Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Pengakuan

17 Desember 2023   19:40 Diperbarui: 17 Desember 2023   20:48 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Malam gelisah. Jiwa gundah dan resah. Ini parah. Bulan seakan pasrah menampakkan senyum obati gerah. Aku makin gelisah, antara terus diam atau terus terang. Lamunanku buyar, saat istriku memelukku. Sedikit terasa indah, sisanya, susah dijelaskan.

    "Ada apa, Sayang?" tanya istriku mesra. Seperti biasa ia mengecup dahiku. Romantisnya tak hilang sejak pacaran.

    "Kamu tahu kan, Yang, aku mencintaimu?"

    "Aku tidak meragukan itu. Kita sudah jauh melangkah. Dan aku bahagia,'' jawab istriku.

     "Ya, aku tahu itu, tapi,...."

     "Tapi apa, Yang?"

      Aku menunduk lesu. Pergolakan batinku hebat. Ada rasa tak kuasa jika istriku tahu kebenarannya. Dering ponselku berbunyi. Aku hendak menjawab panggilan.

     "Astaga!" gumamku saat menatap layar ponsel.

     Lita menghubungiku. Istri menatapku tajam, sebelum ia berlalu. Terdengar suara pintu dibanting.

     "Hubungi aku nanti, Lit," jawabku seraya mematikan panggilan.

      Aku terduduk lesu. Tak lama istriku kembali, nagih penjelasan. Aku mula-mula diam sebelum hati kumantapkan beri penjelasan.

      "Siapa, Lita?" tanya istriku ketus.

      "Oh, aku tahu, teman kantor kan? Sering makan berdua. Pantas, jarang makan di rumah," lanjut istriku.

      "Dengarkan aku, Yang."

       Belum selesai aku bicara, istriku melayangkan satu tamparan keras. Aku tak bereaksi. Suasana semakin menegangkan. Aku tak dibiarkan bicara. Ada kesedihan yang hebat, saat wajah cantik istriku ternoda air mata. Wajah periang itu hilang dalam sekejap. Aku makin merasa bersalah. Tidak seharusnya aku baru memberi tahunya.

     "Yang," panghilku membuka percakapan saat istriku tenang.

      "Tidak ada Sayang-Sayang," ketusnya.

       Aku hendak bicara, Lita tiba-tiba telepon. Istriku merebut ponsel.

       "Mas, sudah beri tahu istrimu?" cakap dari seberang.

       Istriku gemetaran. Wajahnya memucat.

       "Kok diam, Mas?"

        "Ya, sudah, Mas. Nanti kuhubungi lagi," tutup Lita.

        Istriku mematung. Aku tahu batinnya bergejolak hebat.

         "Maafkan aku, Yang. Aku beri  tahu sekarang. Lita, adik kandungku, ingin tinggal di sini. Ia bercerai dengan suaminya. Maaf, aku baru beri tahu kalau aku punya saudari," jelasku.

          Istriku masih diam. Aku memilih menghindar sebelum ia ngomel lagi.

17 Desember 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun