Misalnya : 12Kg, 20Kg, 30Kg dan 50Kg lalu bermain di promosi paket harga.
Dari paket-paket yang tersedia, masyarakat bisa memilih LPG sesuai kebutuhan mereka.
3. Pengawasan pendistribusian elpiji bersubsidi
Sebaiknya dilakukan pengawasan ketat sehingga elpiji non subsidi tidak salah sasaran dalam pengalokasiannya. Karena bisa saja masyarakat kalangan menengah ke atas justru beramai-ramai membeli elpiji bersubsidi 3Kg yang harusnya ditujukan untuk masyarakat kecil.
4. Jual elpiji non subsidi 12Kg bagai sistim MLM
Rasanya mungkin lucu, jual gas seperti metode MLM, tapi kenapa tidak? mungkin saja dengan cara seperti ini justru akan memberikan sensasi baru dalam kelancaran marketing dan distribusi Elpiji 12Kg bahkan 15Kg
5. Mainkan Point Reward untuk pelanggan langsung
Berhubung target marketing adalah kalangan menengah ke atas, mengapa tidak bermain saja dengan point reward untuk setiap pembelian Gas Elpiji mulai 12Kg. Women (wanita/ibu rumah tangga) tentu tersangka pelaku dalam pembelian Gas ini, pasti suka dengan yang namanya iming-iming hadiah atau point reward. Contohnya saja, Frequently Flyer maskapai tertentu bermain denagan point reward untuk menarik pelanggan dan membuatnya tetap menjadi pelanggan. Sistem Point reward berlaku untuk konsumen bukan pengecer.
6. Latih Dealer untuk marketing dan Service After Sales (pelayanan setelah penjualan)
Layaknya bisnis service mobil di dealer resmi, mengapa tidak jika para agen atau pertamina melakukan pelayanan setelah melakukan penjualan. Misalnya, memperkirakan jangka waktu penggunaan Gas, dengan begitu bisa mengingatkan masyarakat pengguna untuk membeli sebelum tanggal penggunaan gas elpiji habis.
Terkadang harga memang terasa mahal, tetapi pelayanan dan kepuasan pelanggan bisa mengimbangi.
Intinya, bermain cantik dengan berbagai variasi strategi marketing dan pendistribusian elpiji akan mendatangkan hasil yang berbeda dan luar biasa disertai dengan Pengawasan yang nyata.