Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Yuk, Diet Kantong Plastik

8 Januari 2016   07:58 Diperbarui: 9 Januari 2016   00:31 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : Greeneration Indonesia ; Kaskus.co.id"][/caption]Pengertian diet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan. Sehingga pemilihan kata diet untuk penggunaan kantong plastik dimaksudkan agar konsumen lebih mengatur penggunaan kantong plastik yang umumnya hanya sekali pakai.

Jumlah kantong plastik memang hanya 0,17 % dari keseluruhan sampah. Tetapi rata - rata pemakaian hanya 25 menit. Khusus di Indonesia, kita terlalu kreatif dengan menggunakan kantong plastik sebagai pembungkus sampah rumah tangga. Disempurnakan manajemen persampahan yang masih buruk, maka sampah kantong plastik sukses merajai aliran air dan akhirnya reunian di lautan. Mengakibatkan laut menjadi kolam sampah raksasa.

Hanya itu? Ternyata tidak. Plastik di lautan akan disantap hewan laut yang tidak mengetahui bahaya mengonsumsi plastik sehingga terperangkap dan mati. Jika kebetulan hewan tersebut tidak tewas, dia akan berenang-renang dan masuk jaring nelayan untuk kemudian disantap manusia. Bisa dibayangkan, alih-alih sehat, manusia malah mengonsumsi racun. "Racun bisa ditemukan di mana-mana pada jaringan ikan", kata Kim Detloff dari organisasi perlindungan lingkungan Jerman, Naturschutzbund (NABU).

Wah mirip kambing atau sapi atau ayam yang kerap menyantap sampah di TPS Indonesia bukan? Jangan membayangkan sampah akan hancur dan menghilang dalam tubuh hewan yang memakannya. Sesuai hukum kekekalan materi, plastik tetaplah menjadi plastik. Lha, wong benda anorganis bagaimana mungkin bisa berubah menjadi organis. Memangnya sulap?

[caption caption="plastik ramah lingkungan, dok. Maria G. Soemitro"]

[/caption]Bagaimana dengan plastik ramah lingkungan? Maaf saudara-saudara, jika anda meyakini plastik ramah lingkungan bisa terurai di alam, maka anda menjadi bagian masyarakat yang tertipu kecanggihan teknologi.

Kantong plastik merupakan komoditas yang perputarannya sangat cepat sehingga produsen berpikir keras ketika kampanye menolak plastik, marak dimana-mana. Salah satu solusinya adalah dengan menambahkan zat aditif yang mengandung unsur logam kobalt, mangan, atau besi yang membantu menghancurkan plastik dengan lebih cepat.

Menghancurkan lho, bukan menguraikan. Dengan bantuan suhu tinggi (lebih dari 50 derajat Celcius), radiasi ultra violet sinar matahari hingga paparan udara, bentuk plastik berubah menjadi serpihan berukuran Mikroplastik (bobot molekul kurang dari 40.000) yang mempunyai potensi menjadi racun. Terbang kemana-mana dan menjadi polutan yang kita hirup. Hiii…….serem banget menghisap plastik ya? Walah tidak kalah mengerikankan dibanding asap rokok yang kampanyenya teramat masif.

Karena plastik ramah lingkungan memerlukan kondisi tertentu untuk hancur, teman-temannya yang tiba di laut umumnya terendap di kedalaman ratusan meter. Sinar matahari di laut teramat minim, tak memenuhi syarat proses degradasi. "Kondisi laut dingin dan kurang oksigen. Jadi sekali terbuang di laut, plastik itu akan tinggal di sana untuk periode amat lama," kata Peter Kershaw, penulis studi UNEP berjudul "Biodegradable Plastics and Marine Litter: Misconception, Concerns, and Impacts on Marine Environments" itu seperti dikutip www.cbc.ca ; 19 November 2015. Lebih jauh Kershaw menjelaskan bahwa beberapa jenis plastik ramah lingkungan yang berhasil hancur hingga berbentuk Mikroplastik (seukuran Plankton) akan tertelan biota laut dan masuk dalam rantai makanan.

Laporan UNEP menyatakan 20 juta ton plastik berakhir di laut setiap tahunnya. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa diperkirakan 280 juta ton plastik diproduksi secara global setiap tahunnya. Sebagian kecil didaurulang, sebagian masuk ke tempat pembuangan sampah, sedangkan yang lainnya berakhir di lautan, memicu kerusakan lingkungan ekosistem laut senilai miliaran dollar AS per tahun.

Bisa dibayangkan plastik ramah lingkungan yang kita pakai, alih-alih melestarikan lingkungan, justru merusak lingkungan. Menyebarkan racun, termakan hewan laut dan kemungkinan akan berakhir di perut kita.

Keburukan plastik ramah lingkungan lainnya adalah timbulnya perasaan tidak bersalah karena tulisan (pembohongan publik?) di kantong plastik menyebutkan akan terdegradasi dalam 1- 2 tahun. Sehingga pemakaian kantong plastik menjadi semakin tak terkontrol.

Jenna R Jambeck dan kawan-kawan melakukan riset yang menghasilkan data bahwa Indonesia ada di posisi kedua "pembuang" sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. (12 Februari 2015-sciencemag.org). Duh :(

Mengetahui begitu banyak kerugian dibanding manfaatnya, masihkah kita keukeuh enggan diet kantong plastik? Masihkah kita meminta kantong plastik berlembar-lembar banyaknya, mentang-mentang diberi gratis?

Beberapa waktu lalu, saya membagikan link di media sosial mengenai bahayanya kantong plastik dan mendapat respon yang menarik yaitu bahwa masyarakat kita belum siap jika pemberian kantong plastik di-stop atau masyarakat harus membeli (tidak gratis lagi).

Padahal pemberian kantong plastik gratis baru berlangsung kurang lebih 50 tahun yang lalu lho. Nenek moyang kita yang jadul tapi arif tidak mengenal kantong plastik, mereka menggunakan tas belanja seperti ini jika ke pasar. Beruntung, industri kreatif yang mencium diperlukannya tas pakai ulang memproduksi tas oma-oma jadul sehingga lebih bergaya.

[caption caption="dok. tasanyaman1.blogspot.co.id"]

[/caption]Sedangkan untuk mereka yang praktis dan memiliki selera kekinian, ada banyak pilihan. Tas pakai ulang ini bisa dilipat hingga seukuran amplop, sehingga ketika menolak kantong plastik di supermarket, jreng….jreng… tetap keren tanpa keresek/kantong plastik.

[caption caption="dok. greeneration indonesia"]

[/caption]Keren dan trendy bukan? Tidak sekedar menyiratkan kekinian tapi juga menandakan bahwa pemakainya peduli keberlangsungan bumi, menyintai lingkungan yang mendukung kehidupannya, dan yang pasti bertanggung jawab terhadap masa depannya.
Setuju? ….. setuju ah …. ^_^

 

Sumber data: nationalgeographic.co.id & dw.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun