Padahal buku KIA edisi saat ini bisa dikatakan sangat lengkap. Ada catatan edukasi mulai ibu hamil, melahirkan, sampai anak usia 6 tahun. Ya, meskipun ada edukasi yang sedikit mengganjal hati saya, yaitu perihal pisang lumat yang dijadikan MP-ASI (itu kan hanya karbohidrat dan serat thok. Kurang banget). Tapi lain-lainnya oke kok.
Kelebihan lain adalah kurva pertumbuhan yang banyak ... tapi saya tahu bahwa bahkan oleh petugas posyandunya pun tidak diisi semua. Terbukti dengan saat saya membawa anak saya posyandu di Semarang, hanya saya yang mengukur anak saya di meja pengukuran panjang badan. Ibu-ibu lain berkerumun di timbangan (saya sudah punya timbangan bayi sendiri di rumah) dan ketika sudah pindah ikut suami, bahkan tidak ada meja pengukuran panjang badan.
Padahal panjang badan anak juga penting untuk dinilai. Tahu nggak? Perkiraan tinggi akhir usia dewasa dapat dilihat dari usia balita, yaitu 2x panjang badan usia 18 bulan pada anak perempuan dan 2x panjang badan usia 2 tahun pada anak laki-laki. Lingkar kepala juga merupakan hal yang penting namun tidak pernah diperiksa. Padahal lingkar kepala sangat mencerminkan perkembangan otak pada anak.
Saya rasa untuk hal-hal yang (hampir) tidak pernah diperiksa ini bisa dikomunikasikan pada petugas posyandu. Atau sekalian saja Kompasianer pada daftar jadi kader posyandu. Biar makin sip.
Lanjut ke poin ketiga (karena poin kedua sudah saya jabarkan duluan). Sudah cukup jelas. Jangan hilangkan atau rusakkan buku KIA ini. Kalaupun kesannya saat ini 'cuma gitu saja', mungkin ini akan menjadi kenangan untuk putra-putri kita ketika mereka dewasa. Paling tidak itu menjadi bukti kongkret bahwa kita aktif terlibat dalam menjaga kesehatan mereka sejak dalam kandungan.
Poin terakhir: penjelasan dari tenaga kesehatan. Bapak-ibu boleh lho tanya serinci-rincinya pada tenaga medis tentang hal-hal yang masih kurang jelas dalam buku KIA ini. Nantinya setelah mengerti, jangan lupa diamalkan. Syukur-syukur diberitahukan pada orangtua lainnya. Nah, salah satu yang membuat buku ini jadi tebal (sampai jumlah halamannya mendekati 100) adalah checklist perkembangan tiap kelompok usia. Seperti usia 3 bulan bayi bisa apa, 6 bulan bisa apa dan seterusnya. Yang bertugas mengisi checklist ini adalah orangtua anak itu sendiri. Tentunya setelah melakukan contoh-contoh stimulasi yang tertulis di atasnya. Sebisa mungkin checklist ini diisi dengan jujur. Jangan melebih-lebihkan pencapaian anak. Misal bayinya belum bisa merangkak padahal sudah usianya ya jujur saja. Keterlambatan perkembangan yang diketahui lebih cepat akan lebih cepat diintervensi dan kemungkinan luarannya jauh lebih baik dibanding jika diketahui terlambat. Saya sendiri pun mengisi dengan jujur waktu ada sesuatu yang "telat" dari anak saya.
(Semua foto saya dapatkan dari screenshoot file buku KIA final 2015 dari Depkes)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H