Mohon tunggu...
Maria Febri Kristina
Maria Febri Kristina Mohon Tunggu... Penulis - Seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis

Seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Sore Setelah Turunnya Hujan Siang itu

13 Juli 2016   11:26 Diperbarui: 13 Juli 2016   11:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sajak Sore Setelah Turunnya Hujan Siang itu

Maria Febri Kristina

Saat aku usai dari rutinitas wajib harianku

Aku pun tak sabar ingin segera tiba di rumah

Tak sabar ingin segera merebahkan raga yang lelah ini

Dengan sisa tenaga yang ada saat itu 

Aku pun menuntun sepeda sambil melewati jalan setapak

Udara lembab sore itu

Terasa masih kuat terasa menyentuh kulit

Setelah hujan turun sejak awal pagi hingga siang tadi

Rasa haus, lapar, lelah, kantuk pun akhirnya tiba menghampiriku

Hngga akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan  sejenak perjalanan pulangku

Aku pun berhenti di sebuah taman kecil

Dan memarkirkan sepedaku di situ

Aku mulai  berjalan di taman itu sambil  duduk di salah satu bangku yang ada di sana

Oh sungguh indah menikmati udara segar sore

Yang masih kental dengan kesejukan usai turunnya hujan siang tadi

Ingin rasanya aku membaringkan raga ini di hamparan rumput hijau 

Sambil menikmati awan-awan putih

Bagaikan hamparan kapas putih yang bersebaran di langit biru

Oh Sang Sumber Cinta, betapa indah hasil karya  ciptaan tanganMu ini

Tak selang beberapa lama  

Aku pun mulai melanjutkan berjalan melewati jalan di taman itu

Hingga akhirnya aku berhenti di sebuah sebuah bangku lain

Dimana ada sebuah pohon rimbun tegak berdiri di sampingnya

Terlintas dalam pikirku, “ah pasti nyaman jika menikmati sore hari di sini”

Di sana..

Aku pun duduk di bangku itu sambil menikmati sisa makan siangku tadi

Sambil menikmati makanku dengan semilir angin yang berhembus sore itu

Mata ini melihat sesuatu yang bagiku itu menarik

Aku pun sejenak menghentikan lanjutan makan siangku tadi

Dan mulai mengamati sesuatu yang pikirku itu menarik

Mungkin bagiku sesuatu itu menarik

Tapi entah pandangan bagi orang lain

Aku tak tahu

Sebab setiap orang memiliki pandangan berbeda mengenai arti dari sebuah kemenarikan dan keindahan

Termasuk pula dengan itu

Sebab sesuatu itu bukanlah sebuah kembang yang sedang mekar dan bergoyang tertiup desiran angin  yang berhembus

Tapi hanyalah seorang manusia

Ya, seorang manusia

Seorang kakek tua yang berjalan melewati taman kota itu

Ia berjalan dengan sisa tenaga yang ada padanya sambil menjajakan barang dagangan

Satu hal yang membuatku tertarik pada kakek tua itu

Walaupun ia merasa lelah karena mesti berjalan tak terhingga jarak yang mesti ditempuh untuk menjajakn barang dagangannya

Tapi kakek itu tetap tersenyum ramah pada setiap orang yang ia jumpai

Ah sungguh indah dan menarik pemandangan yang kudapati sore itu

Desiran angin semilir sore itu ternyata telah menyibakkan rambutku yang saat itu terurai

Sekaligus memberikanku angin segar padaku

Yang merasa lelah dengan rutinitas harian wajibku

Tak menunggu lama

 Aku pun mulai mengambil kamera yang selalu aku bawa dalam tas ranselku

Untuk mengambil gambar sederhana kakek tua itu yang bagiku sangat menginspirasi

Tak lama, senyumku mengembang seusai mengambil gambar kakek tua itu

Saat itu hari semakin sore

Aku pun memutuskan untuk segera pulang

Khawatir jika hujan deras kembali turun seperti siang tadi

Saat berjalan pulang ke rumah sambil menuntun sepedaku

Entah mengapa senyumku kembali mengembang

Ketika aku membayangkan kakek tua tadi

Aku tahu, raganya yang  sudah lelah karena bekerja dan usianya yang telah renta tapi ia masih tetap semangat membagikan senyuman hangat pada setiap orang yang ia jumpai

Oh Tuhanku, sungguh indah inspirasi yang Kau berikan padaku hari ini

Terlintas dalam pikirku sebuah tulisan sederhana yang ditulis oleh seorang filsuf yang menjadi sosok idola bagiku

“Pada saat kedua kakimu sudah lelah, maka berjalanlah dengan hatimu, tapi jangan pernah berhenti.”

Ya, itulah kata yang ditulis oleh salah satu filsuf kesukaanku, “Paulo Coelho”

Bagiku

Kakek sederhana itu telah menjadi inspirator sejati

Dia telah  berjalan dengan hati, tanpa henti walau rasa lelah telah menghampirinya dan menguras separuh tenaga yang ada padanya

Dia telah membangkitkan kembali semangat hidupku, untuk berjalan hati, kasih, sukacita, bahkan  memberikan seserpih senyuman sederhana pada orang lain

Walaupun kita sendiri tahu dan menyadari raga ini telah lelah

Sejenak aku pun memejamkan mata

Dan berbisik dalam hati kecilku

Terima kasih Tuhan, sebab Engkau telah mempertemukan aku dengan seseorang sederhana yang telah mengembalikan semangat hidupku

Dalam doa sederhanaku, 

Aku berharap dan berdoa,

 Semoga Engkau selalu melindungi dan menjagai kakek sederhana itu dalam setiap langkah hidupnya

Terima kasih kakek, engkaulah insipirator sejatiku

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun