Penghematan
Paling tidak ada 2 penghematan yang diperoleh pemerintah yaitu subsidi elpiji  dan biaya kelola sampah.  Setiap tahunnya Kota Bandung menganggarkan Rp 137 milyar untuk operasional  (sumber).  Alokasi tertinggi untuk biaya pengangkutan sampah dari  tempat pembuangan sampah sementara (TPS)  ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Sedangkan untuk subsidi energi, karena  Pertamina harus memberikan subsidi Rp 5.750, sementara jatah Kota Bandung sebanyak  90.000 tabung gas 3 kg/hari. Maka subsidi yang dihemat bisa mencapai  Rp 1,5 milyar per hari atau Rp 46,5 miyar per bulan. Jumlah yang lumayan banyak bukan?
Sayangnya program 100 biodigester bisa dianggap 'gagal'. Pada akhir tahun 2015, saya mengikuti survei biodigester, dan menemukan  hanya beberapa orang yang dengan senang hati  mau meneruskan. Sisanya menolak. Di beberapa lokasi, instalasi biodigester  tidak berfungsi dan dipreteli. Bahkan seorang Ketua RW di suatu kawasan padat penduduk,  bersikeras meminta agar instalasi dibawa pergi. Bak meminta dibersihkannya lokasi dari gundukan sampah.
Banyak yang menjadi penyebab, tapi 2 hal penting ini rupanya dilupakan oleh pihak yang bertanggung jawab membagikan biodigester pada warga masyarakat.
Biodigester berbeda dengan kompor elpiji
Pemakai biodigester  harus memahami bahwa terdapat bakteri metanogen di dalam instalasi yang harus diperlakukan sebagai mahluk hidup. Artinya jika 'binatang peliharaan' ini tidak diperlakukan dengan benar, tidak diberi  makan dan minum cukup, maka mereka akan sakit, sekarat dan mati.
Beda halnya dengan kompor gas elpiji yang  tidak akan bereaksi walau diabaikan selama  berbulan-bulan.
Minimnya kesadaran memisah sampah
Apa jadinya jika pembalut perempuan dan popok bayi masuk biodigester? Tentunya akan menghambat proses terjadinya biogas. Bakteri metanogen yang seharusnya hanya mendapat asupan sampah organik akan terganggu aktivitasnya.