Berbekal dari ilmu yang ia dapatkan ia berhasil menjadi penyanyi popular yang dikenal hingga saat ini, ia dikenal sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu bertemakan tentang alam, sosial politik, bencana, religious, serta duka derita kelompok terpinggirkan.
Lewat genre belada ia bercerita lewat lagu tentang  kehidupan Indonesia, sejak 1970 hingga sekarang lagunya terus melekat di telinga masyarakat Indonesia.
Lagu Ebiet G. Ade sangat unik dan menarik, lagu-lagu yang ia bawakan tidak termasuk aliran musik manapun, lagunya memilik kekhasaan tersendiri, beliau menamakannya dengan musikalisasi puisi, dengan cara membaca puisi yang dinyanyikan dengan nada-nada musik nan indah yang menyejukkan hati.
Anak bungsu dari 6 bersaudara pasangan Aboe Dja'far dan saodah ini, merangkai sendiri kata-kata yang ia nyanyikan, lirik-liriknya yang puitis bersumber dari kegemarannya menulis puisi sekaligus ungkapan perasaah yang ia rasakan hingga menjadi karya yang besar.
Lirik-lirik lagu gubahannya yang puitis itulah yang menghipnotis setiap pendengar, ia sangat jarang membawakan lagu ciptaan orang lain seseluruh lagu yang ia bawakan adalah karyanya sendiri kecuali, lagu Surat dari Desa yang ditulis oleh Oding Arnaldi dan Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Banyak lagu karya Ebiet G. Ade bertemakan religi, seperti "Berita Kepada Kawan", "Untuk Kita Renungkan", "Masih Ada Waktu", "Aku Ingin Pulang", "Kepadamu Aku Pasrah", "Hidup I" dan sebagainya.
Lagu-lagu yang ia bawakan mengajarkan kita untuk banyak berfikir dan peduli kepada kehidupan yang kita jalani, seorang ahli sastra ini sangat peka dengan kehidupan, jika pada tahun 2020 lalu dunia seolah dikejutkan dengan fenomena efek pemanasan global, jauh sebelum itu berlangsung di tahun 1990 Ebiet telah memprediksi kejadian yang berhubungan dengan global warming lewat lagunya yang berjudul "Langit Terluka".
Anak dari seorang PNS dan pedangan kain ini, sukses memberi warna baru dalam dunia musik tanah air, hingga menjadi popular di masyarakat, Ebiet G. Ade pun membuat album rekamannya pribadi yang diberi nama EGA Records. Hingga memproduksi 3 album diantaranya Sketsa Rembulan Emas, Menjaring Mtahari dan Seraut Wajah.
Beberapa saat Ebiet G. Ade hiatus, hingga di tahun 1995 ia kembali dengan album baru berjudul Kupu-Kupu Kertas dan Cinta Sebening Embun. Di tahun  1998, Ebiet G. Ade kembali merilis album bertajuk gamelan lagu-lagu lawas yang diarangsemen ulang dengan music gamelan.
Pada tahun 2000 ia merilis album balada yang saat itu sangat popular, kemudian tahun 2001 Bahasa Langit, meski sempat vakum beberapasat setelah itu, lagu-lagu Ebiet G. Ade hadir Bersama album kompilasi diantaranya tembang Renungan Hati, Nyanyian Cinta, Kumpulan Lagu-Lagu terbaik dan Yogyakarta.
Sebagai seniman, ia tidak berhneti bekarya meski memasuki kepala enam pada tahun 2013 ia merilis album berjudul Serenade dengan lagu-lagu baru di dalamnya.