Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Yuk, Kenalan dengan BebassampahID

30 September 2015   00:10 Diperbarui: 30 September 2015   14:31 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="halaman depan peta persampahan bebassampahID"][/caption]

 

Pernah jengkel melihat sampah yang menumpuk dimana-mana? Pernah gusar karena sampah yang telah kita pisah (sampah anorganik dan sampah organik) ternyata disatukan lagi oleh tukang sampah? Atau ingin ikut kegiatan bank sampah tetapi tidak tahu caranya?

Dalam memperingati hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2015 , Kota Bandung memperkenalkan peta persampahan bebassampah.id . Peta keren yang tidak hanya menampilkan jalan-jalan di kota Bandung tetapi juga titik-titik lokasi dimana warga Kota Bandung bisa berkontribusi dalam pemilahan sampah secara langsung. Atau mengurangi sampah dari sumbernya.
Maksudnya gimana? Misalnya gini nih, kita udah memisahkan sampah organik dan anorganik. Kemudian ingin berperan serta sehingga memerlukan informasi titik lokasi terdekat dengan area hunian. Nah buka deh peta bebassampah.id , jangan lupa login, tuliskan area hunian kita dan titik lokasi yang dikehendaki, maka eng…ing … eng … keluar deh datanya.
Asyik ngga? Asyik ah … ^-^

Jangan membayangkan peta bebassampah.id seperti peta mainstream umumnya yang berwarna warni old fashioned. Sebaliknya, bersiaplah-siaplah melihat penampilan peta yang berbeda yang dipenuhi warna-warna pastel, mulai dari biru, pink, oranye, hijau. Warna warni memanjakan mata yang membuat *semoga* pengunjungnya betah. ^_^

Apakah karena pembuatnya perempuan? Waduh …, bias gender itu mah. Ceritanya gini, ada dana hibah dari Ford Foundation yang berafiliasi dengan Wiki. Tiga sekawan di dunia persampahan : Chitra Retna (IATL), David Sutasurya (YPBB) dan Mohamad Bijaksana Junerosano (GI) berhasil mendapat dana itu dan mewujudkannya dalam bentuk peta persampahan Kota Bandung yang bisa diakses oleh siapapun. Pinginnya sih kelak, setiap kota di Indonesia juga memiliki peta persampahan untuk memudahkan warganya dalam berpartisipasi. Karena jumlah anggaran yang diperlukan ngga gede kok, tergantung niat pemerintah daerah yang bersangkutan. *maap, sok tau* ^-^

Ide peta persampahan sebetulnya bukan hal baru, sekitar tahun 2011 pernah dibuat greenmap dengan tema persampahan. Bisa dilihat dari tulisan kompasianer Christian Natalie yang ngga tau kenapa udah lama banget ngga nulis di Kompasiana (#sambil nunjuk diri sendiri ^-^ , please Tian … ^-^ ).
Tian (nama panggilan Christian Natalie) inilah yang merupakan kordinator peta persampahan Kota Bandung kala itu. Dibiayai dana hibah departemen PU yang kecil pisan dan kemajuan teknologi informasi yang masih ‘terbelakang’, maka bentuk peta persampahan Kota Bandung belum secantik dan selengkap sekarang.

Yaiyalah coba aja bayangkan, surveyor harus mencari titik lokasi kegiatan persampahan (pengomposan, bank sampah, reparasi, pengepul) , kemudian memotret, kemudian bersusah payah memasukkan titiknya dipeta Kota Bandung yang dibuat dengan bantuan google map. Kemudian dicetak dalam bentuk peta kota yang bisa dilipat-lipat. Ah ribet deh. Tidak hanya menginput data yang sulit, membaca petanyapun menjadi kurang nyaman.
Beda dengan pembuatan peta persampahan 2015 ini, surveyor bebassampah.id harus bersyukur dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi. Bermodalkan kamera ponsel bergeotag, surveyor memotret titik lokasi, mewawancarai pemilik tempat kegiatan persampahan, mengisi hasil wawancara di web serta menguraikan temuannya diblog. Jadi deh web persampahan yang penuh informasi.

Sehingga pembaca peta tidak hanya mengetahui deskripsi tempat tetapi juga hal remeh temeh yang menjadi bumbu penyedap. Misalnya kisah pemilik tempat yang sering mendapat lambaian tangan pak M. Ridwan Kamil walikota Bandung, walikota yang amat dicintai warganya. Atau bagaimana cara mencapai lokasi atau saran-saran hidup organis yang disarankan penulisnya karena semua itu diuraikan dalam blog surveyor yang punya sebutan keren : detektif bebassampah.id. Mau kenalan? Ini mereka, kebanyakan anak muda sih, saya yang paling tua ^_^

 

[caption caption="20 detektif bebassampahID"]

[/caption]

Oke, lanjutttt …… , informasi apa saja yang dapat kita temukan di peta bebassampah.id ? jika melihat peta persampahan tahun 2011, seharusnya bisa banyak ya, tapi fokus kali ini adalah titik-titik lokasi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pemisahan sampah, yaitu:
1. Pengomposan, merupakan titik lokasi dimana sampah organik diolah menjadi kompos atau bentuk lain misalnya gas untuk memasak. Informasi yang sangat diperlukan mengingat hampir 70 % sampah di Indonesia termasuk sampah organik. Tetapi lokasi pengomposan justru paling sulit ditemukan walau beragam teknologi pengomposan sudah ditemukan dan diperkenalkan. Kurang sosialisasi atau warga kota terkena stigma sampah organik = kotor dan bau?
2. Bank sampah, merupakan tempat dimana sekelompok warga melalukan pemisahan sampah anorganik di rumah masing-masing dan menyetorkannya di bank sampah. Jumlah bank sampah di Kota Bandung tidak sebanyak yang diharapkan karena pengurus kegiatan adalah sukarelawan yang seharusnya dikordinir terus menerus oleh BPLH kota Bandung sebagai perpanjangan tangan walikota Bandung.
3. Reparasi, merupakan kegiatan usaha mereparasi barang yang rusak seperti mesin jetpump, payung, sepatu, tas, peralatan listrik (lemari es, televisi, player DVD). Sangat membantu untuk meminimalisir sampah karena alih-alih dibuang, barang yang rusak bisa direparasi dan digunakan lagi.
4. Pengepul, nah yang ini paling banyak diketemukan. Merupakan kegiatan usaha membeli dan menjual lagi sampah anorganik atau lebih dikenal barang rongsokan oleh warga Kota Bandung. Mungkin karena profit yang diperoleh cukup menggiurkan, titik lokasi ini banyak ditemukan hingga pelosok Kota Bandung.
5. Unit usaha, merupakan kegiatan usaha selain nomor 3 dan 4, misalnya kerajinan plastik, kerajinan kertas, dan tempat penjualan komoditas yang menerapkan aturan pengurangan sampah dari sumbernya.

Mengapa hanya lima? Wuaduh lima aja dulu deh karena ini merupakan langkah awal dalam membantu perubahan gaya hidup ramah lingkungan. Sehingga kita tidak usah berbusa-busa memarahi orang yang nyampah disana-sini. Karena perilaku tertib mengolah sampah dimulai dari diri kita sendiri, sedangkan yang lain biarlah pemerintah daerah yang menjewernya. Setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun