Siapa Si Cinta? Itu lho nama panggilan istri Ridwan Kamil, walikota Bandung. Nama aslinya Atalia Praratya, dipanggil demikian mungkin Ridwan Kamil bermaksud memberi teladan, ayolah tiru kami yang sering saling menyanjung, dilain waktu saling memperolok, tetapi di dalam hati yang terdalam saling menyayangi dan mencintai, agar bisa menggapai bahagia dunia akhirat.
Sejoli ini kompak menyukseskan gerakan berkebun di lahan terlantar. Awal idenya memang berasal dari kang Emil, panggilan Ridwan Kamil, disambut antusias kawan-kawannya yang meneruskan hingga kini dalam naungan Indonesia Berkebun dan telah merangkul 30 kota untuk melakukan gerakan berkebun. Sementara Si Cinta selalu mendukung, tidak saja dalam pembentukan Bandung Berkebun, tetapi juga menerapkannya di rumah botol mereka di Cigadung. Kegiatan berkebun diteruskan di pendopo setelah kang Emil menjadi walikota Bandung.
Mungkin ada yang berkilah, ah pendopo kan luas, fasilitas memungkinkan. Memang betul luas, tapi jika diperhatikan urban farmingnya sangat sederhana. Hanya menanam sayuran di pot-pot dan di paralon. Awalnya saya pikir paralon-paralon itu adalah hidroponik, ternyata bukan. Sungguh melegakan karena hidroponik termasuk hobi bertani yang mahal dan tidak ramah lingkungan. Diperlukan bahan pembantu yang hanya bisa digunakan untuk sekali pemakaian, contohnya rockwool. Hasil eksperimen hidroponik dengan ibu-ibu komunitas juga membuktikan hasil panen yang aneh, daun berwarna kuning pucat dan kurang gemuk. Mungkin kurang nutrisi disebabkan tidak tepat waktu dan tidak tepat komposisi r supply air dan pupuk. Ah lain kali saja kita bahas hidroponik yang ternyata cukup njlimet ya?
Kita kembali ke topik untuk memulai berkebun ala Si Cinta, berkebun yang simple dan ngga ribet. Kita mulai langkah-langkahnya, yaitu:
Penentuan area berkebun
Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Adagium ini pas banget diterapkan pada mereka yang sering harus berkreasi dalam urban farming. Dalam acara blusukan ke kampung-kampung di Kota Bandung, saya melihat banyak rumah menghiasi dindingnya dengan pot-pot berisi tanaman. Area berkebun memang bisa dimana saja, yang membedakan adalah jenis tanaman. Tanaman sayuran membutuhkan asupan sinar matahari secara penuh, karena itu harus dipilih tanaman hias jika area bercocok tanam terlalu terlindung dari sinar matahari.
Pencantuman pot/polybag/paralon hanya untuk memudahkan penyiapan wadah media, tempat menanam. Tidak ada aturan baku, karena begitu suburnya Indonesia hingga tanaman bisa tumbuh dimana saja. Di sela-sela coran tembok. Di lantai pekarangan yang mulai jebol dan lain sebagainya.
Seorang rekan, kepala sekolah SMP berencana menggunakan kotak tetrapak (kemasan antiseptik) bekas susu pasteurisasi ukuran 1 liter sebagai pot tanaman. Jika berhasil, nampak asyik ya? Karena sampah kemasan ini belum ada solusinya sementara 3 lapisannya (alumunium, kertas dan plastik) akan mengotori bumi.
Selain paralon, pot dan polybag, beberapa alternative yang pernah saya gunakan adalah bekas kemasan minyak goreng dan camilan, juga pernah menggunakan bekas kotak plastik buah-buahan.
Kini, penggiat berkebun dimanjakan oleh penjual tanaman hias yang semakin pandai meracik komposisi media tanam yang tepat, contohnya sekam, humus, tanah. Atau ada juga yang membuat campuran sekam bakar, kotoran hewan (kohe) dan humus. Bisa dipilih sesuai keinginan, bahkan bisa meracik sendiri karena umumnya mereka menyediakan kebutuhan berkebun dengan lengkap.
Sebetulnya setiap rumah memiliki media tanam dari limbah dapur . memang sih harus diolah dulu. Gampang kok, dengan bantuan pot/karung beras atau jika beruntung memiliki komposter aerob/anaerob seperti takakura maka sebagian dari kebutuhan media tanam sudah terpenuhi. Baru sebagian karena umumnya hasil kompos harus dicampur lagi dengan sekam agar cukup porous/berongga.
Oh iya saya mempunyai kebiasaan mengumpulkan cangkang telur ayam bekas memasak. Cangkang telur ayam yang telah dihancurkan sangat berguna untuk menyuburkan tanaman dan pestisida organik karena setiap cangkang telur mengandung 94% kalsium karbonat, 1% magnesium karbonat, 1% kalsium fosfat, dan 4% bahan organik terutama protein.
Pernah melihat-lihat area hobi di supermarket? Aduh peralatan berkebunnya sungguh menggoda iman. Canti-cantik, dan berwarna-warni. Padahal jika mau membongkar gudang mungkin akan didapat banyak peralatan yang bisa digunakan berkebun, contohnya sutil (alat penggorengan) yang telah patah pegangannya. Sarung tangan plastik yang sudah dipensiunkan juga bisa dikaryakan kembali. Bekas wadah telur untuk penyemaian bibit.
Apapun itu jadikan kegiatan berkebun menjadi aktivitas yang menyenangkan agar diperoleh hasil maksimal.
Bibit tanaman
Dulu, sebelum media sosial berkembang pesat seperti sekarang, saya harus membeli bibit sayuran dalam jumlah banyak. Toko pertanian hanya menjual 1 pak berisi ratusan bibit. Untuk yang ber-agribisnis ya cocok, lha saya hanya butuh sedikit karena dalam satu petak ingin menanam beberapa jenis sayuran.
Beruntung para penjual online semakin cerdik memanfaatkan situasi. Mereka membagi bibit sehingga bisa menjual Rp 1.000/bungkus. Menyenangkan bukan? Kini, dalam satu petak bisa ditanami beragam tanaman sayur maupun tanaman hias. Cara membelinya cukup mudah, cukup ketik benih seribuan maka akan muncul situs yang dimaksud.
Ada cara yang lebih mudah dan tanpa biaya yaitu menggunakan biji cabai/tomat sisa masak di dapur sebagai bibit. Akar sisa kangkung darat /seledri/bawang daun juga bisa digunakan untuk bibit.
Mulai berkebun
Nah lengkap sudah semua yang diperlukan untuk berkebun. Penyemaian diperlukan jika bibit dalam bentuk biji yang terlalu kecil seperti bayam dan bawang. Sedangkan bibit berukuran besar misalnya kangkung, bisa langsung disebar di pot. Usai menyebar bibit sebaiknya pot/tempat penyemaian ditutup lembaran plastik (gunakan saja lembaran plastik yang sudah tidak dipakai), agar tidak terjadi penguapan berlebihan. Sesudah 1-3 hari biasanya sudah bisa dibuka. Jangan terlalu lama disimpan di tempat terlindung karena akan muncul benih kutilang (kurus tinggi langsing), penyebab tanaman tidak bisa tumbuh maksimal.
Sebelum mengisi media tanam jangan lupa taruh pecahan batu bata/kerikil/kulit telur yang telah dikeringkan agar air sisa menyiram bisa leluasa keluar. Air yang menggenang di dalam pot bisa mengakibatkan busuk akar.
Sebetulnya berkebun itu sangat mudah. Terasa ribet jika hanya dibaca dan belum dipraktekan. Padahal manfaat berkebun banyak banget lho. Seperti kata kang Emil, ada 3 manfaat berkebun yaitu:
Edukasi:
Banyak anak hanya menghafal bahwa suatu tumbuhan memiliki akar, batang dan daun. Mereka juga hanya menghafal berbagai bentuk daun, jenis bunga, buah dan akar. Padahal dengan mempelajari lingkungannya, mereka bisa berubah dari sosok pabrikan akademis menjadi lebih kreatif, kritis dan inovatif. Sesuai yang dikatakan Confusius:
I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand.
Ekologi
Rasakan perbedaannya sesudah beberapa lama berkebun. Lingkungan rumah menjadi adem, asri, kemudian muncul mahluk hidup seperti kupu-kupu, dan belalang, penanda lingkungan yang bebas dari cemaran.
Jangan dulu membayangkan terlalu muluk bisa memperoleh penghasilan dari berkebun. Cukup panen untuk mengganti kebutuhan sayuran di dapur berarti menghemat lembaran rupiah yang biasanya harus disiapkan untuk belanja sayuran. Sayurpun lebih fresh dan terjamin mutunya.
Berolah raga
Seperti yang dikatakan Andi Kurniawan dari Indonesia Sport Medicine Centre, berkebun merupakan aktivitas fisik yang bisa dilakukan di rumah dan murah. Berkebun selama satu jam dapat membakar kalori sebanyak 330 kalori. Jumlah ini lebih banyak dibanding bersepeda santai sejauh 10 – 12 mil per jam yang “hanya” membutuhkan 256 kalori.
(Sumber).
Silaturahmi
Ketika tanaman cabai, jeruk limau dan tomat mulai memunculkan buahnya, bukalah pintu gerbang rumah dan biarkan tetangga ikut menikmati hasilnya. Syukur-syukur terkena virus berkebun dan akhirnya kelak punya rekan berdiskusi mengenai berkebun.
Relasi antar anggota masyarakat di Indonesia sangat khas. Faktor sosial, budaya dan agama membuat kepedulian tumbuh dan berkembang. Tak heran tradisi mengirim oleh-oleh, hasil panen dan panganan lainnya masih sering ditemui. Dengan berkebun, kita bisa ikut berkontribusi dalam kebiasaan berbagi tersebut. Jangan pelit dan takut kehabisan, tanaman yang sering dipetik akan memunculkan tunas baru sehingga tumbuh lebih subur dan rimbun. Salah satu buah silaturahmi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H