Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Reuni

24 Maret 2023   21:16 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:23 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                                  Reuni

   Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Pokoknya: nihil! Rupawan? Tidak. Wajahku biasa saja, bahkan jauh di bawah biasa. Kaya? Oh, tidak. Hidupku pas-pasan. Jadi, untuk dapat pasangan, itu jauh dalam khayalan. Sekedar bermimpi, aku sungkan, saking tidak PD-an. Bagaimana mau ada gebetan, hari gini harus punya modal. 

Tampang rupawan, harta pas-pasan, tentu itu jaminan. Tampang biasa, harta seliweran, ini juga jaminan. Dan aku, tidak memiliki keduanya. Itulah masalahnya. Terkadang, dalam sumpeknya pikiran, aku menyalahkan silsilah keturunan yang tidak mewarisi ketampanan.

  "Perawatan, bro," kata temanku dulu.

Aku masih ingat itu. Tentu aku mau. Waktuku banyak untuk itu. Apalagi aku pegawai paruh waktu. Terus, modalnya? Tentu tak punya.

Celakanya minggu depan, aku dan teman-temanku reunian. Aku wajib datang dengan pasangan. Kalau tidak, aku jadi bahan olokan. Parahnya lagi, Dion, temanku satunya taruhan jutaan. Artinya, kalau aku bawa gebetan, Dion menang. Kalau tidak, lenyaplah jutaannya.

Aku ingat waktu itu, disaat bingungku merepotkanku, Dion mengabariku. Dalam pesannya, aku diminta siap batin saja. Sudah ia temukan perempuan untuk sandinganku nantinya. Kabarnya, ia sudah perlihatkan fotoku. Dan, tidak masalah. Setelahnya kami saling telepon. Dina namanya, gadis cantik nan sedehana. Aku terpikat saat dengar suaranya pertama kali. Seperti laki-laki kebanyakan, foto Dina kujadikan wallpaper.

Aku duduk di meja belakang di kafe itu, sesuai janji kami semalam. Tak lama berselang, wanita rupawan datang.

"Dina," kenalnya.

Aku gelagapan. Cantiknya melebihi foto yang dikirimnya tempo hari. Ini berbeda seperti umumnya. Lazimnya, foto lebih cantik dari asli.

"Riki," kataku.

 Selanjutnya, kami habiskan waktu berbincang, sambil menunggu mereka datang.

 "Wow, Rik, akhirnya. Selamat ya," kata Diki dan yang lain. Aku malu-malu. Dalam hati senang, akhirnya mampu menunjukkan pesonaku.
"Biasa aja," kataku.

Aku tersenyum bahagia. Dion terbahak. Jutaan rupiah di tangannya.

 "Jadi begini? Aku tahu sekarang," kata pria tegap itu.

Aku diam tidak paham. Dion gelagapan hendak menjelaskan. Dina merangkulnya.

"Prak," Dina tersungkur.

"Jadi, kamu, Riki! Prak!" Aku ditampar, tanpa diberi waktu menjelaskan.

"Maaf, Rik. Dina istri temanku," jelas Dion mengakhiri malam dengan penuh penyesalan. 

24 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun