Sebagai ibu yang cerewet, biasanya saya mengalah jika ada anggota keluarga yang malas makan sewaktu berbuka puasa, tapi tidak  untuk makan sahur. Makan yang dimaksud disini adalah makanan lengkap yang terdiri dari karbohidrat, protein dan  sayuran.  Seusai berbuka, mereka sering kekenyangan dengan  banyaknya  ragam makanan yang bermunculan di Ramadan. Seperti kolak, martabak, es buah,  gorengan, seolah-olah perut mampu memuat semua kudapan tersebut. Akibatnya mereka  enggan makan nasi dan lauk pauknya.
Berbeda dengan makan sahur. Anggota keluarga harus mematuhi menu yang saya siapkan. Karena makan sahur berarti menyiapkan cadangan makanan bagi tubuh selama kurang lebih 14 jam. Saya beruntung  tidak mendapat banyak komplain. Termasuk tidak muncul pertanyaan mengenai  kudapan yang saya sembunyikan, padahal  masih berserakan menjelang mereka tidur. Kudapan  yang umumnya terdiri dari karbohidrat sederhana yang akan membuat mudah lapar.
Persiapan makan sahur biasanya sudah sejak malam sebelum tidur. Bahkan sering sore hari, sekalian menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Pemilihan menu umumnya sebagai berikut:
Nasih putih dan nasi merah
Sejak anak-anak masih kecil, saya mengenalkan nasi merah dengan mencampurnya bersama nasi putih. Sesudah anak-anak dewasa, nasi merah dan nasi putih dihidangkan terpisah. Silakan pilih sendiri  toh udah mereka sudah besar.
Nasi merah saya pilih karena merupakan  karbohidrat kompleks yang  kaya akan serat yang dapat mengatur pelepasan energi secara perlahan. Membantu mereka tetap fit dan tidak mudah lapar.
Beras merah juga  sumber magnesium, fosfor, tiamin, vitamin B-6, niacin,  zat besi dan seng. Sayangnya tidak semua anggota keluarga menyukai. Jadi jalan tengah diambil, keduanya dihidangkan.
Susu/ yoghurt
Sejak balita hingga masuk perguruan tinggi, saya cerewet dalam hal konsumsi susu. Mereka harus minum, jika bosan boleh menggantinya dengan yoghurt. Banyak alasan mengapa saya akan berlari-lari mengejar anak yang belum minum susu. Salah satunya adalah kandungan protein dan kalsium yang tinggi yang mudah dikonsumsi dan diserap tubuh. Mereka tidak harus memotong, mengunyah dan proses mengonsumsi protein lainnya.
Saya berkeyakinan anak-anak akan tumbuh sehat serta tidak mudah sakit jika mengonsumsi makanan/minuman tinggi protein. Terlebih susu juga mengandung vitamin A dan B12 yang berfungsi penting bagi tubuh.
Minum susu/yoghurt di waktu sahur membuat rasa kenyang lebih lama, staminapun terjaga.
Lauk pauk tinggi protein dan vitamin
Sering anggota keluarga enggan makan terlalu banyak lauk. Sehingga harus memutar otak agar dalam satu  menu masakan sudah terdapat protein, vitamin dan mineral. Orak-arik sayuran misalnya, terdiri dari telur, wortel, buncis dan daging cincang. Atau menu kesukaan mereka lainnya yaitu daging cincang teriyaki dan salad sayuran.
Penyajiannya pun harus segar, bukan hasil menghangatkan. Biasanya saya menyiapkan irisan sayuran dan cincang daging sebelum tidur malam. Ketika terbangun jam 2.30 dini hari, cukup 10 menit, lauk pauk kaya nutrisi terhidang.
KurmaÂ
"Sahurnya orang mukmin adalah buah kurma", demikian pernah saya baca. Tapi kok ya ngga tega jika mereka hanya makan kurma. Jadi kurma saya siapkan sebagai cemilan usai makan sahur, sambil menunggu waktu salat Subuh.
Hasil browsing saya disini, mengungkapkan kelebihan kurma yang dipilih sebagai makanan buka puasa dan sahur. Yaitu sebagai sumber karbohidrat tinggi, kurma mengandung glukosa, fruktosa dan sukrosa. Bermanfaat memberikan rasa kenyang lebih lama dan menyehatkan saluran cerna. Dengan kata lain mengonsumsi kurma di waktu sahur berarti memiliki cadangan energi.
Air putih
Selain mengemil kurma, biasanya anggota keluarga saya akan sebanyak mungkin minum air. Untunglah untuk yang satu ini ngga perlu ngomel karena mereka sudah memahami pentingnya cadangan cairan dalam tubuh agar tidak tidak terkena  dehidrasi, metabolisme tubuh pun terjaga.
Rosulullah SAW bersabda : "Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan Qailullah (tidur siang)." (HR Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya)
Jelaslah, makan sahur tidak lagi sekedar aktivitas mengisi perut  juga  merupakan usaha  mempersiapkan  cadangan energi 14 jam keesokan harinya. Cadangan yang mampu membantu pemilik tubuh tetap fit dalam menjalankan mobilitas. Terlebih di bulan penuh rahmat ini jangan sampai hilang kesempatan hanya gara-gara salah memilih menu sahur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H