Ibu saya seorang pensiunan yang sudah berusia lanjut. Beliau sesekali mengeluh jika bosan hanya berada di dalam rumah saja, tanpa ada aktivitas lainnya.Â
Awalnya saya bingung harus bagaimana, karena Ibu saya seorang manula yang harus berhati-hati dalam melakukan aktivitas. Tentu saja manula rentan terkena cidera tubuh apabila melakukan aktivitas yang berlebihan.
Saya pun memberikan penjelasan bahwa dengan mengikuti beberapa arisan di lingkungan komplek serta kegiatan pengajian rutin setiap malam Jumat juga bisa dikatakan telah melakukan aktivitas yang bermanfaat. Minimal ibu saya bisa bertemu dengan beberapa tetangga dan berbincang mengenai hal-hal random.
Beberapa tetangga di lingkungan tempat tinggal saya merupakan lansia dan mereka rata-rata tinggal dengan anak atau cucu. Namun anak dan cucu pastinya memiliki kegiatan sendiri sehingga jarang bisa menghabiskan waktu bersama orang tua mereka yang sudah lansia.
Saya pun menyadari sendiri, ketika pulang kerja rasanya capek sekali dan langsung ingin mandi lalu masuk kamar untuk istirahat. Akan tetapi Ibu ingin bercerita kepada saya tentang segala hal, mulai dari isi chat di Whatsapp bersama teman masa muda beliau, sampai acara televisi yang menayangkan sinetron kesukaannya.Â
Sebagai anak yang ingin berbakti di sisa usia Ibu, saya akhirnya berusaha menyempatkan diri melakukukan quality time dengan Ibu. Membiarkan beliau berbicara panjang lebar tentang segala hal, dan saya pun setia mendengarkan.Â
Teringat akan masa kecil, dimana Ibu dengan setia menjawab segala pertanyaan saya. Lalu apa ruginya bagi saya jika mendengarkan celoteh Ibu walau hanya beberapa menit saja, hiks... jadi sedih deh.
Ada tetangga sahabat Ibu, sebut saja Ibu Tiwi yang tinggal sendirian di rumahnya tanpa ditemani oleh anak atau cucu.Â
Ibu Tiwi hanya ditemani oleh asisten rumah tangga setiap paginya, itu pun tidak lama.
Si ART hanya menemani Ibu Tiwi kurang lebih 4 jam, lalu pulang ke rumahnya sendiri setelah membersihkan seisi rumah Bu Tiwi.
Kebayang donk rasa sepi yang dilalui oleh Bu Tiwi ketika sendirian di rumah, sementara terkadang dia butuh teman untuk mengobrol. Akhirnya Bu Tiwi sering main ke rumah hanya sekadar mengobrol bersama Ibu untuk mengusir rasa sepinya.Â
Bahagianya Ibu adalah ketika Ibu Tiwi berkunjung sehingga kedua lansia itu bisa saling ngobrol. Sesekali Ibu saya yang gantian berkunjung ke rumah Ibu Tiwi untuk sekadar berbincang ringan di pagi hari.
Lansia Juga Berhak Bahagia
Dilansir dari situs https://dinsos.riau.go.id/, seseorang dapat dikatakan lansia apabila telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Hal ini sesuai dengan yang termaktub dalam Peraturan Presiden No. 88 2021 mengenai Strategi Nasional Kelanjutusiaan.
Seorang lansia sendiri ketika muda juga merupakan individu yang produktif dan aktif dalam bekerja serta melakukan aktivitas sehari-hari.Â
Saya, Anda dan kalian yang masih berusia produktif suatu ketika akan memasuki masa lanjut usia, dimana ditandai dengan penurunan kemampuan fisik dan psikis.
Beberapa contoh penurunan fungsi fisik dan psikis yang dialami oleh lansia antara lain:
- Pendengaran yang berkurang
- Sering lupa atau pikun terhadap peristiwa yang barusan terjadi
- Depresi dan gangguan kecemasan. Manusiawi sekali jika pada beberapa lansia merasa cemas dikarenakan mungkin anak-anaknya sudah memiliki kehidupan masing-masing. Cemas tidak ada yang mengurusnya di saat sakit bisa jadi merupakan kecemasan terbesar seorang lansia
- Penglihatan menjadi kabur sehingga membutuhkan alat bantu yaitu kacamata
- Daya tahan tubuh yang mulai berkurang sehingga mudah terserang penyakit dan tak jarang banyak lansia mengalami osteoporosis
- Dan masih banyak lagi penurunan fungsi fisik dan psikis lainnya
Adanya penurunan fungsi fisik dan psikis pada lansia tentu saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada lansia sendiri dan membuat cemas anggota keluarga seperti anak, menantu maupun cucu.Â
Jika tak sanggup mengurus lansia, maka tidak mustahil anak akan mempekerjakan perawat atau asisten rumah tangga untuk menemani orang tua yang sudah masuk usia lanjut.
Ada banyak cara agar lansia bisa menghabiskan waktu pensiunnya dengan bahagia tanpa diliputi rasa cemas, sebut saja:
1. Melakukan Hobi atau Aktivitas Pengisi Waktu Luang
Jika Anda memiliki hobi namun terkendala dengan kesibukan di masa muda, maka mungkin sudah saatnya Anda melanjutkan hobi yang tertunda ketika sudah memasuki usia lanjut. Namun apabila Anda tidak memiliki hobi, maka bisa mencari aktivitas pengisi waktu luang di masa tua.
Ada banyak kegiatan pengisi waktu luang di masa lansia misalnya saja bercocok tanam di halaman rumah, menjahit, mencoba resep masakan baru, dan beragam aktivitas lain yang berguna.
Ketika Anda sudah melakukan hobi, maka bisa sampai lupa waktu sehingga tak ada celah untuk merasa cemas terhadap hari tua.Â
Ibu saya ketika memasuki usia 60 tahunan, sangat rajin merenda untuk membuat taplak dan bed cover sampai beliau lupa waktu.Â
Seiring berjalannya waktu, penglihatan Ibu mulai menurun hingga akhirnya beliau terpaksa menghentikan aktivitas merenda dan beralih memanfaatkan gadget untuk mendapatkan hiburan di kala sendirian di rumah.
2. Beribadah atau Mendekatkan Diri Kepada Tuhan
Mungkin poin kedua ini terdengar klise, namun apabila lansia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan maka akan timbul rasa bahagia dan tentu saja dapat mengurangi rasa cemas.Â
Oleh sebab itu disarankan bagi Anda yang memasuki masa usia lanjut, lebih banyak melakukan aktivitas kerohanian agar terhindar dari kecemasan yang tak beralasan.
Dengan lebih dekat kepada Tuhan, maka lansia akan lebih pasrah terhadap takdir hidup yang dijalani di masa tua. Mengikuti komunitas Majelis Taklim bagi yang beragama Islam tentu saja membawa dampak positif. Hal ini dikarenakan di komunitas Majelis Taklim para lansia bertemu dengan jamaah lainnya dan bisa saling berbagi cerita satu sama lain.
Sementara bagi lansia yang beragam Non Muslim, bisa bergabung dengan komunitas yang dibentuk oleh tempat ibadah yang biasa dikunjungi.
3. Bergaul atau Bersosialisasi Dengan Teman Baru dan Juga Teman Lama
Saya sangat mendukung Ibu untuk bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman beliau, entah itu teman ketika sekolah maupun teman pensiunan di perkumpulan arisan. Jangan larang ketika orang tua kita yang sudah lansia ingin mengikuti arisan, komunitas serta aktivitas lain yang bermanfaat bagi mereka untuk menjalani masa tua.
Yang perlu saya lakukan sebagai anak adalah memastikan agar Ibu aman dengan aktivitas yang dilakukannya.Â
Bahkan Ibu saya pun tergabung dengan grup Whatsapp alumni sekolah kejuruan yang beliau tempuh puluhan tahun silam. Dari grup Whatsapp tersebut, banyak nostalgia yang Ibu kenang dan membuatnya bahagia dengan menceritakannya kembali kepada saya.
Arisan PKK, arisan lansia, arisan pensiunan, pengajian setiap malam Jumat bisa jadi merupakan sarana kebahagiaan bagi para lansia seperti Ibu saya yang bingung harus melakukan aktivitas apa agar tak bosan.Â
Tak lupa saya juga sering mengajak Ibu makan di luar mencari suasana baru agar beliau tidak jenuh. Tak perlu datang ke tempat makan yang mewah, mengajak orang tua kita yang sudah lansia makan di warung nasi pecel dekat rumah saja sudah membuat mereka bahagia.
Penutup
Kita pasti akan menjadi tua dan hal itu tidak dapat dicegah. Manusiawi jika dihantui rasa cemas ketika membayangkan seperti apa masa lansia kita kelak. Namun daripada cemas tak berkesudahan, terlebih ketika masa itu tiba maka sebaiknya Anda sudah mulai memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan di saat masuk usia lanjut.
Semoga bermanfaat.
Referensi: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H