Mereka akan tertarik pada budi daya bambu, bahan baku besek. Mereka mencari spesies bambu yang cepat tumbuh, seratnya lebih lentur dan mudah dianyam. Mengawin silang spesies bambu, serta melakukan inovasi-inovasi dari hulu hingga hilir.
Jangan heran jika kelak muncul agro wisata hutan bambu dengan segala pernak perniknya. Juga muncul penemuan produk bambu dengan kreasi baru yang tak terbayangkan.
Tidak hanya besek dengan desain yang catchy dan lebih fungsional. Juga mesin-mesin baru yang timbul terkait proses yang lebih cepat, hasil jadi yang lebih ringan dan sebagainya.
Melestarikan Bumi
Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) memperkirakan dalam satu tahun jumlah kantong kresek dari 32 ribu gerai ritel modern bisa disamakan dengan 68 kali berat Air Bus A380 atau 353 kali volume Candi Borobudur.
Menduduki peringkat empat dari sepuluh jenis sampah di laut. Sampah kantong plastik kresek mencapai angka 1.019.902 buah, di bawah botol kemasan plastik yang mencapai 1.065.171 buah.
Kan bisa didaur ulang?
Sayangnya, menurut Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), Tisa Mafira, tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia hanya 9 -- 10 persen.
Penyebabnya, sistem pengumpulan sampah plastik yang belum terorganisir. Hanya mengandalkan sekumpulan individu yang berinisiatif membuat UMKM dengan mengumpulkan sampah plastik, memperdagangkannya, kemudian memproduksi menjadi biji plastik. Tidak ada keberpihakan dari pemerintah.
Namun ketidakberpihakan pemerintah bisa dimanfaatkan menjadi ladang amal masyarakat dalam melestarikan bumi. Semakin banyak orang yang mengganti kantong plastik dengan besek, semakin senanglah bumi. Karena bumi memiliki waktu recovery setelah menyelesaikan serbuan sampah anorganik yang tak terelakkan.