Mohon tunggu...
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger-Content Writer-Content Placement Artikel di Blog-Jasa Review Produk dan Jasa di Blog Untuk kerja sama bisa email di titikterang751@gmail.com

Blogger Surabaya yang mengelola beberapa blog diantaranya santaisore.com , sahabatcurhat.my.id , curhatyuk.my.id dan masih banyak lagi Senang menulis mengenai dunia HRD, suka mengamati perilaku sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lingkungan Kerja Toxic, Pilih Resign atau Bertahankah yang Lebih Baik

30 Juli 2023   11:07 Diperbarui: 11 Agustus 2023   17:44 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang dilansir dari https://pustaka.unand.ac.id/, toxic leadership merupakan motivasi, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh seorang pimpinan yang hanya berpusat pada dirinya sendiri. Tentu saja kepemimpinan seperti ini akan merugikan para karyawannya. Beberapa ciri dari seorang pimpinan yang toxic antara lain:

  • Sulit untuk menghargai hasil kerja keras bawahannya, bahkan cenderung tidak menghargai sama sekali
  • Menganggap karyawan bukan aset bagi perusahaan
  • Tidak bisa menerima kritik maupun saran dari karyawan di perusahaannya
  • Cenderung bersikap otoriter kepada para karyawannya
  • Hampir tidak pernah terlibat dalam urusan pekerjaan namun menginginkan kesempurnaan dalam hasil pekerjaan seluruh karyawannya.

Curhatan sering saya dengar dari beberapa teman dimana ada sebagian mereka yang merasa kecewa lantaran tidak pernah dihargai hasil kerjanya oleh pimpinan. 

Bukan bermaksud tidak ikhlas terhadap kewajiban sebagai karyawan, namun teman saya merasa kantor tempatnya bekerja cukup terbantu dengan administrasi kantor yang dirapikannya sehingga kantor menjadi lebih tertib dalam pembukuan. 

Namun sayangnya, pimpinan kantor tempat dia bekerja yang merupakan perusahaan kecil kurang mengapresiasi kinerja teman saya tersebut.

Lalu ada lagi curhatan dari teman yang memiliki pimpinan tidak peka terhadap budaya kantor yang diisi oleh karyawan sebagian besar dari kerabat pimpinan itu sendiri. 

Karyawan yang mayoritas terdiri dari kerabat pimpinan rawan menimbulkan konflik dan gesekan dengan rekan kerja sendiri. Jatuhnya nanti kita akan mendapati rekan kerja yang toxic, sementara pimpinan tak mau tahu konflik internal dan hanya berharap profit besar di perusahaannya.

Mungkin pada kesempatan berikutnya, saya akan mencoba menulis dan membahas bagaimana dampak negatif apabila sebuah perusahaan mempekerjakan saudara sendiri.

Rekan kerja toxic

Rasa-rasanya sudah banyak sekali artikel yang membahas mengenai rekan kerja toxic. Kita sebagai manusia yang hidup berdampingan satu dengan yang lain, akan berkenalan dengan berbagai karakter manusia. Biasanya karakter manusia itu terlihat aslinya ketia berinteraksi secara intens, salah satunya di tempat kerja. 

Sering saya mendengar curhatan jika di kantor, teman saya memiliki rekan kerja toxic. Lama-lama saya pun melakukan instrospeksi, jangan-jangan saya sendiri merupakan karyawan toxic di kantor yang mungkin tidak disenangi oleh rekan kerja lainnya. Baiklah, sedikit saya ingin merinci bagaimana sih ciri-ciri rekan kerja toxic itu, antara lain:

1. Melemparkan tanggung jawab kepada rekan kerja lainnya

Dia yang diberi tugas oleh pimpinan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, namun dia juga yang melempar tanggung jawabnya ke teman kerja laiinnya. 

Iya kalau rekan kerja yang diserahi tugas mendapatkan deskripsi lengkap mengenai tugas yang dipasrahkan kepadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun