Kepioniran Udung Rasmita dalam  bidang  pendidikan di kampung Cibungur, rupanya membekas pada ingatan Imas kecil. Sehingga walau banyak rintangan harus dilalui, Imas tak gentar. Ada yang mencemooh Imas sebagai orang tak waras. Bahkan tetangganya sering mengamuk dan mengatakan aktivitas Imas sebagai tak halal.
 Kekurangan finansial juga kerap menerpa. Membuat Imas sering harus menjual rongsokan, seperti botol dan kertas bekas. Pernah juga Imas terpaksa mengajak para pengurus Panti Asuhan Raudatul Amanah yang bekerja secara sukarela, untuk patungan. Mereka mengumpulkan beras dan lauk pauk agar anak-anak yatim terjamin makannya
Rio yang telah ditinggal mati ayahnya mengalami kesulitan belajar, juga  kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya. Ibunya angkat tangan, tak paham cara mengasuh Rio.
Sementara pamannya mengeluh  sibuk, tak mampu mengurus Rio. Beruntung ada Imas dan panti asuhan Raudatul Amanah yang siap mengasuh dan membimbing Rio agar bisa bersosialisasi seperti anak-anak yang lain.
"Anak sulung saya dulu seperti  Rio", kata Imas,
"Bahkan tubuhnya lumpuh. Bertahun-tahun saya rawat. Sekarang Alhamdullilah normal", sambung Imas sambil menunjuk anak sulungnya yang duduk di atas sepeda motor.
Kawasan kampung Cibungur tidak saja terjal, juga tidak ada angkutan umum yang melayani kebutuhan transportasi penduduk setempat. Sehingga tak heran banyak anak tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) lalu lalang mengendarai sepeda motor.
"Saya berani mengurus Rio karena punya pengalaman merawat si sulung",  lanjut Imas. Dia juga menjelaskan  bahwa ada  2 orang guru yang berjanji akan merawat dan mengawasi tumbuh kembang Rio. Selain orang disekelilingnya yang mau membantu jika diminta, Imas bersandar pada  sosok sang suami, Agus Suryana yang selama ini mendukung dan ikut mengasuh anak-anak yatim.
Cobaan tak henti datang menerpa. Imas  terserang stroke ringan pada tahun 2017, hingga harus dirawat di RS Dustira Cimahi. Namun semua itu tak menyurutkan langkahnya.
Niat dan semangat Imas  mampu mengalahkan  tubuhnya yang ringkih. Bahkan  Imas mempunyai mimpi membangun pondok pesantren bagi anak-anak duafa agar menjadi pribadi yang soleh, mandiri dan sukses.