, namun tetap akan menerima gaji bulanan sesuai kontrak yang telah ditandatangani. Namun marketing apabila tidak mencapai omzet penjualan yang ditetapkan, maka hanya menerima gaji pokok yang mungkin nilainya tak seberapa.
Penutup
Tulisan ini merupakan kumpulan dari curhatan teman di dunia kerja yang saya olah sedemikian rupa menjadi tulisan, agar menjadi pembelajaran bersama. Bahwa di dunia kerja pun kita tidak bisa berlaku seenaknya, terutama yang berkaitan dengan izin cuti, libur ataupun izin sakit.
Bahwa izin kerja atau cuti yang mungkin diajukan bisa jadi membuat rekan kerja lainnya berasumsi negatif terhadap diri kita sebagai karyawan hingga akhirnya menimbulkan rasa iri.
Semoga bermanfaat.