Selama bulan Ramadan aktivitas meningkat, mulai dari tadarusan, tarawih, Â ngabuburit hingga yang makin marak dilakukan adalah bukber atau buka puasa bersama. Sejak kapan even bukber diadakan? Saya kesulitan mencari referensinya. Hanya bisa menebak bahwa bukber merupakan usaha manusia dalam mengimplementasikan hablumminannas. Merawat silaturahmi antar manusia sesuai perintah Allah.
Komunitas penyelenggara bukber pun  beragam. Setiap tahun bisa dipastikan saya mengikuti bukber khatam Al Quran bersama anak yatim. Sesudah itu ada bukber bareng alumni SMA, teman aktivis lingkungan dan masih banyak lagi.  Namun bisa dipastikan ada 6 sosok ini agar bukber terwujud dengan sukses.
Sang Pencetus
Selalu ada sosok pencetus dilaksanakannya bukber. Walaupun tidak selalu, biasanya secara tidak langsung dia juga menjadi "ketua panitia" yang menjamin kelancaran bukber. Karena ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan seperti apakah lokasi bukber cukup strategis? Jika memilih tempat bukber di rumah makan, apakah harga makanan/minumannya terjangkau oleh semua peserta bukber? Â Persiapan seperti ini sangat penting agar banyak peserta yang datang dan bukber terselenggara sukses.
Second Lead
Sang Pencetus membutuhkan bantuan, bisa seorang atau lebih. Sang second lead  bertugas mendukung kelancaran bukber, mulai reservasi tempat, menyebarkan undangan termasuk membantu menjawab calon peserta. Sebagai tangan kanan ketua panitia, Second Lead secara tak langsung mengingatkan agar  penyelenggaraan bukber selalu berjalan di relnya.
Sang Bintang
Seorang berkepribadian ekstrovert acap menjadi bintang dengan sendirinya. Dia mendominasi acara bukber dengan ucapan dan tindakan. Karena punya kecenderungan ngomong dulu baru mikir, sang bintang kerap dicap arogan dan minim simpati. Padahal tidak selalu demikian.
Ekstrovert membutuhkan sumber  energi yang didapatnya dari tengah keramaian, terlebih jika bisa menjadi pusat perhatian. Seorang ekstrovert mampu berbicara dari awal bukber hingga acara berakhir dan peserta bukber bubar. Sebaliknya,  dia akan merasa tersiksa jika harus melakukan altivitas  tertutup seperti meditasi, menulis dan lain sebagainya.
Sang Loyalis
Akibat  rasa solidaritas pada kelompok sang pencetus dan lingkarannya, kelompok loyalis pasti datang di setiap acara bukber. Mereka selalu bisa melihat sisi positif karena itu hidupnya nyaman. Ngga ribet.
Mereka menjadi penentu kesuksesan bukber karena tidak pernah rewel, tidak banyak menuntut apalagi mengritik. Mereka melihat  sisi positif Sang Pencetus dan kawan-kawan yang telah mengorbankan  waktu dan tenaga demi terselenggaranya bukber.
Sang Peragu
Selalu ada kelompok bertipe peragu dalammasyarakat. Umumnya dipicu rasa tidak percaya diri. Bukber bersama kelompok alumni sekolah bisa membuat tekanan yang lebih parah. Mereka berpikir: "Nanti disana bagaimana ya?" "Nanti ngomong apa ya?" dan seterusnya. Mereka kerap menggunakan kata "insyaallah" karena tidak enak menolak secara langsung. Biasanya di saat-saat akhir barulah keputusan dibuat.
Oportunis
Entah mengapa ada pandangan negatif mengenai kelompok oportunis. Padahal acara bukber merupakan peluang untuk menambah networking lho. Seorang keponakan bisa berbincang  dengan kelompok keluarga senior mengenai bisnis yang baru dirintisnya.  Dengan menghadiri bukber, banyak peluang yang bisa diraih oleh mereka yang baru terjun ke dunia bisnis. Seorang saudara sepupu rajin mengikuti bukber agar mendapat calon klien bisnis asuransinya. Sedangkan saya berhasil mendapat kontak beberapa narasumber untuk berbagai kegiatan, baik yang dilakukan saya sendiri maupun komunitas yang saya ikuti. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H