Makanan enak pun terasa hambar di lidah,
Bahkan air yang memberikan kesegaran, tidak bisa menyirami perasaanku yang gersang kala itu
Aku pun memilih untuk tetap diam dengan seribu bahasa dan menahan air mataku agar tidak tumpah di depanmu, papa
Tapi ternyata dugaanku salah, mungkin ikatan batin kita sangat kuat, papa
Engkau pun bertanya dengan seribu tanda tanya
“nak, mengapa sejak tadi kau terlihat murung dan tidak bersemangat?”
Aku pun tetap memilih untuk diam dengan seribu bahasa
Engkau pun mengajakku untuk duduk semakin dekat di sampingmu
Lalu membelai lembut rambut kepalaku, oh papa betapa nyaman aku berada di sampingmu
Hatiku pun akhirnya luluh dan tidak bisa lagi menyembunyikan perasaanku yang gersang ini
Dengan berat hati, aku pun menceritakan kegersangan hatiku ini padamu, papa