Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Indonesia, Tongkat Kayu Jadi Tanaman, Ilalang Jadi Produk Ekspor

20 Juli 2019   12:59 Diperbarui: 6 Agustus 2019   13:16 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tas ini mau diekspor bu"

Pernyataan penjual tas anyam tersebut menyentak saya. Ya, ampun hebat banget! Padahal     lokasi kegiatan mereka lumayan jauh dari keramaian. Tepatnya di kawasan Sendang Semanggi, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan - Bantul, Jogjakarta.  Alamat yang 'ajaib' bukan?

Kebetulan saya melewati workshop mereka, ketika sedang kulineran ayam goreng "Mbah Cemplung". Kulineran yang cukup  terkenal, yang  membuat penggila kuliner mau bersusah payah menempuh jarak jauh. Workshop handy craft tersebut mendapat limpahan pengunjung "Mbah Cemplung". Walau displaynya amat sederhana. Hanya terdiri dari rak-rak dengan produk yang ditumpuk begitu saja. Tanpa penataan khusus.

Ruangan di bagian dalam untuk gudang bahan baku dan produk jadi. Tidak ada kegiatan produksi. Menurut karyawan yang bertugas, mereka memberdayakan masyarakat setempat untuk menganyam serat mendong, bambu, pandan laut serta tanaman penghasil serat lainnya. Bentuknya disesuaikan pemesan. Selain anyaman dasar yang dikuasai turun temurun, juga bentuk khusus  sesuai permintaan pembeli.

Hampir seluruh hasil kerajinan  ditujukan untuk ekspor ke benua Eropa dan Amerika. Ada beberapa produk yang bisa dibeli pengunjung. Sayangnya nggak ada produk tas yang tersisa. Mayoritas produk multifungsi, seperti keranjang anyaman, keranjang pot dan kap lampu.

Hasil kerajinan Indonesia memang sangat membanggakan. Ketika mengetik #traditionalcraft di aplikasi Instagram, muncul produk negara lain, seperti dari benua Afrika, yang tak sekaya kerajinan Indonesia. Berlimpah  jenis bahan bakunya, karena Indonesia negara tropis. Sumber daya manusia pun tersedia, modal utama yang tidak semua negara memilikinya. Yang dibutuhkan kemudian adalah peningkatan kapasitas, modal, pemasaran dan ekspedisi yang menjamin agar produk tepat waktu ketika diterima pemesan.

Workshop yang saya datangi cuma satu dari 58,97  juta usaha mikro ekonomi menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh Indonesia (data kontan.co.id), yang tercatat secara formal dan menjadi penggerak roda ekonomi.

Ditambah mereka yang tak tercatat, UMKM sudah seharusnya dirangkul dan didukung. Karena tidak hanya mendukung nafkah keluarga,  juga membantu menggerakkan usaha produsen besar yang memasok kebutuhan mereka.

Tak heran Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumindo), memprediksikan  kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional  akan terus tumbuh hingga 5 persen di tahun 2019. Tahun lalu, kontribusi UMKM terhadap (PDB) tahun 2018 lalu mencapai sekitar 60,34 persen. Diperkirakan untuk tahun ini bisa mencapai angka 65 persen atau sekitar Rp 2.394,5 triliun.

Angka yang sungguh fantastis bukan?

Sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan UMKM, JNE berkolaborasi dengan Kompasiana mengadakan "JNE Kopiwriting" di 6 kota besar di Indonesia mulai dari Bandung, Padang, Banjarmasin, Malang, Yogyakarta, dan Cirebon. Merupakan rangkaian utama dari Journalism Competition yang akan dilaksanakan mulai dari tanggal 19 Juli 2019 hingga 13 September 2019.

JNE Kopiwriting Bandung (dok. MariaGSoemitro)
JNE Kopiwriting Bandung (dok. MariaGSoemitro)

Sebagai pembuka "JNE Kopiwriting"  dipilih kota Bandung, kota yang tersohor kreativitasnya. Gelaran pertama tersebut berlangsung  di One Eighty Coffee, Bandung pada Kamis (18/7/2019) dengan topik: "Menentukan Strategi yang Tepat di Pasar Internasional bagi UMKM".

Yups siapa yang tak kenal Bandung dengan "Kick Fest" nya? Yang digawangi sekumpulan anak muda pemilik usaha clothing, yang tidak saja menggebrak nusantara, juga berhasil menembus pasar internasional. Mereka hanya sebagian dari kurang lebih 300 ribuan UMKM. Produk yang dihasilkan meliputi produk fesyen, kecantikan, kerajinan tangan, hingga aneka makanan dan minuman.Semua produk tersebut diminati tak hanya di pasar nasional tetapi juga dalam lingkup pasar global.

Teknologi komunikasi yang berkembang pesat membantu kelancaran produksi dan pemasaran UMKM. Produk mereka memenuhi media sosial facebook, instagram dan twitter. Meningkatkan laju penjualan, membuat roda perekonomian semakin kencang berputar. Berkat pelayanan ekspedisi yang mumpuni.

Tak berlebihan  Deputy GM JNE, Hasmeliyani Suseno memberi penjelasan:

 "Pertumbuhan positif ekonomi digital menuntut inovasi dan strategi sebuah instansi atau perusahaan dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Oleh karena itu, JNE pun terus mengembangkan berbagai sektor, agar kebutuhan pengiriman masyarakat dapat terpenuhi di setiap proses dalam aktifitas pengiriman paket".

Hasmeliyani mengungkapkan para creator dalam industri kreatif dapat terus mengembangkan produknya tanpa khawatir dengan proses distribusi kiriman karena adanya fulfillment logistic yang telah sukses dikembangkan di JNE Bandung.

Dalam acara "JNE Kopiwriting" hadir pula Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat, Noneng Komara yang memberi penuturan mengenai kiprah Dekranasda merangkul UMKM di Jawa Barat.

Konsep "One Village One Product" menjadi kiat pemerintah Jabar memunculkan dan mendorong kemajuan UMKM. Di setiap kecamatan dapat dengan mudah ditemui produk unggulan daerah tersebut. Kerajinan anyaman, sandal, batik hingga wayang golek, memadukan budaya lokal dan modern, tiap tahunnya memenuhi gelaran 'Ina Craft', untuk kemudian secara temporer dibawa ke level internasional.

Atalia Praratya, selalu konsisten memakai produk kerajinan Jabar (dok.detik.com)
Atalia Praratya, selalu konsisten memakai produk kerajinan Jabar (dok.detik.com)

Dikutip dari jabar.tribunnews.com, Atalia Praratya selaku Ketua Dekranasda Jabar berujar:

"Suka sedih kadang, kalau saya mengunjungi beberapa negara di Asia atau lainnya, barang yang dibikin oleh pengrajin kita, itu diklaim buatan negara mereka, kemudian dijual jauh lebih mahal. Padahal saya teh tahu da, itu dibuat di mana di Jabar," katanya.

Karena itu butuh dukungan pemerintah agar UMKM bisa meningkatkan valuenya. Agar pasarnya tidak direbut negara lain.

Bicara tentang pemasaran, dalam event "JNE Kopiwriting" juga hadir Aditya Rahman, Co Founder NIION. Pria kelahiran 26 September 1985 lulusan Arsitektur Universitas Parahyangan dan mengambil MBA di ITB ini menekuni dunia wirausaha sejak remaja. Jualan baju dan yoghurt ketika duduk di bangku sekolah lanjutan dan berbisnis penyewaan playstation sambil kuliah.

Jiwa bisnisnya membuat Aditya melepas kerja sebagai desain  interior di Singapura, dan menelurkan NIION, singkatan dari nylon dan neon , tas lipat dengan warna warni stabillo yang ngejreng.

Menurut Aditya, strategi yang tepat dalam mencapai pasar internasional untuk UMKM adalah dengan konsisten dalam berbisnis dan mempunyai produk dengan nilai lebih dibanding produk yang sudah ada di pasaran.

 "Strategi yang tidak kalah penting adalah mencari jasa pengiriman logistik yang qualified, ada di seluruh kota bahkan bisa ke ranah internasional,dan mempunyai value yang bagus di mata masyarakat," ungkap Aditya.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Hasmeliyani Suseno selaku Deputy GM JNE menjelaskan bahwa JNE melayani kebutuhan masyarakat hingga tingkat kecamatan.  Perusahaan nasional yang berkiprah sejak tahun 1990 ini tidak saja melayani  jasa pengiriman dan pendistribusian. JNE juga memperluas bidang usahanya hingga jasa pengiriman makanan khas daerah (PESONA), jasa kepabeanan, penjemputan di bandara, dan pengiriman uang/money remittance.

Pada akhir tahun 2012, JNE memisahkan divisi Logistik, menjadi unit usaha tersendiri dan terpisah dari unit kurir ekspres. Mulai tahun 2013, JNE siap berekspansi di bidang logistik, dengan berfokus pada layanan yang mencakup pergudangan, cargo, pengiriman jalur darat, sea freight, dan air freight. Di tahun 2014, JNE mempersiapkan JNE E-Commerce dan melakukan optimalisasi Mobile Applications, serta membangun 250 kantor operasional juga mempeluas jaringan hingga lebih dari 6000 outlet di seluruh Indonesia untuk bersaing dalam Asia Free Trade Area yang berjalan sejak tahun 2015.

Yang dibutuhkan kemudian adalah pembangunan infrastuktur yang mendukung. Agar JNE bisa menyelesaikan tugasnya secara tepat. UMKM dan buyer bisa bertransaksi normal karena tidak ada klaim terkait keterlambatan. Perekonomian Indonesia bergulir kencang. Rakyatnya tersenyum bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun