Mohon tunggu...
Maria Febri Kristina
Maria Febri Kristina Mohon Tunggu... Penulis - Seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis

Seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ingatanku Tak Pernah Bisa Melupakanmu

18 Mei 2016   13:18 Diperbarui: 18 Mei 2016   17:24 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingatanku Tak Pernah Bisa  Melupakanmu

Maria Febri Kristina

Papa..

apa kabarmu di sana?

Tiap pagi setelah aku bangun  dari tidur malamku

Aku tak pernah lupa untuk menunggu pesan singkat darimu

Bukan dari seorang pangeran yang menjadi belahan jiwa putri kecilmu

Tapi dari seorang raja yang dengan sabar selalu membimbing putrinya

 aku merasa sapaanmu di pagi hari memberikanku energy positif dan membangkitkan semangatku

 “putriku, selamat pagi semoga lancar yang kamu lakukan hari ini, doa papa selalu untukmu putri kecilku”

walau terkadang aku berpikir sapaanmu begitu sederhana

tapi membuatku merasa bahwa aku harus mampu menjalankan semua tugasku

ya, tugas yang dipercayakanNya pada putrimu hari ini dengan segala kemampuan yang aku miliki

Papa, kala itu aku teringat akan pengalaman indah bersamamu

Waktu itu, ketika aku berusia 6 tahun

Engkau selalu mengajakku pergi ke suatu tempat

Ya, ke suatu tempat yang indah

 dimana hanya ada aku dan engkau papaku

Papa, kala itu aku teringat ketika aku berjalan berdua denganmu

Engkau mengajakku duduk di suatu taman dimana beralaskan rerumputan hijau

Waktu itu, aku yang masih dini,

 aku terlalu sibuk bermain dengan boneka kesukaanku

engkau pun kemudian memangku ku dan meletakkan boneka kesukaanku di samping

aku pun hampir menangis kala itu

tapi engkau papaku, memelukku dengan hangat

akupun mengurungkan niat tidak menumpahkan air mataku

di saat aku merasa nyaman berada dalam pelukanmu

engkau pun ternyata sedang mengamati sesuatu yang bagimu itu menarik

kala itu,  aku yang belum mengerti banyak hal tidak mengetahui hal itu

engkau pun mengajakku untuk mengamati sesuatu

ya, mengamati segerombolan semut

semula aku yang masih terlalu dini tidak mengerti dengan maksudmu itu, papa

aku melihat dan mengamati segerombolan semut itu

aku yang kala itu belum mengetahui banyak hal tentang dunia luar dan bertanya:

“papa,  apa maksud papa mengajakku untuk mengamati semut-semut itu”

engkau pun tersenyum manis sambil membelai rambut kepalaku dan berkata:

 “anakku, jadilah perempuan yang mau bekerja keras serta  peduli untuk membantu orang lain”

Karena hidup di dunia ini tidak seindah hidup di negeri dongeng

Ya, hidup di dunia nyata penuh dengan perjuangan persaingan

Semua orang berlomba-lomba untuk menjadi ngomor 1

Banyak orang yang telah berhasil mendapatkan posisi pertama, terkadang mereka lupa untuk tetap rendah hati dan bijaksana

Oh, betapa tak bisa kubayangkan jika seorang tidak memiliki rendah hati dalam hatinya

Walaupun begitu, engkau juga mengajarkan padaku mengenai hal lain

Kalau hidup itu, adakalanya kita perlu membantu orang lain

Terlebih mereka yang berkekurangan

Aku pun teringat sesuatu

Kala itu, ada seorang nenek tua duduk di bawah pohon sambil menantikan uluran tangan pada siapapun yang melintas di depannya

Engkau pun mengambil sepotong roti yang ada di dalam tas makanku

Lalu memberikan potongan roti itu kepadaku

Aku pun  yang merasa tidak lapar saat itu, menolak roti yang kau berikan itu

Lagi-lagi engkau memandang sesuatu ke arah pohon itu

Aku pun penasaran dengan apa yang kau pandang itu, papa

Dengan memegang sepotong roti yang ada di tangan kananku

Tanpa berpikir panjang, aku pun mulai berjalan ke arah nenek itu dan memberikan sepotong roti yang ada di tangan kananku

Nenek itu tersenyum bahagia ketika aku memberikan sepotong roti itu

Oh Tuhan, sungguh indah pelajaran yang aku dapat kala itu.

Papa, aku teringat ketika aku berumur 12tahun

Aku teringat akan suatu kejadian dimana aku hampir merasa putus asa bahkan menyerah

Ya, karena salah seorang teman sekelasku mengejekku

Hanya karena tubuhku yang pendek, kurus, berambut keriting dan berkulit  hitam

Aku pun menangis dan seakan menyalahkan diriku sendiri

Oh Tuhanku, apa yang salah jika Engkau menciptakan aku dengan demikian?

Saat pulang sekolah, aku pun tetap tak bisa membendung air mataku

Setelah kejadian siang tadi, aku pun memilih mengurung diri di dalam kamar

Petang kala itu, membuat suasana hatiku semakin gelap

Saat makan bersama, aku pun merasa tak bersemangat

Makanan enak pun terasa hambar di lidah,

Bahkan air yang memberikan kesegaran, tidak bisa menyirami perasaanku yang gersang kala itu

Aku pun memilih untuk tetap diam dengan seribu bahasa dan menahan air mataku agar tidak tumpah di depanmu, papa

Tapi ternyata dugaanku salah, mungkin ikatan batin kita sangat kuat, papa

Engkau pun bertanya dengan seribu tanda tanya

“nak, mengapa sejak tadi kau terlihat murung dan tidak bersemangat?”

Aku pun tetap memilih untuk diam dengan seribu bahasa

Engkau pun mengajakku untuk duduk semakin dekat di sampingmu

Lalu membelai lembut rambut kepalaku, oh papa betapa nyaman aku berada di sampingmu

Hatiku pun akhirnya luluh dan tidak bisa lagi menyembunyikan perasaanku yang gersang ini

Dengan berat hati, aku pun menceritakan kegersangan hatiku ini padamu, papa

Engkau pun mendengarkan ungkapan kegersangan hatiku ini dengan penuh perhatian

Entah kenapa setelah ku ungkapkan padamu, hatiku terasa lega

Oh papa, lagi-lagi aku jatuh dipelukan hangatmu

Dan engkau pun mengatakan suatu pesan

Ya, suatu pesan yang hingga kini masih aku pegang dan amini

“putriku, jadilah engkau perempuan yang tangguh dan tahan banting. Jangan pedulikan apa kata orang tentang dan bagaimana dirimu.  Kritikan, ejekan, dan hinaan yang mereka berikan kepadamu, bukan alasannya untuk membuat dirimu menjadi menyerah dan putus asa dalam setiap langkah menuju masa depanmu. Terhadap semua itu janganlah lekas marah hai putri kecilku, tapi tersenyumlah. Karena Tuhanmu yang adalah sumber cinta dan aku papa mu, begitu sangat mencintai dan mengasihmu. Aku pun papa mu, tak pernah lupa mengingat namamu dalam setiap doaku, putri kecilku.”

Tuhan, betapa indah pesan yang Kau sampaikan lewat seseorang yang menjadi cinta pertamaku itu

oh papa, untuk kesekian kalinya aku jatuh dipelukan hangatmu

oh Tuhan, betapa bersyukur dan bahagianya diriku memiliki papa seperti dia

karena bagiku, dialah cinta pertamaku

sebelum nantinya aku menemukan seorang pengeran yang kelak akan menjadi cinta pertama bagi anak-anakku nanti

Papa oh papa, semoga aku bisa menjadi anakmu yang selalu menyenangkan dan membanggakan dirimu

 Papa, aku mencintaimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun