Mohon tunggu...
Hak.Kita.Bersama
Hak.Kita.Bersama Mohon Tunggu... Lainnya - @hak.kita.bersama

Pengamat kehidupan yang menuangkan pemikiran melalui sudut pandang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Komedi Politik

24 November 2023   15:52 Diperbarui: 24 November 2023   16:14 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Komedi penting untuk mencairkan suasana, terutama suasana dalam ketegangan pemilihan umum. Beberapa waktu lalu, kita melihat beberapa pasangan calon presiden dan calon wakil presiden saling bertukar pantut ataupun bertukar sindirian. Apabila bertukar sindiran saja, adalah pemandangan yang biasa sewaktu masa kampanye, tapi tahun pemilihan umum kali ini terasa berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena beberapa hal ini.

Tiga pasangan calon

Semenjak tahun 2004 pemilihan presiden digelar secara langsung, pada tahun itu ada lima kanidat calon presiden dan calon wakil presiden pada putaran pertama, yaitu Wiranto dan Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi, Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz dan Agum gumelar. 

Pada putaran kedua menyisakan dua calon Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi dengan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Hasil akhir kemenangan diperoleh oleh pasangan 1Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memenangkan suara terbanyak dengan presentase 60,62 persen (69.266.350 suara).  

Pada tahun 2009 terdapat 3 calon pasangan, tapi kemenangan kembali diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono dengan presentase 60,80 persen (73.874.562 suara).

Pada tahun 2014 dimulai babak baru, ada wajah baru dari pasangan calon presiden dan wakil presiden, yaitu Joko Widodo dan Yusuf Kalla dengan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. 

Perolehan suara lebih menyebar diberbagai daerah dengan perbandingan perbedaan suara 6.3 persen. Hasil rekapitulasi nasional pasangan pemenang Joko Widodo dan Jusuf Kalla memperoleh suara 70.997.833 (53,15 persen). 

Tahun 2019 seperti tahun sebelumnya terdapat dua pasang calon presiden dengan perberdaan pendamping. Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi dengan selisih suara 16.957.123 atau 11 persen3. Kemenangan diperoleh oleh pasangan Joko Widodo-Ma'ruf dengan perolehan suara 85.607.362 atau 55,50 persen.

Bekaca dari pemilihan umum yang telah lalu, untuk kedua kalinya terdapat tiga calon pasang presiden dan wakil presiden tahun pemilihan 2024~2029, antara lain Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Dengan adanya nomor urut dan durasi kampanye yang cukup singkat kurang dari 90 hari, rasanya diperlukan visi dan misi beserta taktik taktis yang memberikan hasil paling optimal bagi masyarakat.


Sinetron atau komedi?

Pada episode-episode lalu, sewaktu tahun politik meningkat juga tingkat perpecahan baik di level pertemanan, rumah tangga, dan bahkan keluarga. Berkaca pada tahun 2009 tingkat perceraian mencapai 402 kasus, dan tahun 2015 mencapai 21.193 kasus4. Pada tahun 2018 tidak dirinci alasan perceraan, namun tercatat sebanyak 111.490 suami menggugat dan 307.778 istri mengugat5.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun