Mohon tunggu...
mariam febrianti
mariam febrianti Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia

3 Mei 2021   13:34 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:36 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kemiripan nilai,nilai Syiwa,Budha dengan ajaran Islam dapat pula diring kaskan dalam4 hal.Pertama, Ghurubhakti adalah berisi tata tertip, sikap hormat clan sujud bakti yang wajib dilakukan siswa terhadap guru ruhani, nya. Kedua, Yamabrata adalah aturan yang mengatur pengendalian diri, yaitu; memiliki prinsip hidup yang disebut chimsa (tidak menyakiti, tidak menyiksa, tidak membunuh), menjahuisifat kroda (marah),moha (gelap pikiran), mana (angkaramurka), mada (takabbur), matsarya (iri, dengki). Ketiga, Niyabarata adalah memiliki tingkat yang lebih jauh, sebagai contoh Niyabrata tidak saja melarang wiku marah tetapi sudah pada tingkat wiku tidak marah (Akroda). Keempat, Awaharaghawa adalah bagian Niyabrata yang bermakna tidak berlebihan, memahami dalamkonsep jawa (orangoyo lanorangogso), tidak berlebihan(tidakmakanjikatidaklapar,makanpuntidakbolehkenyang), memakan makan suci, membatasi makanan daging (boghasarwangsa), ber, syukurmakananyangdimakan (santosa), tidakrakus(wuhuksah),tidakmalas menjalankan kewajiban (apramada) danlain,lain (Sunyoto, 2006: 47).

Proses perkembangan selanjutnya, pada akhir era Majapahit bahwa pesantren,pesantten telah bertumbuhkembang danmendapat pengakuan di tengah realitas masyarakat. Setidaknya ada 3 pokok fungsi pesantren:

 1) Transmisi ilmu pengetahuan Islam (transmission of Islamic knowledge); 

2) Pemeliharaan tradisi Islam (maintenance of Islamic tradition); 

3) Pembinaan calon,calon ulama (reproduction of ulama); (Azra, 1998: 89). 

Namun, fungsi pesantreil ada dua hal. Pertama, sebagai lembaga pendidikan, pesantren me, nyelenggarakan pendidikanf ormal (madrasah, sekolah uinum, dariperguru, an tinggi), clan pendidikan non formal yang secara khusus mengejarkan agama yang sangat kuat dipengeruhi oleh pikiran,pikiran oleh ulamafikih, *. hadis, tafsir, tauhid, dan tasawuf yang hidup antara abad ke,7, 13 M. Kitab, kitab yang dipelajarinya ineliputi tauhid, tafsir, hadis, fikih, usulfikih, tasawuf, bahasa Arab (nahwu,* saraf, balaghoh, dan tajwid), mantic, dan akhlak. Kedua, sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa membeda,bedakan tingkat social ekonomi orang, tuanya. Biaya hidup di pesantren realitif lebih murah daripada belajar di luar pesantem (Mastuhu, 1994:59,60).Adalah menjadi kenyataan bahwa"pesantren" menjadi sorotan publik terutama. para tokoh masyarakat, yang senantiasa menginginkan anak, anaknya mempunyai kepedulian belajar ke pesantren clan mengalami proses belajar maksimal, sehingga pada akhimya mereka mendapatkan kesuksesan di masyarakat.

 Fenomena ini dapat digambarkan sebagaimana para putra raja, bupati, nayakapraja, saudagar, pujangga, petani, nelayan, clan perajin. Berangkat dari pesantren,pesantren inilah temyata mampu melahirkan tokoh,tokoh termasyhur di tengah masyarakat sebagaimana halnya, R. Parah, sultan Trenggono, Sultan Adiwijaya, sultan Agung, PatihJagul muda, Pangeran Kajoran, para sultan Yogjakarta, raja,raja Surakarta, raja,raja Mangkunegaran, para sultan Ceribon, pujangga Yosodipura, pangeran Diponegoro, Filosof Ronggowarsito. Karya,karya besar di bidang hukum seperti, Aiigger Surya Ngalam (KUHP Demak),Jagul Muda (KUHP Pajang), Angger Pradata Dalam clan Angger Arubiru (KUHP Mataram). 

Di samping itu, lahir pula karya,karya besar di bidang pemerintahan seperti, Serat Nitip raja, *serat nitisruti, Serat Tripama, Serat Wulangreh, bahkan karya,karya filsafat clan metafisika seperti, Sastra Gending, SeratJatimurti, Suluk Wujil, Wirit Hidayat Jati, Serat Kalatidha (Sunyoto, 2006: 3,4). Semua nama yang tennaktub merupakan hasil lulusan yang berkualitas semenjak ke,bangkitan kesultanan Demak s*aat itu (Arifin, 1993: 81). Sesungguhnya-siapa yang pertama kali memproklamirkan secara legal, formal "pendirian pesantren'' itu? Sebagaian ahli sejarah telah menjelaskan bahwatemyata ada perbedaan (khilafiyah)tentang "pendirianpesantren" di kalangan pelaku sejarah. Pertama, pendiri pertama pesantren di Jawa adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim, yang dikenal dengan sebutan Syaikh Maghribi dari Gujarat India. Kedua, menurut Muh. Said clanJanimar Affan bahwa pesantren didirikan pertama oleh mbah Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Kembang Kuning Surabaya Jawa Tunur.

 Ketiga, menurut KH. Mahrus Aly bahwa di samping mbah Sunan Ampel pendiri pertama pesan, tren, ada pula yang beranggapan Sunan Gunung Jati di Ceribon sebagai pendiri pesantren pertama (Qomar, 2005: 8,9). Polarisai pendapat di atas, sangat memungkinkan bahwa Syaikh maghribi merupakan peletak dasar clan sendi,sendi pertama pesantren, sedangkan mbah Sunan Ampel sebagai penerus yang mengimplementasikan pembinaan pertama di Jawa Timur, Sementara Sunan Gunung Jati meneruskan jejak langkah senior sebelumnya yang juga mendirikan pesantren di JawaBarat. 1. Pesantren; Madrasah dan Perkembangannya Pendidikan di era Majapahit masih memiliki sistem pendidikan- (madrasah) yangsangatsederhanaclantradisionalapaadanya.

Namunlebih menarik lagi, ketika eraMataram "pesantren" sudahmenjadi lembaga pendidikan yang formal. Pola tatanan atau sistem pengembangannya sudah terdapat klasifikasi yang sudah dianggap mapan clan dapat digamb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun