Mohon tunggu...
Maria Sri Dian Pratama
Maria Sri Dian Pratama Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Saya sangat suka menyanyi dan membaca komik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

20 Agustus 2024   01:25 Diperbarui: 20 Agustus 2024   01:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koneksi Antar Materi

Modul 1.4

Maria Sri Dian Pratama, S.Pd.

CGP A11

Kabupaten Sikka

Sebagai seorang guru merdeka, saya selalu mencoba terbuka dengan pengetahuan baru yang bermanfaat dalam keseharian saya sebagai seorang guru. Keseharian saya mencerminkan budaya positif melalui teladan dan rasa tanggung jawab atas perilaku murid. Pembelajaran juga berjalan dengan berpusat pada murid. Pembelajaran berpusat pada murid tidak hanya dalam pembelajaran, tetapi juga pada penyelesaian atas masalah yang terjadi. Saya mulai bergerak dari hukuman dan penghargaan menuju konsekuensi dan apresiasi  dengan menerapkan segitiga restitusi.

Filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan menuntun tumbuh kembang murid agar berkembang secara kognitif dan karakter. Sebagai guru guru saya juga mengembang nilai dan peran guru penggerak yang telah saya pelajari. Dalam mencapai semua tujuan itu dimulai dari prakarsa perubahan yang kemudian dijabarkan melalui tahapan BAGJA untuk menentukan langkah-langkah mencapai tujuan tersebut.

Mari KIta melihat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  1. Disiplin positif

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai, atau mencapai suatu tujuan mulia

  1. Teori kontrol

Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna 'kontrol'.

  1. Ilusi guru mengontrol murid.

  2. Ilusi bahwa semua penguatan posif efekf dan bermanfaat.

  3. Ilusi bahwa krik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.

  4. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

  1. Teori motivasi, hukuman dan penghargaan

  2. Posisi kontrol guru

Ada 5 posisi kontrol guru yaitu penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

Dalam praktik sehari-hari guru diharapkan dapat memposisikan diri sebagai manajer. Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau. karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi.

  1. Kebutuhan dasar manusia

Ada 5 kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Adanya tindakan di luar keyakinan kelas bisa jadi diakibatkan tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar tersebut.

  1. Keyakinan kelas

Keyakinan kelas adalah seperangkat nilai dan prinsip yang disepakati bersama oleh guru dan siswa untuk memandu perilaku dan interaksi di dalam kelas. Keyakinan kelas harus dibuat dengan melibatkan seluruh warga kelas terutama seluruh siswa secara aktif. Hal tersebut dikarenakan keyakinan kelas bukanlah aturan tetapi pernyataan positif yang menginspirasi dan memotivasi siswa dan mudah diingat dan membantu siswa menjadi individu yang bertanggung jawab, disiplin, dan memiliki rasa hormat terhadap orang lain.

  1. Segitiga restitusi.

Segitiga restitusi merupakan salah satu cara memperbaiki diri untuk mewujudkan disiplin diri. Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka lebih kuat ketika kembali pada kelompoknya.

Restitusi memberikan kesempatan kepada murid untuk disiplin positif, memulihkan diri dari kesalahan sehingga memiliki tujuan yang jelas. Penekanannya pada cara mereka menghargai nilai-nilai kebaikan yang diyakini, bukan berperilaku untuk menyenangkan orang lain. Restitusi membantu murid untuk jujur pada dirinya sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan.

Perubahan yang terjadi setelah saya mempelajari dan mempraktikkan budaya positif di kelas adalah adanya perubahan iklim belajar. Terlihat peserta didik menjadi lebih bersemangat dan disiplin tanpa paksaan, meskipun belum efektif.

Saya telah memulai penerapan dari keyakinan kelas meskipun itu terkhusus pada mata pelajaran matematika. Saya mengikutsertakan peserta didik dalam menyusun keyakinan kelas, dimulai dari peraturan, mengubah menjadi kalimat positif dan keyakinan kelas.

Saya merasa bahagia, karena meskipun belum efektif tetapi telah terlihat perubahan yang menjadi dampak positif dari penyusunan keyakinan kelas yang melibatkan peserta didik secara aktif.

Hal baik yang telah saya lakukan adalah melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Bagi saya pendapat seluruh peserta didik sangat penting dalam menyusun keyakinan kelas. Keyakinan kelas juga hendaknya menjadi keyakinan seluruh warga kelas.

Selama ini saya selalu menempatkan diri sebagai teman. Saya merasa didengarkan hanya untuk 1 jam, karena setelah itu ternyata perilaku tersebut tetap terulang. Kadang kala ada peserta didik yang menjadi tidak pandai menempatkan diri, karena saya juga terlihat seperti teman. Setelah mempelajari posisi kontrol guru, saya perlahan-lahan menempatkan diri sebagai manajer. Perilaku peserta didik menjadi terkontrol dan wibawa saya sebagai seorang guru tetap terjaga.

Sebelum mempelajari modul ini saya sebenarnya sudah menerapkan segitiga restitusi, akan tetapi hanya berhenti pada tahap kedua. Sehingga ada peluang tindakan keliru tersebut terulang kembali. Ini terjadi karena peserta didik tidak memiliki keyakinan yang tumbuh dari dalam diri.

Selain memulai dari diri, hendaknya sebagai seorang guru, kita mampu berkolaborasi dengan berbagi praktik baik dengan rekan sejawat di sekolah. Hal ini bertujuan agar budaya positif menjadi budaya seluruh warga sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun