Mohon tunggu...
Maria Rahmani
Maria Rahmani Mohon Tunggu... Guru - Guru

SMP Islam Al Ishlah - Guru Bahasa Jawa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Macapat di Kabupaten Mojokerto

5 Desember 2023   16:44 Diperbarui: 5 Desember 2023   16:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Macapat adalah salah satu bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki irama dan metrum yang khas. Puisi macapat umumnya ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan memiliki tema yang beragam, seperti keagamaan, moralitas, cinta, dan kehidupan sehari-hari. Tembang Macapat memiliki sejarah perkembangan yang panjang dalam budaya Jawa. Sejarah asal mula tembang macapat masih menjadi objek penelitian oleh para ahli sastra dan budaya Jawa. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa tembang macapat diciptakan oleh Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada tahun 1279 Masehi. Pendapat lain mengatakan bahwa macapat tidak hanya diciptakan oleh satu orang, tetapi oleh beberapa orang wali dan bangsawan seperti Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Geseng, Sunan Majagung, Sultan Pajang, Sultan Adi Erucakra, dan Adipati Natapraja dan Tembang Macapat juga diyakini muncul pada akhir masa Majapahit dan dikenalkan oleh Wali Songo sebagai media dakwah

Macapat memiliki ciri khas dalam struktur dan pola penulisannya. Puisi ini terdiri dari beberapa bait yang biasanya berjumlah 4 atau 8, dengan setiap bait terdiri dari beberapa baris. Setiap baris memiliki jumlah suku kata yang tetap dan mengikuti pola tertentu, sehingga menghasilkan irama yang khas. Pola suku kata dalam macapat disebut "dondong", dan setiap macapat memiliki dondong yang berbeda. Selain irama dan metrum, macapat juga memiliki gaya pengucapan yang khas. Puisi ini biasanya dinyanyikan atau diucapkan dengan melodi yang mengikuti irama dan metrumnya. Penampilan macapat sering dilakukan dalam acara-acara adat atau upacara keagamaan di Jawa.

Tepat di peringatan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto ke 730 tahun 2023 Pemerintah Kabupaten Mojokerto melaksanakan kegiatan Festival Macapat Tingkat SMP/MTS Se Kabupaten Mojokerto, antusias peserta sungguh diluar dugaan panitia kurang lebih 40 peserta perwakilan sekolah SMP/MTS Se Kabupaten Mojokerto mengikuti kegiatan ini. Kepala Bidang Kebudayaan (Disbudporapar) Kabupaten Mojokerto, Riedy Prastowo S.STP, M.Si mengatakan, tujuan digelar festival macapat guna menguri-uri budaya dan juga wong jawa aja lali jawane (orang jawa jangan lupa jawanya). Melalui giat ini semoga kedepan minat dan semangat para pelajar untuk mengenal lebih tentang bahasa khususnya budaya macapat .

Selaian kegiatan diatas Kabupaten Mojokerto juga ada paguyuban macapat seperti Paguyuban Macapat Singa Liar, Among Budaya, Padepokan Tlasih 87 dll. Meskipun informasi yang lebih rinci tentang macapat di Kabupaten Mojokerto, dapat disimpulkan bahwa macapat memiliki peran penting dalam kehidupan budaya masyarakat di daerah tersebut. Macapat menjadi salah satu cara untuk menjaga dan menghargai warisan budaya Jawa yang kaya dan beragam.

Salah satu contoh macapat yang terkenal adalah "Sinom". Macapat Sinom memiliki irama yang riang dan ceria, sering digunakan dalam acara-acara keagamaan untuk menghibur dan membangkitkan semangat para peserta. Selain itu, ada pula macapat-macapat lain seperti Pangkur, Kinanthi, dan Asmarandana yang memiliki irama dan makna yang berbeda-beda. macapat yang terkenal adalah macapat Kinanthi. Macapat ini menggambarkan keindahan alam dan kebijaksanaan dalam budaya Jawa. Puisi ini menyampaikan pesan-pesan kehidupan melalui bahasa Jawa yang indah dan penuh makna.

Berikut adalah contoh macapat Kinanthi:

"Kinanthi sekar pisan 

Ning bumi Jawa iki

 Ing ngrembokoan amrak agung 

Pundi wuluhing jagat

Kinanthi sekar pisan 

Basi wulaning Sura 

Sapujagad mung karyaning Gusti

 Ilang sarta durung kawasa

Kinanthi sekar pisan 

Kawruhing nalar budaya 

Wis kawruhing ati 

Lakuning Gusti kang ngatur "

Macapat Kinanthi ini mengajarkan tentang kebijaksanaan dan keindahan alam yang ada di sekitar kita. Puisi ini juga menyampaikan pesan agar kita selalu menghormati dan menghargai nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Selain macapat Kinanthi, terdapat juga macapat Maskumambang dan macapat Gambuh yang juga memiliki keunikan masing-masing. Macapat Maskumambang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan pesan moral, sedangkan macapat Gambuh digunakan dalam pertunjukan seni tradisional Jawa. Puisi atau macapat merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa. Melalui macapat, nilai-nilai budaya dan tradisi dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Macapat juga menjadi salah satu bentuk seni yang unik dan memikat, mampu memperkaya khazanah sastra Indonesia.

Dalam era modern ini, macapat masih tetap dipertahankan dan diapresiasi oleh masyarakat Jawa. Banyak komunitas dan kelompok seni yang aktif dalam melestarikan dan mengembangkan seni macapat ini. Dengan demikian, macapat akan terus hidup dan berkembang sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Macapat adalah salah satu bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki keunikan tersendiri. Puisi macapat biasanya digunakan dalam upacara adat atau dalam pertunjukan seni Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata "macapat" sendiri memiliki arti "mengucapkan dengan hati".

Di Kabupaten Mojokerto, macapat juga dikenal dan diapresiasi sebagai bagian dari budaya Jawa. Meskipun informasi yang spesifik tentang macapat di Kabupaten Mojokerto sulit ditemukan dalam sumber yang tersedia, dapat disimpulkan bahwa macapat juga memiliki peran penting dalam kehidupan budaya masyarakat di daerah tersebut.

Pentingnya melestarikan macapat di Kabupaten Mojokerto juga tercermin dalam kegiatan seperti lomba nembang macapat bagi guru SD dan SMP serta baca geuritan bagi siswa SMP yang diadakan di daerah tersebut. Melalui macapat, generasi muda di Kabupaten Mojokerto dapat mengenal dan mempelajari akar budaya mereka. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan dan kekayaan budaya tradisional Jawa di daerah tersebut. Meskipun informasi yang lebih rinci tentang macapat di Kabupaten Mojokerto, dapat disimpulkan bahwa macapat memiliki peran penting dalam kehidupan budaya masyarakat di daerah tersebut. Macapat menjadi salah satu cara untuk menjaga dan menghargai warisan budaya Jawa yang kaya dan beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun