Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ridwan Kamil, Ruang Publik Dan Meningkatnya Indeks Kebahagiaan

30 September 2015   18:44 Diperbarui: 30 September 2015   22:53 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam kampung kreatif, seorang warga tidak harus menjadi ‘orang lain’ agar bisa berkreasi. Seorang ibu rumah tangga bisa membangun kelompok musik dengan bermodalkan peralatan masak memasak seperti wajan dan panci. Anak-anak bisa bergembira ria dalam lomba mewarnai layang-layang. Tembok-tembok kumuh disulap menjadi tembok mural yang berwarna-warni. Jalan-jalan kecil di sepanjang perumahan warga dibersihkan dan dihias.

Semua senang, semua bergembira ria tanpa harus meninggalkan daerah huniannya karena didalam habitatnya mereka merasa aman dan hidup dengan senang. Pemerintah kota hanya perlu mendengar aspirasi mereka, apakah mereka membutuhkan perbaikan infrastruktur, septitank komunal, biodigester komunal untuk mengolah sampah organik hingga menjadi bahan baku memasak atau membiayai pengadaan ruang terbuka seperti di blok tempe* kecamatan Bojongloa Kaler, dimana sekelompok warga dibiayai CSR (corporate Social Responsibility) untuk membeli rumah yang dibongkar dan dibangun ruang publik untuk bercengkrama dan taman bermain bagi anak-anak.

 

[caption caption="Bandung Berkebun"]

[/caption]
Kampung Berkebun

Melalui twitter, pada tahun 2010 Ridwan Kamil melemparkan gagasan pemanfaatan lahan-lahan terlantar di Indonesia. Gayungpun bersambut, beberapa kawan seperti Sigit Kusumawijaya dan Shafiq Pontoh menangkap ide tersebut dan mewujudkannya dengan nama Indonesia Berkebun.

Selain diperlukan untuk mengobati urban stress, kegiatan berkebun dapat membantu dalam hal edukasi lingkungan, ekologi dan ekonomi. Karena budaya instan telah merenggut manusia dari alamnya, banyak yang tidak bisa membedakan jenis daun, tidak bisa membedakan serangga. Sehingga manusia seolah menjadi mahluk yang terasing dari lingkungan hidupnya.

Dalam masa jabatannya, Ridwan Kamil mengimplementasikan gerakan Indonesia Berkebun di setiap rukun warga (RW) dengan nama Kampung Berkebun. Diharapkan adanya kampung berkebun akan berdampak meningkatkan indeks kebahagiaan dengan lebih nyata. Karena kawasannya menjadi hijau, sebagian kebutuhan pangan tercukupi dan secara tidak langsung setiap anggota masyarakat memperoleh edukasi .
Berkat kreativitas warga, kampung berkebun mampu menyulap kawasan yang semula gersang menjadi hijau. Di lorong-lorong sempit yang dimanfaatkan, warga saling sapa, saling berbagi pengetahuan berkebun, dan saling barter hasil panen. Bahkan warga yang tidak aktif merasakan manfaatnya, lingkungan yang kering kerontang berubah asri penuh warna hijau dedaunan, dan warna warni bunga serta buah. Kebahagiaan sederhana yang diperoleh dengan cara mudah yang sebelumnya tak terpikirkan.

Operasional dan Pembiayaan
Sering digunakannya ruang publik , khususnya taman, oleh penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) mengakibatkan area tersebut menjadi kumuh tidak terawat. Salah satu solusi yang diterapkan Ridwan Kamil adalah memberikan mandat pada komunitas untuk merawatnya. Sebagai contoh komunitas peminat musik mendapat tanggung jawab mengelola Taman Musik. Sayang konsep yang bagus ini sering terkendala biaya. Sehingga sebaiknya dibuka kran komunikasi dan kesempatan antara komunitas penanggung jawab, pemerintah kota dan perusahaan swasta yang bersedia menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR) –nya.

Sebelum Ridwan Kamil menjabat, telah ada anggaran dinas pertanian untuk kegiatan pertanian kota. Demikian juga kegiatan kampung kreatif yang semula didanai dinas pariwisata. Nampaknya terjadi penggabungan anggaran yang belum disosialisasikan sehingga kegiatan tahun 2015 tidak menampakkan geliatnya.

Sayang sekali jika kegiatan-kegiatan yang mengakar tersebut tidak berkelanjutan hanya gara-gara salah komunikasi. Seperti diketahui setiap RW di Kota Bandung mendapat suntikan anggaran Rp 100 juta per tahun. Kelompok PKK mendapat anggaran Rp 100 juta / kelurahan /tahun. Kelompok Karang Taruna mendapat Rp 100 juta/kelurahan/ tahun dan yang keempat mendapat anggaran tetap adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebesar Rp 100 juta/kelurahan/tahun. Cukup besar untuk membiayai semua kegiatan tersebut diatas.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun