Mohon tunggu...
Mariana MeilaniaGalis
Mariana MeilaniaGalis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgency Dukungan Teman Sebaya terhadap Pencegahan Bunuh Diri Pada Remaja

19 Juni 2022   23:58 Diperbarui: 20 Juni 2022   00:00 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunuh diri merupakan tindakan seseorang yang bertujuan untuk mengakhiri hidup yang dilakukan dengan sengaja, mulai dengan pikiran pasif tentang bunuh diri sampai perilaku mengakhiri hidupnya. Keparahan tingkat bunuh diri bervariasi mulai dari ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri dan melakukan bunuh diri (complete suicide). American Pshychiatric Assosiation (APA) mengatakan bahwa perilaku bunuh diri sebagai tindakan dari individu dengan cara membunuh dirinya sendiri dan paling sering terjadi diakibatkan oleh adanya tekanan, depresi atau penyakit mental lainnya.

Secara global, bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dengan kecenderungan peningkatan pada kelompok anak dan remaja. Tingkat bunuh diri bervariasi mulai dari ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri dan tindakan bunuh diri. Faktor risiko bunuh diri pada anak dan remaja mencakup gangguan psikiatri, stresor psikososial, faktor kognitif dan faktor biologi. Selain itu bunuh diri pada anak dan remaja juga dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, pemahaman mengenai kosep kematian, faktor afektif dan peran kelekatan.

Banyak penelitian yang telah mengembangkan alat penapisan bunuh diri seperti Ask Suicide Screening Question(ASQ) dan Risk for Suicide Quessionare (RSQ), dan lainnya yang dapat digunakan sebagai langkah preventif untuk mengurangi dan membantu anak dan remaja yang berisiko untuk melakukan bunuh diri. Pengetahuan dan pemahaman (psikodinamika) yang baik serta komprehensif tentang bunuh diri pada anak dan remaja akan sangat membantu dalam melakukan prevensi dan intervensi yang tepat dalam penanganan kasus ini.

Mengapa usia remaja rentan melakukan aksi bunuh diri ?

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Remaja pada usia peralihan tersebut biasanya merupakan usia yang akan menginjak Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Mereka bukan anak-anak lagi tetapi juga belum dewasa. Seorang remaja ingin mandiri tetapi dalam hubungan sosial mereka masih terikat dengan orangtua dan keluarganya . Dalam rentan hidup manusia masa remaja merupakan masa yang paling krusial,kritis dan sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Dalam Teori Psiko Social Eric H. Ericson dikatakan bahwa remaja menghadapi sebuah krisis yaitu identitas versus kebingungan identitas. Jika dalam relasi sosialnya tidak mengalami hambatan mereka pasti akan mengerti siapa dirinya, sebaliknya jika terhambat mereka akan mengalami stress, frustasi, depresi dan melempiaskan ke hal yang negative.Mereka sedang mencari jati diri. Salah satu tindakan negatif yang dilakukan adalah bunuh diri .

Berbagai riset menunjukkan 15 persen anak remaja di negara berkembang pernah berpikiran untuk bunuh diri. Tindakan ini menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di dunia anak kelompok usia 15 hingga 19 tahun yang disebabkan oleh gangguan mental sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya bunuh diri. Tak hanya itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes Republik Indonesia tahun 2018 juga menunjukkan adanya kenaikan gangguan mental emosional pada masa remaja usia 15 tahun menjadi 9,8 persen dari angka 6 persen pada Rikesdas tahun 2013.

Tingginya angka kenaikan gangguan mental pada masa remaja sangat terasa dengan jumlah populasi Indonesia. Padahal, kesehatan mental pada masa dewasa sebenarnya bersumber dari masa anak-anak dan remaja. Anak bisa dikatakan sehat secara mental kalau memiliki kapasitas untuk memulai dan mempertahankan relasi pribadi yang menyenangkan. Artinya, anak bisa menjalin hubungan dengan orang dewasa atau dengan teman-teman seusianya secara menyenangkan, memiliki pemahaman moral tentang benar dan salah atau baik hingga buruk, mampu berempati dan mengenali emosi yang dirasakan orang lain, mampu menikmati dan memanfaatkan waktu luang, tidak mudah bosan, kalaupun bosan mencari cara untuk mengatasi kebosanannya dan memiliki kemampuan untuk bermain dan belajar sesuai perkembangan usia kecerdasannya. Mental anak yang sehat memiliki perkembangan emosi, intelektual, spiritual pada dirinya juga selaras.

Dalam beberapa kasus bunuh yang terjadi Indonesia, di TKP (Tempat kejadian perkara) ditemukan “Pesan kematian” korban secara tersirat ataupun tersurat. Salah satunya yaitu temuan surat dari korban yang diletakkan di meja belajar, tempat tidur, dan di dalam ruangan tempat melakukan aksi bunuh diri. Beberapa surat tersebut berisi permohonan maaf kepada keluarga dan kerabatnya atas tindakannya mengambil jalan mengakhiri hidupnya karena sudah merasa tidak berguna, membebani orang tua dan gagal membahagiakan keluarga. Pada kasus lainnya ditemukan luka terbuka dangkal (sayat) yang membentuk “nama” dari orang yang dicintainya namun tidak membalas cinta korban (ditolak teman lawan jenis). Pesan kematian yang tersirat banyak yang diketahui ataupun diakui oleh pihak keluarga terdekat setelah kejadian, keluarga atau orang terdekat korban akan menceritakan bahwa beberapa hari atau waktu sebelum korban meninggal, korban pernah menceritakan tentang beban hidup atau masalah yang sedang dialaminya dan terasa sangat berat sehingga dianggap tidak ada jalan lain selain “mati”. Sangatlah nyata bahwa remaja yang nekad melakukan aksi bunuh menunjukan gangguan mental berat.

Bagaimana mengenali tanda – tanda seorang hendak melakukan aksi bunuh diri ?

Dari beberapa kajian dan riset ditemukan beberapa tanda yang mungkin ditunjukkan oleh seseorang yang ingin bunuh diri antara lain sering membicarakan kegelisahan yang dialaminya, sering membicarakan tentang kematian, merasa putus asa dan tidak memiliki gairah hidup,  mudah marah secara tiba-tiba, kehilangan nafsu makan hingga berat badan berkurang, sulit tidur dan kerap merasa sedih, cemas, atau stress, menarik diri dari aktivitas sehari-hari dan orang lain, termasuk keluarga, dan menyimpan atau menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba). Selain itu, tanda lainnya yang paling berbahaya adalah saat seseorang mengucapkan perpisahan kepada orang-orang terdekat dan terlibat dalam aktivitas yang mempertaruhkan nyawa atau percobaan bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun