"Aku mencintaimu," kata Astin memeluknya.
Mereka menunggu reaksi minuman yang dicampur bubuk beracun itu. Mereka menunggu seolah itu pilihan terbaik. Dan terjadilah, Astin mual-mual.
"Ting...ting...," dering ponsel Rido berdering.
Sejenak ia menatap ponsel. Pesan masuk. Ia bergegas membukanya.
"Apa ini pilihan terbaik? Bisakah kamu bersikap lebih realistis?" pesan ayahnya.
Rido termaangu. Ada makna di balik pesan itu. Ia bisa menganalisa. Hanya saja sudah terlambat. Ia menunjukkan pesan itu kepadanya. Astin ikut terdiam. Ponsel berdering lagi.
"Ayah sudah menukar minumannya."
Keduanya mematung.
"Terus, kenapa kamu mual-mual? Bukannya itu efek obat?" Rido bingung.
"Jangan-jangan, ...," Rido tidak melanjutkan.
"Heee, aku sudah telat dua bulan, Do," Astin terkekeh.