Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Gen Z Dalam Gerakan Budaya Bersih dan Senyum

9 Oktober 2016   20:56 Diperbarui: 11 Oktober 2016   12:11 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain GIDKP, komunitas lain yang melakukan gerakan inisiasi  adalah Clean Action yang mengajak perubahan perilaku menuju nol sampah di gelaran besar yang melibatkan masyarakat umum,  pengurangan plastik dengan menggunakan tumbler dan gerakan pungut sampah (GPS).

Edukasi bank sampah dilakukan oleh Bumi Inspirasi yang melihat musibah sampah bisa diubah menjadi berkah sampah. Konsepnya adalah kewirausahaan social yaitu implementasi bisnis yang menghasilkan profit berupa materi dan pengurangan sampah. Mungkin timbul pertanyaan,  bagaimana kalkulasi sampah secara bisnis?

Berdasarkan data kemendagri.go.id jumlah kepala keluarga (KK) per Ahad, 9 Oktober 2016 adalah 62.285.478 dari total penduduk 200.808.313 jiwa. Andaikan setiap KK diwajibkan  menjadi anggota yang memisah sampah dan menyetorkannya setiap minggu ke bank sampah, maka jumlah uang yang terkumpul adalah

62.285,478 KK x Rp 1.000 = Rp 62.285.478.000 per minggu

 Potensinya bisa lebih besar karena yang digunakan sebagai contoh hanya penyetoran uang hasil sampah anorganik sebesar Rp 1.000/per minggu sementara faktanya setiap kepala keluarga bisa menabung belasan ribu rupiah/minggu.

Jadi, mengapa tidak diimplementasikan? Karena seperti lembaga keuangan lainnya, dibutuhkan regulasi yang memayungi setiap bank sampah dan aktivitasnya dengan rigid. Diperlukan kerja sama dan sosialisasi terus menerus oleh banyak pihak:  instansi pemerintah, media, pihak swasta, lembaga independen yang bergerak dalam lingkup sosial dan  lingkungan serta lembaga pendidikan.

Karena gerakan perubahan yang nampak sepelepun mengundang banyak kontroversi. Diet kantong plastik misalnya. Setelah 6 tahun mengadakan kampanye masif dan terus menerus, perwakilan instansi terkait menyepakati bahwa konsumen pasar swalayan harus membayar kantong plastik,  tidak gratis. Sayangnya  setelah 3 bulan uji coba, pemerintah tak kunjung membuat regulasi yang memayungi perubahan ini sehingga Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) sebagai perwakilan pasar swalayan memutuskan agar kantong plastik diberikan secara cuma-cuma lagi. Tidak hanya kelompok GIDKP yang mewakili Gen Z yang kecewa tapi juga konsumen ritel modern. Seiring waktu cara pandang pelanggan ritel modern  sebagai penghasil sampah berubah. Mereka memahami bahwa masalah sampah bisa diselesaikan bersama-sama.

Bagaimana GIDKP menyikapi hambatan ini? seperti umumnya anak muda, mereka pantang menyerah. Mereka membuat gerakan pengumpulan tanda tangan lagi melalui Change org. dengan judul “Lanjutkan Penerapan Kantong Plastik Tidak Gratis dan Publikasikan Data Pengurangan Kantong Plastik! Kampanye pengurangan kantong plastik tetap dilakukan dengan gigih.

Menyikapi betapa militannya Gen Z menggawangi perubahan, tak berlebihan jika generasi sebelum Gen Z harus  mendukung gerakan mereka. Gerakan perubahan bagi masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Mereka yang belum terlibat harus ambil bagian. Karena seperti kata pakar lingkungan, David Sutasurya: “ Bersih itu bonus hasil pengelolaan sampah yang benar. Jika sampah dikelola dengan semestinya maka bisa dipastikan lingkungan menjadi nyaman dan bersih”.

Jadi, mau menunggu apalagi? Senyum adalah ciri khas bangsa Indonesia, budaya bersih sebetulnya budaya Indonesia yang sering dilupakan. Mari bersama wujudkan gerakan budaya bersih dan senyum bersama Gen Z, generasi pemilik masa depan Indonesia. Generasi yang selalu tersenyum menyongsong siapapun yang berkunjung . Karena mereka bertanggung jawab terhadap citra dan kenyamanan  hidup penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun