Tidak demikian dengan  Siti Jenab yang beruntung bisa bersekolah di Sekolah Raden Dewi Sartika atas rekomendasi RA Cicih Wiarsih (Juag Cicih), anak semata wayang Bupati Cianjur RAA Prawiradireja II.
Di Bandung, Siti Jenab mendapat bimbingan langsung dari Dewi Sartika, pendiri  Sakola  Istri. Setelah menyelesaikan pendidikan, Siti Jenab kembali ke Cianjur dan merasa prihatin melihat kaum perempuan yang dianggap warga kelas dua. Sehingga timbul tekad dalam diri Siti Jenab untuk meningkatkan status kaumnya melalui jalur pendidikan.
Awalnya Siti Jenab memberikan pendidikan dengan cara berkeliling, door to door, dari satu tempat ke tempat lain. Mendatangi rumah-rumah, antarkampung dan antardesa.
Perjuangan Siti Jenab sampai ke telinga Juag Cicih, istri Bupati R Muharam Wiranatakusumah. Sosok yang merekomendasikan Siti Jenab bersekolah di Bandung ini mendapat beberapa bidang tanah warisan dari ayahnya, RAA Prawiradireja II. Sebagai bentuk dukungan atas perjuangan Siti Jenab, Juag Cicih membangun sekolah berbahan kayu dan bilik pada tahun 1906.
Mata pelajaran yang diberikan sama seperti Sekolah Keutamaan Istri lainnya yaitu: membaca, menulis, berhitung, Bahasa Belanda, Bahasa Melayu, Bahasa Sunda, budi pekerti, agama dan ketrampilan perempuan seperti membatik dan merenda.
Sekolah yang didirikan Siti Jenab kemudian dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur yang mengubah namanya menjadi SDN Siti Jenab.
Dianggap tanah hibah dan  lokasi SDN Siti Jenab yang strategis membuat pemerintah kabupaten Cianjur berniat merelokasi kegiatan belajar mengajar di pinggir kota dekat sungai. Sedangkan bekas bangunan lama akan diruntuhkan dan diubah menjadi lahan parkir.
Penggusuran lokasi SDN Siti Jenab dinilai menafikan perjuangan Siti Jenab dalam emansipasi perempuan, semangat pendidikan dan simbol sejarah kebangkitan kaum pribumi Cianjur untuk memperoleh haknya dari penindasan kolonial Eropa.
Seperti yang dikatakan Dosen Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, Wawan Darmawan bahwa konsep pendidikan Ibu Jenab merupakan warisan yang luar biasa.
"Konsep itu menjadi jasa yang luar biasa. Terlebih Ibu jenab mendirikan sekolah pada masa Hindia Belanda. Saat itu pendidikan bagi perempuan merupakan hal mustahil"