Bekerja tentu saja harus ada tanggung jawab yang diberikan seseorang kepada kantor tempat dia mengabdi.Â
Pak Totok sendiri selain merupakan sopir perusahaan, beliau juga ternyata sopir keluarga pimpinan teman saya. Pak Totok dalam sehari harus menjemput beberapa anggota keluarga dari pimpinan teman saya, sebut saja istri dan anak-anak dari pimpinan Pak Totok. Tentu melakukan pekerjaan antar jemput sebagai sopir kantor dan keluarga membutuhkan stamina yang fit.
Sebagai lansia, adalah hal yang wajar apabila terjadi penurunan fungsi anggota tubuh serta pancaindera.Â
Kondisi kesehatan Pak Totok sudah tidak seperti 10 tahun lalu ketika ikut di perusahaan tempat teman saya bekerja. Indera penglihatan Pak Totok sudah tidak sejernih  ketika beliau muda. Penglihatan kabur adalah hal wajar dialami seorang lansia. Akibatnya beberapa kali Pak Totok hampir saja menabrak kendaraan yang dibawanya untuk menjemput anak-anak dari pimpinan teman saya. Selain penglihatan berkurang, Pak Totok kerap kali mengeluh kepala pusing dan persendian sakit.
Karena kelalaiannya, teguran demi teguran diterima Pak Totok, mulai dari teguran halus sampai keras. Pimpinan tempat Pak Totok bekerja berulang kali menyuruh beliau untuk istirahat saja di rumah selama beberapa minggu sembari memulihkan kondisi kesehatannya. Namun Pak Totok bersikeras tak ingin beristirahat untuk waktu yang cukup lama.Â
Dari cerita teman saya, dapat dimaklumi kenapa Pak Totok bersikeras tak mau istirahat dalam jangka waktu cukup lama. Hal ini dikarenakan gaji Pak Totok dihitung secara harian. Apabila Pak Totok tidak masuk, maka gajinya otomatis terpotong sesuai jumlah hari dia tidak masuk.
Bagi lansia yang masih terdesak akan kebutuhan ekonomi, maka dapat dikatakan gaji harian yang diterimanya akan sangat berharga. Pak Totok bukan lansia yang sebatang kara, dia punya anak-anak yang sudah beranjak dewasa.Â
Namun sebagai orang tua, Pak Totok tidak ingin merepotkan anak-anaknya dengan menjadikan mereka generasi sandwich. Pak Totok rela bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan ketrampilannya menyetir kendaraan roda empat.Â
Namun di sisi lain, Pak Totok terkendala kondisi kesehatannya, hingga akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhir masih berstatus karyawan sebuah perusahaan dengan profesi sopir.
Dilema Lansia Bekerja
Dari kisah Pak Totok, banyak hikmah yang harus kita ambil. Menjadi tua merupakan proses hidup yang pasti kita lalui. Namun pilihan ada di tangan kita, apakah kita ingin menjadi lansia yang bahagia tanpa desakan kebutuhan ekonomi, atau kita tetap akan menjadi lansia yang bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup sehati-hari. Akan tetapi jalan hidup dan takdir tak dapat kita atur, dikarenakan hal itu adalah hak prerogatif Tuhan Yang Maha Kuasa.Â