Mohon tunggu...
Mariann3
Mariann3 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Hanya Menyiapkan Semuanya, Tapi Libatkan Anak-anak dalam Pelaksanaannya

17 Oktober 2016   21:29 Diperbarui: 17 Oktober 2016   21:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kecil dulu, salah satu momen yang aku tunggu adalah hari raya Idul Fitri. Selain senang menyambut lebaran setelah satu bulan berpuasa Ramadan, aku juga senang membayangkan uang lebaran yang akan aku terima dari orangtua, kakek, nenek dan segudang saudara lain. Total uang lebaran yang aku terima jumlahnya tidak sedikit, bisa mencapai ratusan ribu. Jumlah yang besar untuk seorang anak kecil dari keluarga biasa sepertiku.

Kini, setelah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, giliran aku yang memberikan uang lebaran pada keponakan-keponakan, anak-anak tetangga, juga anak-anak kecil yang datang entah darimana, yang berduyun-duyun datang ke rumah saat lebaran, untuk mendapatkan selembar uang lebaran.

Sama seperti yang aku alami saat itu, uang lebaran yang mereka dapatkan pun lumayan besar.

Karena ingin tahu, penasaran, aku bertanya pada anak-anak itu, "Uang lebarannya, kalian gunakan untuk apa?"

Jawabannya beragam, untuk membeli mainan, pakaian, main PS sampai bosan, hingga untuk menghabiskannya di resto-resto cepat saji. Hanya segelintir anak saja yang mengatakan akan menabungnya.

Setelah lebaran, resto-resto cepat saji selalu dipenuhi anak-anak yang membawa setumpuk uang seribu atau lima ribu rupiah. Biasanya tanpa didampingi orangtua.

Aku tidak menyalahkan mereka. Bagaimana pun mereka masih anak-anak. Aku justru menyayangkan sikap orangtua mereka.

Dari yang aku tahu, sebagian besar orangtua membebaskan anak-anak mereka mengunakan, menghabiskan uang lebaran. Menurut mereka, anak-anak itu sudah bersusah payah mendapatkan uang lebaran, jadi mereka bisa melakukan apa saja dengan uang itu.

Menurutku, seharusnya, orangtua memberi pengarahan dan mengawasi bagaimana anak-anaknya menggunakan uang lebaran.

Orangtua bisa mengingatkan anak-anak mereka, bahwa mereka hanya bisa mendapatkan uang lebaran satu kali dalam satu tahun, dan belum tentu di lebaran tahun depan, mereka mendapat uang lebaran yang sama besarnya. Karena itu mereka harus membelanjakan uang lebaran mereka dengan baik, dan bijak. Tidak menghamburkannya begitu saja.

Boleh saja anak-anak menggunakan sebagian uang lebaran untuk membeli beberapa hal yang mereka inginkan, tapi harus di ingatkan, di ajak untuk menyisihkan sebagian untuk ditabung. Mungkin, awalnya anak-anak akan protes. Tapi, dengan pengertian, penjelasan yang pas, anak akan mengerti.

Salah satu cara ampuh untuk mengajari anak menabung adalah dengan melibatkannya langsung dalam kegiatan itu, menabung. Ajak anak-anak ke bank saat membuka rekening, juga setiap kali menyetorkan uang untuk ditabung.

Aku ingat rasa bangga, bahagia yang aku alami saat datang ke bank, menyetorkan sebagian uang lebaranku sebagai saldo awal rekening tabunganku sendiri. Rasa bangga dan bahagia itu juga aku rasakan setiap kali aku datang ke bank, menyetorkan sisa uang saku bulananku, dan mendapati saldo tabunganku yang bertambah banyak. Semua itu membuatku berpikir, lebih dari satu kali, saat akan mengambil dan membelanjakan tabungan.

Tapi, biasanya, dengan alasan kemudahan, tidak ingin ribet membawa anak ke bank, orangtua membuka tabungan untuk anak-anak mereka, juga menambah saldo tabungan tersebut, tanpa memberitahu apalagi melibatkan anak-anak. Saat waktunya tiba, orangtua memberikan tabungan tersebut pada anak-anak mereka begitu saja. Kebanyakan, anak-anak seperti ini merasa kurang memiliki, kurang bertanggung jawab, cenderung lebih mudah mengambil atau menghabiskan uang tabungan. Dalam pikiran mereka, nilai saldo tabungan adalah tanggung jawab orangtua. Sedangkan mereka, anak-anak itu, merasa bebas menggunakan isi tabungan.

Bagi orangtua yang kondisi keuangannya berlebih, mungkin hal ini terlihat sepele. Toh mereka mempunyai uang untuk memenuhi keinginan anak-anak mereka.

Namun hal ini, kebiasaan ini akan membawa dampak buruk saat anak dewasa nanti dan mulai membangun hidupnya sendiri, keluarganya sendiri. Anak-anak yang terbiasa mengeluarkan uang tanpa memperhatikan prioritas, akan kesulitan mengatur keuangan. Ini, tentu saja akan membawa akibat, bukan hanya bagi dirinya sendiri, juga bagi keluarganya, suami dan anak-anaknya.

Menurutku, orangtua perlu memberi pengertian akan nilai uang pada anak-anak mereka, melibatkan anak-anak (dengan cara sederhana) dalam pengelolaan uang, memperkenalkan mereka dengan prioritas penggunaannya. Satu cara sederhana memperkenalkan anak dengan semua itu adalah dengan menabung.

Karena itu, untuk melindungi masa depan anak, orangtua tidak bisa hanya mempersiapkan tabungan atau sejumlah uang untuk anak-anaknya, tapi orangtua juga harus melibatkan anak-anak dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Tidak lupa untuk senantiasa mendampingi anak-anak dalam setiap proses pembelajaran.

facebook : blue.bell.1428

twitter : mariann3_andr3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun