Mohon tunggu...
Mariana Girl
Mariana Girl Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Problem Based Learning

4 Februari 2024   12:15 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:12 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan khususnya padapelajaran Bahasa Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru-guru di Sekolah Dasar belum memahami dengan benar, bagaimana pembelajaran Bahasa indodesi  dilakukan dalam suasana Kurang  menyenangkan sehingga membuat siswa bosan dan kurang tertarik.  Adapun tujuan perbaikan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar masih rendah materi pelajaran   dan mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus tiga kali pertemuan dengan alur penyusunanya, ini pertemuan pertama, siklus I dansiklus II. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama, nilai rata-rata kelas mencapai 61. Pada siklus I mengalami peningkatan yakni menjadi 65 dan pada siklus ke II mengalami peningkatan secara signifikan yakni dengan rata-rata kelas mencapai 76. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Adapun saran dalam penelitian ini, hendaknya kepada penelitilain untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan sarana prasarana pendidikan mau pun efektivitas proses pembelajaran agar hasil penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Motivasi, Belajar siswa.

PENDAHULUAN

Menghadapi pesatnya persaingan pendidikan di era globalisasi, semua pihak Perlu menyamakan pemikiran dan sikap untuk mengedepankan peningkatan mutupendidikan. Pihak-pihak yang ikut meningkatkan mutu pendidikan adalah pemerintah, masyarakat, serta kalangan pendidikan dan semua subsistem bidang pendidikan yang harus berpartisipasi mengejar ketertinggalan maupun meningkatkan prestasi yang telah dicapai saat ini.

 Email: mariana2919girl@gmail.com

Pembinaan dan usaha yang dapat dilakukan dalam perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaikan kualitas pengetahuan serta cara kerja para pelaksananya, yaitu guru-guru. Maka setelah lahirnya Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru menjadi profesi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia.

Begitu besarnya peran dan tanggung jawab seorang guru, maka selayaknyalah profesi seorang guru dilakukan secara profesional. Pada dasarnya, guru yang profesional adalah yang dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Hal ini dikarenakan guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya. Tetapi guru juga berperan sebagai perencana, pelaksana dan penilai. Dalam pelaksanaan pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimilki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh satu strategi tertentu saja.

Dengan demikian apabila guru telah melaksakan profesinya sebagai guru secara profesional serta banyak menguasai strategi pembelajaran, maka tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai secara optimal. Akan tetapi faktanya dilapangan pembelajaran yang dilaksanakan khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan. Guru-guru di Sekolah Dasar belum memahami dengan benar, bagaimana pembelajara Bahasa Indonesia dilakukan dalam suasana menyenangkan. Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran Bahasa idonesia di sekolah dasar seperti contohnya: malas belajar, membosankan, kurang bergairah tidak menarik dan keluhan-keluhan lain dari para siswa, ini adalah permasalahan mendasar yang harus segera diatasi. Keluhan ini muncul akibat dari kurangnya guru memberikan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran, strategi pembelajaran yang variatif, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak berhasil baik.

Hal ini pun terjadi di Sekolah Dasar Negeri 19 Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya tempat penulis menjalankan tugas sehari-hari. Penulis menyaksikan beberapa siswa kelas II yang kesulitan dalam memahami pelajaran Bahasa Indonesia yang di buktikan dengan masih rendahnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga tidak tercapainya nilai KKM, dari 13 siswa hanya 9 siswa yang tuntas, artinya memperoleh nilai setara nilai KKM atau di atasnya dan sisanya 6 orang dinyatakan tidak tuntas karena mendapat nilai dibawah KKM. Berdasarkan pengamatan, fakta dan data di kelas II Sekolah Dasar Negeri 19 Teluk Pakedai, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai proses kegiatan belajar dan mengajar untuk mata pelajaran Bahasa Inonesia dengan menggunakan metode Diskusi pembelajaran yang akan melibatkan siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif yaitu dengan metode Diskusi pembelajaran, metode pembelajaran Diskusi ini memiliki keunggulan diantaranya adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran lebih tinggi, kegiatan pembelajaran lebih aktif (hidup) karena pembelajaran dikemas dalam bentuk melibatkan siswa mengungkapan pendapat atau ide sehingga siswa lebih bergairah, melibatkan siswa tanpa harus ada perbedaan status, melatih ketangkasan dan kecepatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul "Meningkatkan Minat Belajar Terhadap Materi Pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan Menggunakan Model Problem Based learning (PBL) Tentang Kelas II SDN 19 Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya.

Dokpri
Dokpri

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal dengan Problem Based Learning (PBL). Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran kelas. Model penelitian tindakan kelas ini mengandung empat komponen, yaitu:

  • Rencana (planning) pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa.
  • Tindakan (action) pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
  • Pengamaan (observation) pada kompenen ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa, apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.
  • Refleksi (refletion) pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak baik dari peningkatan yang meyakinkan.

Yang menjadi subjek dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia adalah siswa kelas Sekolah Dasar Negeri 19 Teluk Pakedai yang berjumlah 13 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

Pengumpulan data penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), aspek guru di sekolah tersebut dan siswa khususnya kelas II dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Teknik Pengumpulan Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan beberapa langkah:

  • Tes dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Tes tersebut dalam bentuk tes formatif untuk pra siklus, siklus I, siklus II yang diberikan kepada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 19 Teluk Pakedai.
  • Observasi yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sisematika terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki. Pengamatan terhadap objek yang akan diteliti, berusaha mengumpulkan data dari fenomena yang telah muncul untuk memberikan penafsiran yang diperoleh melalui data primer dalam pengumpulan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan model Problem Based learning ini di terapkan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun setelah penulis melakukan persiapan rencana pembelajaran, lembar evaluasi dan pengamatan.

  • Pra Siklus

Perencanaan: guru mempersiapkan kelas sebelum mulai pembelajaran. Pengamat menempatkan dirinya pada suatu tempat yang memungkinkannya memantau semua aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan tidak mempengaruhi atau mengganggu proses pembelajaran

Pelaksanaan: guru membuka pelajaran, memberikan apersepsi dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan dalam RPP. Dimana pada pra siklus ini metode pembelajaran masih konvensional dengan metode ceramah. Setelah pembelajaran tahap inti, guru memberikan tes hasil belajar kepada seluruh siswa.

Pengamatan: guru mengamati aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan observasi dilakukan selama dua jam pelajaran penuh. Berikut hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran pada pra siklus seperti dibawah ini dari 13 siswa ,7siswa nilai diatas KKM, 6 siswa dibawah KKM dengn nili rata-rata 61.

Refleksi: proses dan hasil belajar pada prasiklus secara umum dapat dianalisis bahwa selama satu kali pertemuan pembelajaran pemahaman terhadap materi pelajaran siswa masih rendah sehingga mengakibatkan hasil belajar yang belum maksimal. Berdasarkan refleksi tersebut, guru merencanakan untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

pada pelajaran siklus I dan diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa serta hasil belajar siswa.

  • Siklus I

Setelah pembelajaran selesai pada pra siklus pertama dan sesuai dengan hasil refleksi yang telah dilakukan, untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada pada pertemuan sebelumnya, pada siklus I ini peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, berikut rancangan kegiatan pada siklus I

Perencanaan: perencanaan yang dilakukan pada siklus I dilaksanakan dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pelaksanaan: diawali dengan apersepsi, guru memberikan koreksi atas proses pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan penegasan atas beberapa hal yang belum diikuti atau belum dilaksanakan oleh siswa dengan benar selama mengikuti pembelajaran. Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP yang telah direncanakan.

Pengamatan: Guru mengamati aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan observasi dilakukan selama dua jam pelajaran penuh. Berikut hasil dari pemahaman siswa pada siklus:Dari 13 siswa, 9 siswa diatas KKM, 4 siswa dibawah KKM dengan nilai rata-rata 65

Refleksi: Siklus I diakhiri dengan refleksi, refleksi bertujuan untuk menguji pembelajaran yang telah dilakukan selama pembelajaran. Pada siklus I ini di peroleh hasil belajar siswa yang sudah meningkat walaupun belum secara signifikan tetapi pada siklus I ini masih perlu dilakukan perbaikan pada siklus I untuk mengatasi kekurangan dan kelemaham pada siklus I ini.

  • Siklus II

Setelah pembelajaran siklus I selesai dan sesuai dengan hasil refleksi yang dilakukan, untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan yang ada, pada siklus II ini peneliti masih menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

teamsgamestournament, berikut perubahan kegiatan pada siklus II:

Perencanaan: perencanaan yang dilakukan pada siklus II dilaksanakan dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan guru lebih mempersiapkan materi dengan matang.

Pelaksanaan: guru diawali dengan apersepsi, guru memberikan koreksi atas proses pembelajaran yang dilaksanakan minggu sebelumnya. Guru memberikan penegasan atas beberapa hal yang belum diikuti atau belum dilaksanakan oleh siswa dengan benar selama mengikuti pembelajaran.

Pengamatan: Guru mengamati aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan observasi dilakukan selama dua jam pelajaran penuh. Berikut hasil belajar siswa pada siklus II :

Refleksi: Siklus II diakhiri dengan refleksi, refleksi bertujuan untuk menguji pembelajaran yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Pada siklus II ini di peroleh hasil. Dari 13 siswa  KKM sudah tuntas dengan nilai rata-rata 76, nilai belajar siswa sudah meningkat secara signifikan dan dirasa tindakan perbaikan cukup sampai dengan pada siklus II.

KESIMPULAN

Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mata pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia dapat disimpulkan seperti tersebut di bawah ini :

  • Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 19 Teluk Pakedai
  • Dengan menggunakan model pembelajaran problem Based Learning (PBL) siswa dapat termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.
  • Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia
  • Tujuan pembelajaran dapat terc pembelajaran Prob apai secara optimal dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Dokpri
Dokpri

DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Akhmad, 2010. "18 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa", 

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/11/tips-memotivasi-siswauntuk-belajar/ 

 - diakses 18 November 2020

 

Rista, K, & Ariyanto, E. A. (2018). Pentingnya Pendidikan dan Meningkatkan Motivasi Belajar Anak. Abdikarya, 01(02), 139--140. https://doi.org/https://doi.org/10.30996/abdikarya.v1i2.2076.g1767 

Pia, N. A. O., Mansur., & Elihami. (2021). Pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap higher order thinking skills (HOTS). Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(2), 72-89. Diakses 23 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun