Beberapa bulan belakangan ini, keputusan Gita Savitri bersama sang suami untuk tidak memiliki anak setelah dua tahun menikah atau populer disebut childfree menjadi trending topic di berbagai media sosial.Â
Hal ini ditanggapi beragam oleh warganet dan selebriti lain. Ada yang setuju menganggap childfree bisa mengurangi resiko anak tidak ter-support dengan baik karena kondisi finansial yang belum mapan, ada pula yang menganggap childfree dapat menekan penyebaran penyakit bawaan yang dimiliki orangtua bahkan bisa mengurangi kelelahan mental.Â
Namun, tidak sedikit pula warganet yang menentang keputusan ini dengan dalih melawan kodrat, mengurangi pahala, kesepian, dan lainnya.Â
Di sini saya tidak ingin berbagi pendapat saya mengenai childfree tapi menurut saya keputusan childfree bukan keputusan yang mudah dan perlu dipertimbangkan secara matang karena keputusan ini tidak hanya berlaku seminggu dua minggu atau sebulan dua bulan saja tapi berkelanjutan.Â
Nah, ada baiknya sebelum benar-benar memutuskan untuk childfree pasangan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Keterjaminan penghasilan tetap
 Keputusan childfree ketika pasangan masih berada di usia muda dan produktif mungkin tidak menjadi masalah. Tapi apabila sudah    menjalani keputusan childfree sejak lama hingga usia senja, keputusan childfree ini bisa jadi salah satu sumber masalah.Â
Ketika memasuki usia senja dan telah pensiun sekitar umur 55 hingga 65 tahun di Indonesia, otomatis penghasilan pasangan akan menurun.Â
Jika memiliki anak, mungkin pasangan bisa berharap sang anak bisa membantu perekonomian keluarga. Tapi bagaimana
Jika pasangan tidak memiliki anak? Padahal selepas pensiun masih ada kehidupan panjang bertahun-tahun dan tidak mungkin kita selalu bergantung pada tabungan dan tunjangan pensiun atau bahkan bantuan keluarga lain, bukan? Pasangan harus memikirkan  keterjaminan penghasilan tetap mereka dari sektor tanpa batas usia untuk mencukupi hidup di kala senja misalnya dari keuntungan   bisnis pribadi, penyewaan rumah kos atau kontrak, content creator, desainer, dll. Tentunya untuk bisa konsisten mendapatkan penghasilan ini, pasangan harus konsisten memulainya sejak berusia muda sebagai pekerjaan sampingan terlebih dahulu sebelum  benar-benar melepaskan pekerjaan utama saat pensiun.
2. Keterjaminan perawat di kala lemah dan sakit atau kendala lainnya
  Tak dapat dipungkiri, seiring bertambahnya usia kita akan mengalami penurunan kemampuan fisik. Penyakit-penyakit mulai
  berdatangan silih berganti walaupun tidak setiap orang mengalaminya. Jika pasangan memiliki anak, ketika anak telah beranjak
  dewasa, ia dapat merawat kedua orangtuanya. Tapi jika memutuskan tidak memiliki anak hmmm perlu dipikirkan matang-matang
  perawat di masa senja pasangan nanti. Apakah menyewa perawat dari sebuah yayasan, menjalani masa tua di panti wreda atau
  bergabung dengan keluarga lainnya agar masing-masing dari mereka (adik ipar, kakak ipar, keponakan, dll) bisa berbagi
  tugas?
3. Aktivitas sehari-hari
  Are you seriously? Ya, aktivitas sehari-hari sangat perlu dipertimbangkan. Baik pasangan berusia muda atau sudah senja. Karena       ketidakadaan anak, otomatis mengurangi aktivitas khas bersama anak yang bisa dilakukan pasangan. Pasangan juga harus kreatif     mencari aktivitas apa yang dilakukan sepulang bekerja, saat weekend dan terutama di kala senja nanti. Jangan sampai karna            kebosanan menjalani hari dengan aktivitas yang monoton justru mengakibatkan kemungkinan mengkaji ulang keputusan childfree    yang sudah disepakati di awal bahkan menuju ambang perceraiaan.
4. Perbanyak relasi sebaya
  Relasi tidak hanya penting bagi kita yang masih muda, di kala senja nanti jika pasangan memutuskan untuk childfree memiliki relasi   yang luas mutlak diperlukan agar tidak merasa kesepian karna ketidakadaan anak dan agar pasangan punya kehidupan yang juga      baik dan seimbang. Relasi tidak sebatas teman semasa bekerja dahulu saja, tapi juga bisa dari lingkungan sekitar perumahan, teman   satu tempat ibadah, teman organisasi, teman paguyuban, dll. Adanya banyak relasi sebaya juga mengurangi efek alzheimer dan        demensia serta meningkatkan aktivitas pasangan disela-sela kesibukannya untuk bersosialisai diluar perkara 'mengurus anak'.
So, childfree bukan keputusan yang menakutkan bukan? Anda pun bisa memaksimalkan kebahagiaan hidup anda dan pasangan tanpa
tergantung erat pada anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H