Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Sepenggal Kisah Ekonomi Kreatif

13 Mei 2015   23:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_417277" align="aligncenter" width="700" caption="kontribusi jumlah tenaga kerja (sumber: Tim cetak biru Ekraf)"]

14315345411883070642
14315345411883070642
[/caption]


Keberadaan badan ekonomi kreatif akan tak berarti jika tidak dibarengi kewenangan mendorong setiap kementerian mengeksekusi program ekonomi kreatif yang ditetapkan. Karena nasibnya tidak akan jauh beda dengan kondisi BKPM atau Bappenas pada periode terdahulu yang tidak dapat memaksakan kementerian lain untuk mengimplementasikan program yang ada. Tidak berlebihan jika Aldrin Herwany berharap: “ Badan ini harus jelas wewenangnya seperti apa. Karena harus diakui, ditengah jalan akan ada banyak konflik antar kementerian, ini sering terjadi dan harus diantisipasi sejak awal. Badan ini ibaratnya harus memiliki kemampuan untuk memerintahkan kementerian mengeksekusi programnya.”

Sulitkah? Tergantung dari kesungguhan pemerintah Jokowi menggarap ekonomi kreatif. Paling tidak ada 15 subsektor dalam ekonomi kreatif, tidak hanya aplikasi (permainan interaktif) yang kini marak tetapi juga seni pertunjukkan, arsitektur, desain hingga kuliner. Dari identifikasi masalah yang dilakukan kemenparekraf pimpinan Mari Elka Pangestu diketahui bahwa kelemahan ekonomi kreatif ada di industry hilir atau kormesialisasi. Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF), Fiki Satari yang juga merupakan praktisi ekonomi kreatif berkeyakinan jika permasalahan teratasi maka ekonomi kreatif di Indonesia memiliki potensi menyumbang hingga 15 % dari PDB di tahun 2025.

Fiki Satari juga memaparkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memajukan ekonomi kreatif yaitu prosedural birokrasi yang memiliki banyak tahapan dan kompleks serta dinamisnya ekonomi kreatif sebagai sektor ekonomi. Perubahannya sangat cepat, tidak hanya menyangkut bentuk dan tren tapi juga perubahan konteks. Contohnya jika dahulu media social merupakan jejaring pribadi maka kini telah berubah menjadi platform digital untuk bisnis.

Kota Bandung sebagai pusat industry kreatif, mulai dari sektor kuliner hingga fesyen rupanya menarik minat Commonwealth Bank. Dalam peresmian Kantor Cabang Commonwealth Dago Bandung, Senin (15/9/2014),Presiden Direktur Commonwealth Bank Indonesia Tony Costa mengatakan: “ Pertumbuhan ekonomi Bandung di atas rata-rata dan kota ini merupakan pusat dari pelaku UKM dan kelas menengah yang terus berkembang,”

Nah, bahkan pihak perbankanpun sudah mendukung. Selanjutnya yang diperlukan adalah langkah kongkrit pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Industri Kreatif sangat menjanjikan, tidak hanya menyerap tenaga kerja tetapi juga menyumbang triliunan rupiah bagi pertumbuhan ekonomi.

Sumber:

Setgab.go.id

Tim Bedah Cetak Biru Ekonomi Kreatif

Pikiran Rakyat 31 Oktober 2014

Bisnis.com


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun