Berkat para tokoh media darling, sebuah gerakan/kampanye menjadi viral. Tulisan terkait akan dibaca jutaan orang. Bandingkan jika "hanya" seorang kompasianer yang menulis. Paling banter dibaca 100 -- 500 orang. Bahkan bisa lebih apes, cuma belasan orang.
Sehingga tak berlebihan jika kami mengucapkan terima kasih pada para tokoh terkait karena surat edarannya sangat efektif. Mengajak shohibul kurban untuk berkorban yang sesungguhnya. Serta mengajak segenap masyarakat untuk memerdekakan diri dari nafsu sesaat, menggunakan kantong plastik, yang harus ditebus dengan mewariskan sampah plastik pada generasi mendatang.
Simbol Kemerdekaan
Masih memakai kantong plastik tapi punya hobi protes "asing" dan "aseng"? Berarti Anda salah kaprah. Seluruh biji plastik, bahan baku kantong plastik merupakan barang impor. Ada sih biji plastik dalam negeri, namun merupakan hasil daur ulang sampah plastik.
Beda banget dengan besek, 100 % produk Indonesia. Hasil bumi Indonesia. Tak ada tangan importir asing. Yang menanam bambu adalah petani Indonesia. Penjual bambu wong cilik dari Indonesia. Pelaku kerajinannya juga.
Namun yang terpenting adalah bambu ditanam di Indonesia. Mengandung nilai keberlanjutan. Sedangkan biji plastik merupakan residu proses minyak bumi, bahan tambang yang tidak berkelanjutan dan tidak ada mikroorganisme yang mau memamahnya.
Tak heran mayoritas pakar lingkungan sedunia sepakat untuk menolak kantong plastik, dan menetapkan tanggal 3 Juli sebagai "International Plastic Bag Free Day". Agar penduduk dunia menghindari/mengurangi tindakan boros dan konsumtif terhadap sumber daya alam.
Membebaskan diri dari kebiasaan konsumtif menggunakan kantong plastik berarti merdeka dari penjajahan ekonomi, hal yang sering terlupa. Berpikir terlalu muluk untuk perjuangan mengisi kemerdekaan. Sementara cara termudah ada di depan mata.
Simbol Berkorban