Semua pasti sepakat, keluarga memegang peranan terpenting. Tempat anak digembleng agar percaya diri dan bermental driver. Tapi bukan dengan cara menghukum yang membuatnya tertekan. Sungguh tepat salah satu prinsip yang dikatakan mantan menteri Pendidikan Anies Baswedan: “Jangan terpaku ke sebuah angka untuk dicapai. Fokus pada angka itu hingga melupakan hal-hal lain disekitarnya. Hal-hal penting yang harusnya diperhatikan dalam proses itu. Nomer 1 itu bisa jadi nomor juara. Tapi bukan berarti nomor 10 itu bukan.
Peran sekolah
Harus diakui peran sekolah sangat vital sekaligus sulit. Karena menyangkut waktu yang terbatas, kurikulum yang harus ditaati dan jumlah murid yang sering diatas standar jumlah. Tapi bukan berarti harus kehilangan kreativitas dalam mengeksplorasi bakat peserta didik serta meningkatkan kepercayaan dirinya.
Suatu sekolah swasta di Bandung setiap tahunnya menyelenggarkan turnamen kreatif yang mengasah bakat peserta didik. Ajangnya bernama Problem Solving Contest. Murid dipersilakan memilih beragam lomba sesuai minatnya seperti lomba pidato dalam bahasa Inggris, lomba fotografi, lomba membuat komik, lomba membuat patung. Anak saya berhasil menemukan bakatnya disini yaitu memahat dengan media tanah liat. Sungguh tak terduga.
Peran pemerintah
Setiap daerah nampaknya telah memulai berperan aktif mencetak wirausaha baru. Cara paling cepat untuk mengurangi pengangguran. Sebagai contoh, telah 2 tahun provinsi Jabar meluncurkan program pencetakan seratus ribu wirausaha baru. Sayangnya bidang usaha yang disiapkan hanya jasa konveksi/jahit; jasa salon kecantikan ; dan jasa makanan & minuman (mamin). Padahal pemerintah pusat mendorong munculnya ekonomi kreatif dengan meresmikan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Mengapa tidak bekerja sama sehingga dapat dihasilkan wirausaha kreatif yang mampu bersaing, baik disebabkan peningkatan kreativitas bidang usaha konvensional maupun inisiasi bidang usaha kreatif yang baru?
Pemerintah juga seharusnya mengoptimalkan balai latihan kerja dengan merevisi cara kerja. Jangan sampai balai latihan kerja hanya sekedar tempelan tanpa upaya sungguh-sungguh mengentaskan pengangguran.
Peran masyarakat awam
Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh masyarakat awam. Terlalu banyak lubang yang harus ditambal. Dalam hal pendidikan, gerakan membaca sangat diperlukan dengan cara menyumbang buku atau membangun sendiri taman baca mandiri.
Minat baca kita masih sangat rendah. Menurut survey UNESCO, dari 1000 orang hanya 1 orang yang suka membaca. Survei BPS di Indonesia di tahun 2013 menunjukkan bahwa orang Indonesia lebih gemar nonton televisi, yakni sebanyak 91,68 persen. Orang Indonesia yang membaca surat kabar hanya 17,6 persen.Bandingkan dengan yang terjadi di Malaysia. Setiap orang di Malaysia bisa menghabiskan tiga judul buku bacaaan per tahunnya. Negara maju seperti Jepang, bisa di atas lima sampai 10 buku per tahun per orangnya.
Sedangkan dalam hal kesehatan, siapapun bisa berkontribusi dalam pemberian makanan tambahan di posyandu.