Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pemanenan Air Hujan sebagai Bentuk Pelestarian Air Tanah

17 November 2023   10:30 Diperbarui: 15 Maret 2024   16:20 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya masyarakat tradisional Indonesia sudah banyak melakukan praktik pemanenan air hujan, terutama mereka yang hidup di daerah rawa, sepanjang pinggir sungai, pegunungan dan daerah tandus. Hanya saja, alat penampung air hujan tradisional belum menggunakan filter untuk menyaring dan menjernihkan air hujan, sehingga langsung memasukkan air hujan yang ditangkap menuju ke penampungan air hujan.

Air hujan yang ditangkap dari permukaan yang bersih, misalnya atap bangunan, cenderung mengandung zat pencemar yang relatif rendah sehingga tidak  memerlukan proses pengelolaan yang rumit. Air hujan yang ditangkap ini dapat disaring dan dimasukkan ke tempat penampungan. 

Tempat penampungannya dapat merupakan kolam terbuka dan bak penampung, baik yang diletakkan di atas permukaan tanah maupun di dalam tanah. 

Nantinya, hujan ini dapat digunakan sebagai alternatif air minum maupun air untuk keperluan lainnya. Disarankan untuk melakukan pemanenan air hujan di musim penghujan dan hindari memanen air hujan pertama, kedua dan ketiga untuk meminimalisasi kandungan polutan di dalamnya.

Sumber gambar: Maeli Maeder/Pecel.com
Sumber gambar: Maeli Maeder/Pecel.com
Hukum di Indonesia belum mengatur tentang pemanenan air hujan, namun hati-hati agar tidak memanen air hujan secara berlebihan. Pada tahun 2007 lalu, Garry Harrington, warga Oregon, Amerika Serikat, dipenjara karena melakukan penampungan air hujan secara ilegal.

Meskipun sekilas terdengar lucu, namun apa yang dilakukan Harrington ini memang kelewatan. Ia bukan hanya menampung satu dua ember air hujan per hari, namun ia membangun tiga buah waduk ilegal di tanahnya dan mengalirkan aliran air yang seharusnya mengalir ke sungai Big Butte dan digunakan oleh warga kota Medford untuk pasokan air ke waduk miliknya. 

Total air yang disimpan Harrington untuk dirinya sendiri adalah 13 juta galon air, setara dengan 49.210 meter kubik air. Bandingkan dengan izin pemakaian air tanah yang "hanya" menggunakan ambang batas 100 meter kubik air per bulan sebagai prasyarat.

Selain untuk penghematan air tanah, pemanenan air hujan juga dapat menjadi bentuk konservasi air tanah. Prinsipnya adalah dengan mencegah air hujan menjadi air limpasan yang dapat mengotori air permukaan. Sumur resapan, lubang biopori, rain garden, dan paving block berpori adalah beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk membantu peresapan air hujan ke dalam tanah agar kelak menjadi air tanah. 

Semuanya membuat air menggenang di suatu tempat lebih lama, mencegahnya segera mengalir ke tempat lain sehingga memberinya waktu untuk meresap ke dalam tanah. Mari kita bahas satu persatu.

Sumur resapan adalah lubang yang dibuat untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah dan atau lapisan batuan pembawa air. Saat ini telah berkembang berbagai jenis atau model dari sumur resapan, seperti sumur resapan saluran terbuka dan tertutup. Jarak minimal sumur resapan dari bangunan adalah satu meter. Air yang ditangkap dari atap bangunan dapat dialirkan ke dalam lubang (sumur) yang di dalamnya telah diisi ijuk, arang, dan pasir sebagai penyaring.

Lubang resapan biopori adalah lubang yang dibuat secara tegak lurus (vertikal) ke dalam tanah, dengan diameter 10 -- 25 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Sebenarnya lubang biopori memiliki kesamaan dengan sumur resapan, hanya saja ukuran diameternya jauh lebih kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun