Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Melodi Kenangan Danau

22 November 2023   04:56 Diperbarui: 22 November 2023   05:43 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Danau yang bening, sebening wajahnya yang kini pergi entah ke mana. Aku tersenyum mengenangnya, lalu terisak bila mengingatnya! Aku sengaja datang ke sini untuk menenangkan diri. Malah yang terjadi, ingatan masa lalu kembali. Ingatan-ingatan itu, segenap kenangan dulu seolah melilit tubuhku. Aku terperangkap hingga tak bisa meloloskan diri. Aku terhenti di kisah yang mengiris hatiku. Aku gagal move on!

     "Nak, pulanglah! Kisah kelammu tidak harus membuatmu begini," pesan ibuku.

     Dering ponselku sangat mengganggu. Aku ingin tenang. Aku ingin damai. Aku ingin pergi!

     "Bur," suara ponsel kubuang ke danau.

      Aku kembali menangis. Aku berteriak sekuat tenaga. Aku mau melepaskan kepenatan. Dan,"Burrrr!" Aku terpeleset dan jatuh. Aku gelagapan. Aku tak bisa berenang. Tentu aku tak ingin berusaha untuk naik ke permukaan. Aku mau pergi!

      Sayup-sayup dalam pandangan yang mengabur, aku tak tahu siapa laki-laki itu. Sementara laki-laki itu terus menekan perutku.

      "Arkh," suaraku parau.

      "Tidak apa-apa?" tanya laki-laki itu.

       Aku terdiam.

       "Harusnya aku tak ditolong," kataku.

        Lelaki itu diam dan menatapku. Ia berlalu dan pergi. Sementara aku masih sibuk menata hati: pergi atau kembali ke rumah!

       "Bersihkan tubuhmu!" kata laki-laki itu. Tak kutahu kapan ia kembali.

       Aku menerima handuknya dan mengelap rambutku. Laki-laki itu terus menatapku.

       "Prak... dasar genit," kata perempuan itu. Tak puas menampar, ia menjambak rambutku.

       "Dasar pelakor!" teriaknya.

       Laki-laki itu terus memegangnya. Aku lagi-lagi mematung. Hidupku benar-benar menyedihkan.

     

21 Nov 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun