Penegakkan regulasi
Pilpres 2014 ditutup dengan aroma kebencian pada salah seorang calon. Agama digunakan sebagai komoditas penyebar kebencian oleh situs-situs media yang mendadak muncul. Mereka menggunakan nama yang mirip media terpercaya di Indonesia. Seperti Tempo.com- news.com yang meniru Tempo.co. Tujuannya tentu saja adalah pembunuhan karakter calon presiden tersebut sehingga tidak terpilih. Strategi pemasaran yang sungguh busuk karena menimbulkan kebencian antar umat beragama. Saling serang tanpa manfaatpun terjadi di media sosial. Sungguh membuang waktu dan materi. Mubazir.
Seharusnya UU ITE ditegakkan. Sayangnya terjadi saling lempar, pemilik situs menunjuk pembaca dalam hal ini pengakses internet sebagai pihak yang dirugikan, sehingga pembacalah yang sebaiknya melapor. Sebaliknya pembaca berharap pemilik situs media yang dipalsukanlah yang melapor. Saling lempar yang tidak menghasilkan apa-apa selain kemungkinan terjadinya pelanggaran yang sama karena pelakunya tidak kapok.
Awal menjabat sebagai menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin merangkul penganut agama Baha'i, keyakinan yang dianut ratusan ribu penduduk Indonesia dan telah ada sejak abad ke 19. Sayang, banyak yang tidak menyetujui langkah tersebut, padahal kenyataan di lapangan, mereka hidup berdampingan, saling menghormati dan saling menghargai dengan pemeluk agama yang direstui pemerintah.
Suatu langkah yang harus diapresiasi ketika kementerian Agama menggandeng Kompasiana untuk membuat lomba tulis karena akan muncul banyak tulisan yang berisi keberagaman toleransi beragama. Sehingga setiap warga Indonesia bisa mensyukuri indahnya perbedaan. Selembar benang sutera tak akan bermakna tanpa benang lain dalam gelondongan yang membentuk tenunan. Indah, kuat , mahal dan bermanfaat. Seperti itulah keberagaman agama dan keyakinan di Indonesia, terjalin indah, kokoh dan bermanfaat bagi penggunanya dalam membangun negara kesatuan, bukan negara yang terpecah-pecah akibat emosi sesaat dan ketidak tahuan.
Sumber data:
Harian Pikiran Rakyat, 26 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H