Saya sebelumnya merupakan orang dengan menghindari diet, ketika akan menjalani diet, dalam pikiran saya sudah terbayang dimana saya menjalani hari-hari dengan porsi makan yang sedikit, dengan begitu saya akan lapar, sakit maag, pusing, lemas dan juga rasanya saya menyiksa diri karena tidak mengkonsumsi makanan yang saya suka. Saya juga selalu beralasan bahwa saya tidak bisa diet karena saya bekerja, atau dengan kata lain saya membutuhkan makan yang banyak.Â
Rasa kurang peduli untuk menjaga pola makan (diet) maka saya terus mengkonsumsi semua jenis makanan yang saya suka, saya terus mengontrol otak saya untuk mencari-cari makanan apa yang harus dimakan sekarang untuk menemani kerja, untuk menemani saya saat santai.Â
Saya terus mengontrol otak saya untuk mencari makanan yang saya suka, hal ini bukanlah sesuatu yang sulit seperti mengerjakan tugas kantor, haha... cepat kilat makanan yang saya mau ada di depanku dengan kalap saya menghabisi makanan kesukaan saya tersebut, biasanya saya mencari makanan kesukaan saya sebagai bentuk apresiasi pada diri sendiri, lebih seringnya karena rasa balas dendam dikarenakan sudah lama tidak mengkonsumsi makanan kesukaan saya tersebut.Â
Makanan yang dulunya menjadi makanan favorit dan saya anggap sebagai bentuk apresiasi diri, kini sadar bahwa cara saya mengapresiasi diri tersebut adalah cara yang sangat fatal, dan seandainya jika saya lanjutkan mungkin sekarang saya mengalami masalah kesehatan yang serius terutama dalam berat badan yang kian bertambah.
Saya terus mengkonsumsi semua jenis makanan jadi, saya berubah menjadi pribadi yang malas untuk bangun lebih pagi, saya pun terus menyetok snack, minuman kemasan dan lain-lainnya yang saya suka. Waktu itu saya merasa, masak bukanlah sebuah keharusan. Dalam benak saya "untuk apa saya harus masak, kan di warung makan sudah ada. Lebih baik saya fokus bekerja" jika hari libur atau akhir pekan saya biasanya istirahat total (tidak masak). Rutinitas saya biasanya bangun pagi menyiapkan diri untuk bekerja, sambil mencari sarapan di pinggir jalan, saat makan siang tiba saya pun mencari lagi warung makan terdekat. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan hampir setiap hari.
Sampai suatu saat saya menyadari dengan serius ketika mencoba kembali baju yang sebulan lalu saya kenakan kini sudah tidak bisa dikenakan lagi, dalam hati saya bertanya-tanya "apa yang salah, perasaan saya pola makan saya tidak berubah, porsi makan saya tidak berubah dari dulu kenapa badan saya terus naik" saya mencoba merefleksikan diri sambil membandingkan pola makan saya yang dulu saat kondisi badan masih ramping.Â
Namun tidak berhenti dan mengubah pola makan, saya malah terus mengkonsumsi semua jenis makanan, terlebih makanan cepat saji, minuman kemasan, snack, cake dll. Orang-orang terdekat, bahkan kenalanku ketika bertemu kerap mereka merasa bangga dengan kondisi fisik saya yang berubah "kamu sekarang sudah lebih gemuk, itu artinya kamu sukses." Kata mereka dengan nada menyakinkan.Â
Biasanya saya ikut tersenyum dan mengatakan "amin" saat mereka mengatakan saya sukses. Kalimat yang seharusnya membuat saya lebih bersemangat namun yang saya rasakan adalah kalimat yang mematikan semangatku berhari-hari, saya biasanya menyalahkan diri sendiri, bertanya-tanya dalam kebingungan dengan kondisi fisik saya.
Suatu saat saya menyadari bahwa saya harus diet, dengan pola diet yang saya jalani bersamaan dengan minimnya pengetahuan tentang diet, yang saya rasakan adalah diet hanya menyiksa saya, karena rasa lapar, dan sering sakit-sakitan efek dari diet yang saya jalani. Dengan pengalaman ini, saya akhirnya memutuskan untuk tidak diet, pola makan saya berubah seperti sebelumnya.Â
Dari pengalaman ini juga, saya mulai tidak mempercayai tawaran diet yang ada di media sosial bertebaran di layar handphone. Berat badan semakin bertambah, ruang gerak saya terbatas karena efek dari mager, jika ingin bergerak (jalan kaki) dalam benakku  sudah terbayang rasa capai dan sulit bernafas".