Jangan menikah disebabkan kepepet usia, desakan orang sekeliling dan cibiran orang. Jangan menikah hanya untuk menyenangkan orang lain. Hidupmu adalah milikmu. Karena ketika mengalami masalah, kau harus menghadapinya sendirian.
Tidak sekedar bibit, bebet, bobot. Sebelum menikah kenali kehidupan calon suamimu. Perempuan itu sebetulnya tahu bahwa kehidupan keluarga calon suaminya sangat jauh dari kebahagiaan. Dia tidak menduga bahwa situasi tersebut bisa berimbas pada pernikahannya. Kedua calon mertuanya hidup dalam pernikahan ‘awet rajet’, nampak rukun diluar tapi penuh prahara didalamnya. Sang ibu mertua bisa marah besar hanya gara-gara bunyi suara cecak didinding, mengira pembantu sebelah rumah sedang mengajak kencan suaminya. Tak peduli bapak mertua sedang tergolek sakit, asmanya kambuh dan kakinya terpincang-pincang. Dan setiap pertengkaran selalu berakhir dengan pengusiran sang bapak hanya gara-gara rumah yang mereka huni adalah warisan sang ibu. Terlahir dan hidup penuh luka batin menjadikan sang suami sering membalas dengan mengusir perempuan itu. Jadi jangan berharap banyak kau bisa mengobati luka masa lalu calon/suamimu.
Tidak sekedar beragama, yakinilah calon suamimu menjalankan agama dengan benar. Karena suami soleh yang beragama secara kaffah akan menjadi nakhoda yang baik yang tak kan tega menyakiti istrinya. Dia akan menjadikan istrinya ratu dalam rumah tangga, tanpa ragu. Dia akan meminta siapapun, termasuk kakak-kakak perempuannya mematuhi aturan rumah tangga yang diterapkan suami istri tersebut. Tidak ada nakhoda ke-2 dan ke-3 yang menyebabkan awak kapal bingung dan perahu limbung.
Jika memiliki rekan yang mengalami KDRT dan ingin menemaninya, jangan memberi nasehat yang tidak jelas kebenarannya. Beberapa rekan perempuan itu mengatakan bahwa istri yang tidak bekerja tidak bisa menuntut apa-apa. “Lha terus aku gimana? Aku ngga punya rumah selain yang dihuni sekarang. Aku hanya perlu gubuk pelindung dari hujan dan panas hingga Allah SWT memanggilku pulang”. Teman-teman si perempuan hanya pergi tanpa jawaban. Membuat perasaan depresi kian menekan si perempuan. Merasa tua, tak berguna, terusir dan tanpa kawan bisa membuat si perempuan melakukan tindakan paling konyol.
Jika memiliki rekan yang mengalami KDRT dan ingin membantunya, carilah institusi yang berwenang, bisa browsing di internet. Temani jika mau tapi diamlah tak usah memberi nasehat selain menganjurkan berdoa. Karena walau pengalaman si perempuan membuktikan bahwa banyak kinerja lembaga bantuan hukum ternyata mengecewakan, bagaimanapun mereka lebih berkompeten memberi solusi.
Jika anda memiliki anak perempuan, bantu mereka agar berkembang penuh, jangan memberi kesempatan bagi pernikahan dini, juga jangan mendesak ketika usianya mulai bergerak ke angka 30. Lebih baik memberi peluang dengan memberi banyak kenalan. Jangan lupa perhatikan latar belakang calonnya. Jangan mengambil risiko menikahkan anak perempuanmu dengan pria yang memiliki luka masa lalu. Karena bukan hanya masa depan anakmu yang menjadi taruhannya, tapi juga bakal cucu-cucumu.
Bandung, 6 januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H