Maka, orang seperti ini tidak mengeluh tetapi mencari solusi. Sebagai gantinya, tetaplah mengucap syukur dalam setiap keadaan. Dalam budaya Jawa ada idiom, "Untung..." dari setiap hal. Misalnya, "Untung... gulanya habis, jadi aku bisa mengurangi asupan gula ke tubuhku" (saat kita nggak kebagian gula di booth kopi dan teh waktu sarapan).
Dalam pergaulan global, yang diinginkan adalah bagaimana kita menerima dan menghargai keberbedaan. Persis dengan motto di elementary nya Olifant School Yogya: Unity in Diversity. Jadi, aku sudah tak asing lagi dengan pergaulan global. Dalam hal ini tak ada yang super, semua punya keunikan sendiri-sendiri. Makin kita punya sikap yang mau mendengar, mau belajar dan mau berbagi, maka kita semakin merasa insider. Kita akan cepat menjadi satu dengan teman-teman yang ada di event tersebut.
Dalam event yang cukup besar, seperti yang aku ikuti kemarin itu, penting untuk mengingat nama dan wajah. Memang kita sering lemah dalam hal ini, tetapi bisa diusahakan. Kalau aku, karena kadang-kadang hanya bertemu sepintas, aku menghafalkan suara. Telingaku terbiasa dengan warna suara, sehingga bisa langsung konek, jenis suara ini pemiliknya bernama ini. Optimalkan gaya belajar kita masing-masing. Aku termasuk yang punya gaya belajar audio, sehingga aku merekam jejak suara yang diasosiasikan dengan nama seseorang.
Terakhir dan yang terpenting, jadilah diri sendiri. Ini akan sangat meringankan kita, disbanding kita memakai topeng dan selalu jaim. Berapa lama kita mau membawaa-bawa topeng itu? Dengan menjadi diri sendiri, orang akan merasakan ketulusan kita, dan kawan pun akan berdatangan.
Nah, selusin tips di atas kiranya bermanfaat kalau suatu waktu dapat hadih bepergian sendiri ke luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H