Mohon tunggu...
Maria Silnifa
Maria Silnifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penyuluhan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Hilanglah Diriku

21 September 2023   21:27 Diperbarui: 1 Oktober 2023   22:30 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bermimpi lagi tentang gadis itu. Gadis yang membuatku lupa untuk menangis, yang membuatku lupa caranya mengabaikan orang lain dan yang membuatku hangat seperti saat pertama kali dilahirkan ibunda. Namanya irene dan dialah satu-satunya alasanku tetap hidup sampai sekarang.

Tanggal 3 Juli 1999, aku pindah sekolah dari SMA yang terkenal dan mahal ke sekolah anak-anak berekonomi menengah kebawah. Sekolahnya begitu kumuh seperti pasar saja, pikiran ku kacau terlebih usaha keluargaku yang bangkrut habis-habisan. 

Andai saja ibunda masih hidup tentu ialah penguat ku sekarang tapi semua sudah berlalu, Tuhan sangat sayang ibundaku lantas untuk apa aku bersedih? Toh suatu hari aku akan bertemu ibunda lagi. Tiba-tiba suara bel menghentikan lamunanku, pak Ahmad mempersilahkanku masuk kelas dan memperkenalkan diri. 

Setelahnya aku disuruh duduk disebelah seorang gadis aneh yang sangat aktif, aku rada risih dan terganggu dengan kelakuannya yang "petakilan" itu. "Hallo salam kenal emmm aku irene, temenan ama aku ya" katanya dengan sangat ceria, aku hanya menatapnya tajam dengan ekspresi jijik tanpa mengatakan sepatah katapun. 

Tetapi dia malah tetap tersenyum, entah aku yang membencinya atau malah aku hanya iri dengan kebahagiaannya. 

Waktu terus berlalu, tidak ada hal yang baik dalam hidupku sekarang ini, ekonomi keluargaku semakin memburuk sampai-sampai ayah rela menjadi pedagang pulsa dan beberapa jualan lain. 

Hari itu hari selasa, hari yang paling kubenci karena kami harus saling bercerita tentang kesulitan-kesulitan kami. 

Ketika hendak duduk, kulihat sebatang cokelat di atas kursiku dengan secarik kertas diatasnya semangat ya kamu jangan menyerah kamu ganteng kok gak bagus kalau stress mulu dari irene sejenak kulihat cokelat dan tulisan itu sampai akhirnya kubuang ditempat sampah. 

Irene yang baru pulang dari kantin, melihat cokelat pemberiannya yang sudah berada dalam tempat sampah, kukira dia akan marah namun dia malah menyodorkan sebuah wafer besar kearahku. 

"Kuperhatikan kau begitu pucat, mungkin wafer ini tidak terlalu bisa membuat mu kenyang tapi cobalah," katanya dengan tatapan yang khawatir. Sempat aku berpikir untuk menepis tangannya namun aku juga sadar akan kondisiku apalagi sedari pagi aku belum makan apa-apa. 

Dia menatap ke arahku lagi " apa kau tau, kau sebenarnya adalah anak yang baik kan? Hanya saja kau ada masalah. 

Cerita padaku, kau adalah orang yang paling aku sukai entahlah mengapa sejak pertama kali melihatmu aku merasa kau adalah orang yang selalu datang dalam mimpiku. Hahah aneh kan" timpalnya. 

Aku mendengar ocehannya dengan acuh "aku harap kau mau menjadi bagian di hari-hari terakhirku ini". 

Hari-hari terakhir? Apa maksudnya? Ahh apa peduliku, aku juga tidak tertarik untuk menjadi bagian dari kehidupan orang lain toh hidupku juga sedang dilanda masalah serius begini.

Hari-hari berikutnya, irene semakin memperhatikanku mulai dari makan siang, cara berpakaian, nilai-nilaiku bahkan hal-hal sepele seperti gaya rambut dan sepatuku yang selalu diikatnya rapih. 

Entah mengapa aku malah nyaman dengan hal itu bahkan sampai mengajaknya kekantin bersama, pulang bersama dan nonton bioskop. 

Perekonomian keluargaku juga semakin membaik dengan ayahku yang membuka toko kecil namun ramai pengunjung, ini seperti irene adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk membuatku tak terpuruk lagi dalam jurang kekelaman. 

Suatu hari aku meminta ijin pada ayah karena aku akan pergi berbelanja dengan irene, ayah mengiyakan dan memberikan aku sejumlah uang dengan pecahan 50 ribu rupiah. Kupikir hari itu ayah sangat baik padaku, selama ini ia hanya memberikan sedikit uang padaku namun aku sangat bersyukur hari itu. 

Ketika akan sampai ke stasiun kereta aku bertemu irene, dia sangat cantik hari itu rambutnya yang hitam panjang dengan hiasan jepit bunga diatasnya membuat wajahnya kian menawan. 

Namun tiba-tiba hujan yang entah bagaimana munculnya mengguyur kami berdua, aku menyarankan irene untuk pulang kerumahku dulu sebab rumahku tidak jauh dari stasiun kereta. Ketika sampai dirumah, aku membuka pintu berwarna cokelat itu dan betapa terkejutnya aku melihat ayah sedang bercumbu dengan seorang wanita di sofa rumah kami. Aku tertegun, membeku. 

Hatiku hancur, ternyata kebaikannya hari itu hanyalah topeng muslihat yang tak ku sadari sedari tadi. Dengan sempoyongan aku berlari keluar derasnya hujan, aku berteriak sejadi-jadinya, air mataku telah bercampur dengan hujan kala itu. 

Tiba-tiba irene memelukku dari belakang, pelukannya begitu hangat sejenak meringankan sedikit beban dipundakku, aku menoleh kebelakang sudah kulihat ayah dengan tatapan bersalahnya memelas kearahku. 

Aku sadar, ayah memang harus mendapatkan pendamping baru untuk mengisi kekosongan hatinya. Aku memakluminya namun tetap saja lika hati ini tetap menganga, ibunda.. maafkan aku yang naif ini tetapi tak ada salahnya seorang lelaki terluka hatinya kan?.

7 maret 2000, aku berniat memberikan irene sebuah cincin dan hendak menyatakan perasaanku padanya. Namun di hari itu ia tak datang kesekolah, aku menanyakan kondisinya keteman-teman lain anamuntak ada yang tau kabarnya. 

Sampai 3 hari berlalu, hari itu kelam kudengar suara lirih yang menggema dibalik toa mengabarkan hal yang akan membuatku sehancur ini " turut berdukacita atas meninggalnya irene richard naho, semoga ia diterima disamping yang maha kuasa"

Dari hari itu aku termotivasi untuk menghilang. Diatas gedung ini aku akan terbang dan menggapai 2 orang yang paling kucintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun