"Lautan itu bernama Gus Dur."Â
Demikian judul tulisan dalam laman Nu.or.id yang berkisah tentang Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid yang menegaskan bahwa dua pertiga wilayah RI adalah laut. Sejarah mencatat bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim dan benteng utama pertahanan laut Indonesia dilakukan oleh TNI AL dengan Marinir sebagai pasukan elitnya.
Kekuatan dan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim, kembali digelorakan oleh Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo. Bahkan beliau mencanangkan Poros Maritim Dunia yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Apakah Indonesia telah memenuhi syarat sebagai negara maritim? Dikutip dari buku The Influence of Sea Power Upon History oleh Mahan (sumber) tentang pemberdayaan kekuatan-kekuatan laut, Â Indonesia sangat memenuhi syarat negara maritim sebagai berikut:
Posisi geografis Indonesia sangat strategis
Terletak di antara persilangan dua benua dan dua Samudra yang merupakan pelayaran perdagangan dunia, Indonesia sangat strategis sebagai pusat perdagangan internasional.
Lautan yang luas
Indonesia memiliki lautan yang luas. Sesuai data dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (PUSHIDROSAL), dari total luas wilayah negara Indonesia sebesar 8,3 juta km2, maka luas lautan Indonesia mencapai 6,4 juta km2, dan luas daratan 1,9 juta km2 membuat Indonesia menempati peringkat ke 15 negara terluas di dunia, dan menjadi negara dengan garis pantai yang terpanjang di Asia Tenggara.
Memiliki kekayaan laut yang melimpah
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut. Tak kurang dari 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang, dengan potensi lestari sebesar 12,54 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE). (sumber)
Maju dalam bidang perikanan dan kelautan
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Perairan Indonesia juga menyimpan  70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia.Â
Dari angka ini baru sekitar 10 persen yang telah diekspor dan dimanfaatkan.
Agar tercapai Indonesia emas 2045, Indonesia gencar membangun sektor kelautan dan perikanan berbasis prinsip pada prinsip berkelanjutan, dengan meningkatkan inovasi teknologi dan manajemen professional
Indonesia memiliki budaya bahari
Budaya Bahari merupakan kumpulan nilai, pengetahuan, kepercayaan, aktivitas, dan perilaku masyarakat yang hidup berdampingan dengan laut.
Pernah mengalami masa kejayaan bahari beberapa abad silam, budaya bahari di Indonesia masih hidup di masyarakat, diantaranya adalah perburuan paus di Desa Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Tradisi tersebut  telah berlangsung sejak berabad silam, dan hanya dilakukan pada musim tertentu, yaitu Mei-Oktober. (sumber)
Ritual yang dipercaya dapat melancarkan rezeki ini tidak bersifat komersial, serta memiliki syarat tertentu, seperti dilarang berburu paus muda, paus yang sedang hamil, dan beberapa jenis paus tertentu.
Atas dasar beberapa alasan tersebut, Indonesia sangat layak menyandang julukan negara maritim. Tidak saja disebabkan wilayahnya didominasi oleh perairan, Indonesia juga mampu mengelola sumber daya alam dari dasar hingga permukaan lautnya dalam berbagai aspek diantaranya aspek ekonomi, geopolitik serta militer.
Operasi oleh TNI AL Perkuat Indonesia Sebagai Negara Maritim
Operasi oleh TNI Al sangat dibutuhkan untuk memantau, mengontrol, melindungi keamanan maritim, serta mampu menegakkan hukum demi terwujudnya ketertiban di laut, perlindungan terhadap kedaulatan, aset, dan kepentingan maritim Indonesia.Â
Sangat penting bagi TNI AL mengimplementasikan perencanaan strategis dalam membangun kekuatan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT), sebagai wujud kekuatan secara profesional, modern dan tangguh. (sumber)
Oleh karena itu, pada Kamis (09/11), TNI AL menambah kekuatan dengan membangun dua Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) di Samudera Hindia dan Samudra Pasifik, yaitu:
Lanal Pacitan di Samudera Hindia
Merupakan buah dari proses analisis strategis yang panjang, Lanal Pacitan semula diusulkan oleh Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V Surabaya pada Koarmada II, kemudian diteruskan ke Mabes Angkatan Laut hingga akhirnya dikabulkan.Â
Keberadaan Lanal Pacitan yang meliputi Pacitan, Trenggalek, dan Tulungagung ini, bertujuan untuk mengembangkan potensi maritim wilayah pesisir pantai, mendorong pemberdayaan nelayan melalui pengamanan laut dan pengawasan keamanan, serta membangun pertahanan laut yang dimulai dari masyarakat maritim.
Diresmikan oleh Pangkoarmada II Laksda TNI Yayan Sofiyan, pada kesempatan yang sama dikukuhkan Mayor Laut (P) Dainuri Syamsuddin sebagai Komandan Lanal Pacitan yang pertama.
Dalam sambutannya, Pangkoarmada II menjelaskan pentingnya Lanal Pacitan dalam melaksanakan dukungan operasi, dukungan logistik, dan administrasi serta dukungan khusus kepada satuan-satuan operasional TNI AL di wilayah kerja Lanal Pacitan.
Pangkoarmada II juga mengharapkan terwujudnya keamanan serta terlaksananya penegakan hukum di laut sesuai wilayah kerja, pemberdayaan wilayah pertahanan laut menjadi kekuatan pertahanan negara di laut.
"Keberadaan lanal di bagian selatan Jawa akan memberi kontribusi nyata terhadap situasi yang kondusif sekaligus melaksanakan pengawasan di wilayah perairan Samudera Indonesia yang cukup terbuka," tutur Pangkoarmada II.
"Diharapkan dalam penyelenggaraan tugas-tugasnya (Lanal Pacitan) bersinergi dengan TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara di sini (Pacitan) serta lembaga masyarakat sehingga kondusifitas tetap terjaga," tambahnya.
Lanal Nabire di Samudera Pasifik
Wilayah kerja Lanal Nabire berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik yang merupakan salah satu jalur pelayaran nasional dan internasional, serta mencakup wilayah pesisir yang terletak pada dua Provinsi, yaitu Papua Barat dan Papua Tengah.
Dalam peresmian Lanal Nabire, Pangkoarmada III Laksamana Muda TNI Rachmad Jayadi menjelaskan sejarah berdirinya pembangunan Pos TNI AL (Posal) Nabire pada tahun 2005 di daerah Kampung Samabusa, Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire
Keinginan masyarakat dan Bupati Nabire, Anselinus Petrus Youw (2004-2009) menjadi titik awal didirikannya Posal Nabire, kemudian dilanjutkan oleh Isaias Douw, Bupati Nabire periode selanjutnya
Posal Nabire ditingkatkan statusnya menjadi Lanal tipe C, setelah mempertimbangkan letak geografisnya berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik dan merupakan salah satu jalur pelayaran nasional dan internasional.
"Lanal Nabire mencakup wilayah pesisir yang terletak pada dua provinsi, yaitu Papua Barat dan Papua Tengah, maka tantangan  keamanan di wilayah ini ke depan akan semakin kompleks," kata Rachmad Jayadi dalam sambutannya, Kamis (9/11/2023).
Peningkatan status Posal  Nabire menjadi Lanal tipe C tertuang dalam Peraturan Kasal No 11 Tahun 2023 yang berada di bawah kendali Lantamal X Jayapura. Sebagai bukti komitmen Pimpinan TNI AL dalam menghadirkan keamanan laut di wilayah Indonesia Timur.
"Tenggelamkan!" Jargon unik semasa Susi Pudjiastuti menjabat  Menteri Kelautan dan Perikanan RI (2014-2019) menjadi pengingat betapa pentingnya pembangunan kekuatan TNI AL.
Operasional oleh TNI AL dibutuhkan agar sebagai negara maritim, TNI AL dapat mengembangkan kekuatan secara berkesinambungan, dan mewujudkan pembangunan kelautan Indonesia.
sumber
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/11/11/budaya-bahari-untuk-mengenal-jati-diri-bangsa
https://www.antaranews.com/berita/392539/keanekaragaman-hayati-laut-indonesia-terbesar-di-dunia
https://www.nu.or.id/fragmen/lautan-itu-bernama-gus-dur-Qp2NE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H