"Tolong aku nak" wanita itu merintih, amat pelan namun terdengar jelas di telinga Sekar . Mata Sekar bertatapan langsung dengan mata merah itu. Detik itu juga "deg" jantung Sekar terasa berhenti, sesak rasanya, udara terasa pengap dan dia tidak bisa bernafas. Perutnya kembali bergejolak. Mual luar biasa memenuhi dirinya, rasanya ingin muntah lagi. Mata dan suara itu, apakah Sekar mengenalnya. Rasanya suara dan wajah itu tidak asing, tetapi siapa? Sekelebat bayangan tentang seorang wanita yang dia kenal tiba-tiba muncul. Benarkah dia mengenal wanita itu? Apakah bayangan itu adalah sebuah petunjuk?
Rasanya kepala Sekar berputar, layaknya penyakit vertigo. Pusing dan mual rasanya, lebih pusing dan lebih mual dari sebelumnya. Perlahan lahan gambar suram tentang wanita itu pudar berganti setitik cahaya mulai menusuk matanya hingga semakin terang dan jelas.
"Aaaarggghh" Sekar mengeram keras disertai dengan kesadaran penuh, dia duduk terbangun. Dia duduk di kamarnya yang sejuk, jam di dinding menunjukkan pukul 14.00, berarti sudah sekitar 2 jam dia tidur. Kamarnya bersih dan tidak berbau busuk. Tidak ada bekas darah dan lumpur. Semua bersih seperti sebelum dia tidur. Pintu kamar pun tertutup rapi. Sekar menarik nafas lega, rambutnya basah terkena keringat bahkan bajunya pun basah. Sekar menangis, begitu buruk mimpi siang itu. Seperti mendapat sial rasanya. Perutnya masih terasa mual karena dia kembali mengingat bau busuk itu. Ketika akan menyeka keringatnya, Sekar merintih sakit,
"Aduh..."
Sekar melihat kondisi tangannya, beberapa bagian tangannya terlihat membiru. Kakinya pun begitu. Sekar panik dan menangis. Disentuhnya memar yang paling biru di lengan kirinya, "aduuh..." sakit saat disentuh. Sekar yakin kondisi tubuhnya tadi sebelum tidur tidak seperti itu, tapi ini kenapa? Kenapa saat bangun tubuhnya menjadi memar-memar? Sekar kembali merinding mengingat mimpi yang baru saja dia alami barusan, jika semua itu hanya mimpi buruk lalu kenapa memar dan sakit ini nyata?
Sore itu rasanya lambat sekali, Sekar tak sabar ingin berjumpa dengan Dara, kakaknya. Sekar segera ingin menceritakan mimpi yang telah dia alami siang tadi. Memar di tubuhnya masih nyata dan tidak pudar.
"Brrr brrr brrr" suara motor parkir di halaman rumah, Dara pulang.
Sekar menunggu di depan pintu sambil menunggu kakaknya melepas helm dan jaket. Melihat Sekar, Dara segera berlari dan memegang tangan Sekar. Secara seksama diperhatikan tangan, kaki, dan wajah Sekar. Sekar hanya pasrah diperlakukan seperti itu oleh kakaknya.
"Mana lagi yang sakit? Kamu diapakan wanita itu? Dia masih mengganggumu?" Tanya Dara secara beruntun. Sekar belum sempat menjawab pertanyaan Dara, Sekar kaget kenapa kakaknya berkata begitu sedangkan dia belum bercerita apapun. Sekar mengikuti Dara duduk di sofa ruang tamu.
"Kakak kok tau?" Sekar menuntut jawaban tanpa menjawab pertanyaan kakaknya.
Dara diam, seolah bingung bagaimana cara menjelaskan masalah ini kepada Sekar. Mendung yang tiba-tiba menyelimuti sore itu membuat suasana makin mencekam, bunyi gemuruh guntur melengkapi kesan mistis sore itu. Beberapa menit terdiam, hujan memecah kebisuan mereka. Bukan hujan yang deras, tapi rintiknya cukup membuat sejuk semesta kala itu.