Semilir angin berhembus dari arah tambak bandeng. Mungkin akan menimbulkan efek romantis bagi pasangan kekasih.  Namun  bagi sekelompok perempuan yang sedang menyiangi ikan bandeng,  menjadi penyemangat.  Mereka harus melakukan  serangkaian tugas.  Sesudah bandeng bersih, berikutnya adalah mencabut duri bandeng, memberi bumbu, membungkus bandeng dengan daun pisang  dan mengukusnya.
Pantai utara (pantura) Pulau Jawa terkenal dengan produksi ikan bandeng. Sejauh mata memandang hanya terlihat tambak dan pohon mangrove, penahan abrasi. Untuk memberi nilai tambah, ikan bandeng diolah menjadi bapuk, singkatan dari bandeng gepuk. Mirip daging sapi gepuk yang telah lebih dikenal. Â Bedanya ini ikan bandeng. Soal rasa, boleh diadu!
Adalah  Uriyati, perempuan tangguh dari desa Cisoma, yang mengikuti latihan mengolah bandeng bersama warga desa lainnya. Namun hanya Uriyati yang menekuni potensi UMKM yang bisa meningkatkan perekonomian desa ini. Serangkaian eksperimen dilakukannya agar didapat rasa gepuk ikan yang disukai semua lidah. Cabai merah ditambahkan agar bapuk tidak hanya lezat,  juga nampak menarik.
Bapuk produk Uriyati  diberi merk C73, singkatan dari Cisoma, RT 07, RW 03.  Maksudnya tentu menunjukkan tempat tinggal Ibu Uriyati. Untuk memudahkan bapuk  C73 kerap disebut sebagai Bapuk Si TuTi, akronim Cisoma Tujuh Tiga.
Dibantu CSR BUMN  yang memberi pelatihan pada warga dusun Cisoma, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, produk ibu Uriyati dikemas dengan menarik. Menggunakan  kertas glossy berwarna merah, hingga nampak mewah. Juga produk lainnya. Selain bapuk, Ibu Uriyati memproduksi bandeng presto dan abon bandeng yang tak kalah lezat.
Tak usah khawatir menyantap rangkaian produk bandeng dari Cisoma. Karena semua produk telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Usaha ibu Uriyati pun sudah terdaftar dan mendapat legalisasi PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan.Â
Mantap kan?
Apa yang Anda ketahui tentang abrasi?  Tanaman mangrove sebagai peredam ganasnya gempuran  ombak? Bener banget! Kampanye penghijauan rupanya berhasil. Sehingga masyarakat semakin peduli. Gerakan penanaman mangrove, semakin masif.  Termasuk di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Yang menarik, mangrove jenis Sonneratia caseolaris, ternyata menghasilkan buah yang bisa diolah menjadi berbagai kudapan. Rasanya asam, namun mengandung banyak manfaat. Memunculkan banyak  penelitian  terkait buah mangrove  yang dikenal masyarakat sebagai pidada.   Â
Ada 2 jenis pidada yaitu pidada merah (Sonneratia caseolaris) dan pidada putih (Sonneratia alba). Penelitian umumnya untuk mengetahui sejauh mana proses pengolahan buah mempengaruhi kandungan  vitamin A,  B1, B2 dan C buah pidada. Diantaranya sebagai berikut:
Cara pengolahan pidada amat mudah. Setelah disortir untuk memilih pidada yang matang dan berkualitas baik, kemudian dicuci, dikupas, dipotong-potong dan dihancurkan. Untuk membuat sirup, bubur pidada diberi tambahan gula dan air sebagai berikut:
Rasanya, hmmm... saya suka. Asam manis, sehingga tanpa terasa tangan membuka lagi dan lagi dodol pidada. Sedangkan sirup pidada mirip legen/ nira. Itu lho yang kerap ditemui di Gresik. Ada yang bilang  nira sama dengan air buah siwalan. Yang pasti, nira maupun legen tidak tahan lama,  harus segera diminum. Beda dengan  sirup pidada yang  awet, karena sudah mengalami proses pendidihan.
Ustaz kontemporer, Aam Amirudin berkisah, dia terbiasa mengudap keripik singkong yang dibelinya dengan harga Rp 20.000 per plastik besar. Beberapa waktu lalu dia mendapati keripik singkong dengan rasa sama, berkemasan mewah  dijual Rp 400.000 per plastik kecil.  Ya, gara-gara dikemas mewah, keripik singkong bisa bertengger dengan cantiknya di rak duty free,  di airport yang disinggahi pak Aam.
Namun ada yang dilupakan  Ustaz  Aam, yaitu keberadaan perusahaan logistik yang mumpuni. Semewah  apapun kemasan suatu produk, promosi segencar apapun,  menjadi sia-sia tanpa tangan trampil petugas logistik yang bekerja profesional.
Bapuk Si  Tu Ti beserta rekannya, bandeng presto dan abon bandeng. Serta berbagai produk buah pidada yang dikemas cantik. Tidak akan ada artinya tanpa ada perusahaan jasa yang mengantarkan produk ke pembeli.
Sungguh saya ngga bisa membayangkan bagaimana nasib UMKM sebelum ada jasa logistik yang mumpuni. Karena produk pangan UMKM seperti bapuk, hanya tahan 1 hari pada suhu kamar. Â Harus segera dimasukkan ke lemari pendinginan, ketika diterima pelanggan.
Dengan adanya jasa layanan JNE, kebutuhan tersebut terpenuhi. Pelanggan bisa memilih beragam layanan:
- SUPER SPEED (SS) adalah layanan pengiriman dengan mengutamakan kecepatan dan penyampaiannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan/disepakati.
- YES (Yakin Esok Sampai), Â layanan dengan waktu penyampaian di tujuan keesokan hari (termasuk Minggu dan hari libur nasional).
- PESONA (Pesanan Oleh-oleh Nusantara). Kini ribuan ragam makanan khas Nusantara dapat dipesan secara online dan akan didatangkan langsung dari daerah asalnya.
- REG (Reguler), Â layanan pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia, dengan perkiraan waktu penyampaian kiriman 1-7 hari kerja, tergantung pada zona daerah yang menjadi tujuan pengiriman.
- OKE adalah Layanan pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia dengan tarif ekonomis dengan perkiraan waktu penyampaian kiriman lebih lama dari Service REGULER. Tergantung pada zona daerah yang menjadi tujuan pengiriman.
- JNE Loyalty Card (JLC) merupakan program keanggotaan yang ditujukan kepada pelanggan setia JNE.
- Serta masih banyak jenis layanan lainnya.
Nah, lengkap bukan layanan yang diberikan JNE? Â Pelanggan bisa memilih sesuai kebutuhan.
Ragam layanan pastinya tak lepas dari lamanya JNE berkecimpung dalam dunia logistik. Mengawali layanan semenjak tahun 1990, kini  telah ada 6.000 lebih titik lokasi layanan, serta lebih dari 40,000 orang  karyawan.
Anggota masyarakat yang ingin berdaya, cukup berkreasi dan mengemas produknya semenarik mungkin. Sesudah itu mempromosikannya ke toko online maupun media sosial. Sisanya, biarkan  JNE yang bekerja. Mengantarkan produk ke pembeli yang ngeces , ketika melihat produk makanan nan mengundang selera di layar gagdetnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H