Mohon tunggu...
Maria Clarita
Maria Clarita Mohon Tunggu... Mahasiswa - ----

Mahasiswi Pendidikan Sosiologi B 2020 Fakultas Ilmu Sosial UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Produk Kebudayaan Novel Tere Liye: Gempuran Buku Bajakan di Era New Normal

16 Juni 2023   08:31 Diperbarui: 16 Juni 2023   08:35 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian ada media (subsistem kelembagaan) yakni orang-orang seperti pengulas buku dan bagian dari pers yang meliput budaya dan penciptanya. Untuk perusahaan besar, publisitas dan departemen penjualan memupuk hubungan dengan media, yang berfungsi sebagai konsumen pengganti. Jika media/acara hiburan mingguan telah memberi review atau ulasan terhadap suatu novel karya Tere Liye, maka konsumen atau dalam hal ini para pembaca akan cenderung melihat atau membaca novel yang telah dibahas tersebut. Dalam hal ini meskipun organisasi penghasil sangat bergantung pada paparan media semacam itu dan bekerja keras untuk mendapatkannya, mereka juga bekerja keras untuk menghindari kebutuhannya, baik dengan memproduksi produk yang cukup homogen atau dengan meyakinkan konsumen sebanyak-banyaknya.

Terakhir, feedback atau umpan balik dari pembaca juga merupakan elemen penting dalam sistem industri kebudayaan. Pada dasarnya ada dua jenis umpan balik yg terjadi dalam sistem industri budaya, yaitu berasal dari media dan terdiri dari airtime, review, dan perhatian media secara umum. Yang kedua berasal dari konsumen dan diukur dengan penjualan tiket, CD, atau buku; dan dengan penjualan produk terkait. Umpan balik ini dapat mencakup tanggapan, apresiasi, kritik, dan diskusi terhadap karya-karya Tere Liye. Melalui interaksi antara pembaca dan penulis, pembaca dapat memberikan dukungan dan penghargaan yang mendorong keberlanjutan karya sastra.

Dengan uraian di atas, dapat membantu kita memahami cara kerja organisasi penghasil budaya. Organisasi semacam itu berusaha menghasilkan aliran produk yang teratur dan mengurangi ketidakpastian. Namun, terlepas dari upaya pengendalian subsistem manajerial, banyak ketidakpastian datang dari pasar --- pembeli tiket/konsumen, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan objek budaya, seperti fenomena banyaknya peminat buku bajakan di era pandemi sampai new normal yang mana pemanfaatan teknologi sedang intens-intensnya.

Kesimpulan

Fenomena gempuran buku bajakan mempengaruhi ekosistem ini dengan merusak ekonomi kreatif, mengurangi penghargaan terhadap karya orisinal, dan menciptakan ketidakseimbangan dalam umpan balik yang diterima oleh penulis dan penerbit. Fenomena gempuran buku bajakan ini tentunta berpengaruh pada feedback yang diterima oleh penulis dan penerbit. Kehadiran buku bajakan yang lebih murah dan mudah diakses dapat mengurangi apresiasi terhadap karya asli. Selain itu, penulis dan penerbit mungkin tidak menerima umpan balik atau dukungan yang sebanding dengan upaya kreatif dan investasi yang mereka lakukan. Oleh karena itu, kita perlu memeriksa sifat pasar lebih dekat. Melalui hal ini juga dapat disimpulkan bahwa objek budaya bukan sekadar produk "alami" dari beberapa konteks sosial, tetapi diproduksi, didistribusikan, dipasarkan, diterima, dan ditafsirkan oleh berbagai orang dan organisasi. Artinya, ada proses yang panjang dibalik terbentuknya suatu budaya atau produk kebudayaan dan setiap manusia wajib menghargai tiap proses tersebut.

Daftar Pustaka

Soekanto, Soerjono. 2009.  Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Damian, Eddy. 2004. Hukum Hak Cipta. Bandung : PT Alumni Bandung.

Liye, Tere, Hindari Buku Bajakan (2023, Juni 13) [Instagram post]. https://www.instagram.com/p/CtaRWixtSm3/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun